Keesokan paginya Kevin dan Riri memilih untuk berkemas saja, rencananya mereka akan pergi hari ini juga. Setelah mengobrol serius tentang Imelda dan masalah kehamilan Riri, mereka memutuskan untuk segera pulang ke.rumah. Karena takut jika nantinya Imelda akan berbuat nekad disana, apalagi keadaanya mereka sedang jauh dari rumah dan mau kemana mana juga sedikit susah. Mereka sarapan bersama yang lain diresti hotel."Mah, Pah. Semuanya, maaf rencananya kami akan chek out hari ini. Karena takut jika nantinya terjadi seesuatu pada Riri, karena perbuatan Imelda." ucap Kevin tiba tiba."Iya, nak. Tidak apa apa, kami juga gak mau terjadi sesuatu pada kalian." ucap Mami."Untung kamu menolak dia, Vin. Coba saja kalo kamu terima, udah Mami coret kamu dari daftar warisan." ucapnya lagi."Yaa, Mami. Jangan dong Mi, nanti anak Kevin dapat apa." canda Kevin."Anak kamu akan tetap dapat bagian, cuma kamu saja yang tidak!""Iss Mami jahat deh, sama anak sendiri mah tega!""Diam kamu! Itu balasan bua
Disebuah rumah sakit, di Ibu kota Jakarta. Seorang pria tengah duduk disamping ranjang tempat istrinya beebaring, ia adalah Rian. Hari sudah sore, namun sang istri belum juga menunjukan tanda tanda ia akan sadar.Pria itu menelisik setiap inci wajah istrinya, terdapat lebam disudut pipinya dan kepalanya juga sampai diperban karena terbetur trotoar. Ingatannya kembali pada detik detik dimana sang istri hendak menyeberang jalan, karena mobil yang Rian tumpangi terparkir disebrang jalan.Rian yang kaget mendengar suara benturan yang cukup nyaring, lantas segera keluar dari dalam mobilnya. Ia begitu shock ketika dilihatnya orang itu adalah Istrinya, Joana. Dengan tergesa Rian meminta bantuan pada warga sekitar yang melihat kejadian tersebut untuk membantu membawa sang istri ke mobilnya, agar segera dibawa ke rumah sakit. Sampai detik ini tangan dan kakinya masih saja gemetar setiap kali.mengingat hal tersebut.Namun, satu hal yang harus ia syukuri adalah Joana tidak kehilangan nyawanya.
Mendengar ada yang menyebut namanya, Joana pun membuka matanya, ternyata itu adalah Riri dan Kevin. Lalu ia tersenyum tipis."Terima kasih.....Karena sudah da-tang." ucap Joana terbata.Riri yang tak menyangka jika respon adik angkatnya akan seperti itu pun ikut tersenyum, sungguh dalam hati Riri merasa sedikit lega."Sama sama, namanya juga keluarga. Jadi harus datang, kamu yang sabar dan kuat ya biar pengobatan berjalan lancar." ucap Riri yang duangguki pelan oleh Joana."Heleh, siapa kamu. Ngaku ngaku keluarga!" ucap Bu Dara judes membuat semua orang yang berada disana geram terutama Bu Jeni dan Pak Yuda."Ibu!!!!" ujar Rian dengan nada tegas membuat Bu Dara melengos sambil memanyunkan bibirnya.Riri masih mematung disamping ranjang Joana, ia masih merangkai kata agar hubungannya dengan adik angkatnya itu semakin membaik."Ka..Du-duk, katanya kamu sedang ha-hamil. Selamat y-ya! Kalian....Nggak harus pulang padahal." ucap Joana dengan tersenyum.Sebenarnya Riri sedikit heran dengan
Bu Dara pulang demgan misuh misuh, ia kesal dengan sikap anaknya yang justru mengusir dirinya. Ya, memang sih ia tak bisa mengontrol mulutnya supaya tidak julid dengan Riri. Tapi mau bagaimana lagi memang tabiatnya sudah begitu, entah salah apa itu si Riri sampai Bu Dara segitu bencinya sama mamtan menantunya itu."Kesel ibu, kamu juga kenapa belain kakak kamu buat ngusir Ibu!" ujar Bu Dara."Maaf, Bu. Aku cuma gak mau aja Ibu jadi tambah malu karena mereka yang disana kan lebih pro ke Riri." Silvi mencoba menenangkan Ibunya."Huh, bikin kesal saja!" ucap Bu Dara."Ya sudah, sebagai permintaan maafku gimana kalau kita shopping saja?" tanya Silvi."Boleh, ayok!"Silvi dan Bu Dara pun menuju mall terdekat, cukup ramai karena ini adalah satu satunya mall terbesar didaerah itu. Mereka asik belanja kesana dan kemari.Disaat sedang asik berbelanja, tiba tiba ada seseorang yang tak sengaja menabrak bahu Silvi sehingga barang belanjaannya jatuh.Brugh"Gimana sih kalo ja..." ucap Silvi."Ma..
Tok tok tokAtensi keduanya teraklihkan ke arah pintu yang diketuk, entah siapa yang datang. Keduanya saling pandang sejenak."Permisi, waktunya untuk kontrol." ucap Suster.Ternyata suster yang berjaga yang datang, Joana sudah dipindahkan ke ruangan VIP agar ia merasa lebih nyaman dan tidak sembarang orang bisa masuk sembarangan apalagi membuat keributan."Nah sudah ya, Bu." ucap Suster tersebut."Bagaimana kondisi adik saya sus?" tanya Riri, Joana menoleh melihat Riri bertanya pada suster tersebut. Tanpa terasa bubirnya melengkung ke atas."Pasien sudah banyak perkembangan, sebentar lagi akan lebih." hanya itu yang di sampaikan oleh suster."Permisi." pamitnya.Riri kembali ke tempat duduk disamping ranjang Joana, ia kembali mengupas jeruk dan apel untuk sang adik dan dirinya."Nah, udah denger kan? Jadi harus semangat biar cepat sembuh!" ucapnya sambil menyodorkan buah tersebut."Makasih kak." jawab Joana.Mereka berdua menikmati buah tersebut sambil sesekali berbincang bahkan samp
Rian mengernyit heran, ia sedikit ragu apakah mempercayai ucapan Bu Dara atau tidak."Bu, kenapa Ibu datang kesini tanpa makan terlebih dahulu? Dan Joana tidak seperti itu Bu."Bu Dara langsung menoleh kepada sang anak dan mentapnya dengan sinis."Kamu gak percaya sama Ibu kamu sendiri?" sehtak Bu Dara.Rian yang sudah pusing dengan pekerjaan dikantor, kini tambah semakin pusing dengan perdebatannya bersama sang Ibu."Padahal Ibu sudah capek capek datang kesini mau jagain dia, tapi usaha Ibu gak dihargai. Ibu sudah bilang kalau lapar, dia malah asik sendiri bersama wanita pengkhianat itu." kilah Bu Dara.Joana geram terus terus difitnah oleh Ibu Mertuanya, bahkan Riri yang tidak salah apa apa pun juga ikut difitnah. Sedangkan Rian bingung posisinya menjadi serba salah, berada diantara Ibu dan istrinya sendiri."Stop, Bu. Jangan fitnah aku lagi. Ibu yang mulai duluan, Ibu datang langsung marah marah sama Riri karena dia jengukin aku. Bahkan disaat aku membela Riri, Ibu malah secara ter
DegJoana diam bergeming ditempatnya, pandangannya lurus ke depan. Benar juga apa yang diucapkan oleh Riri. Kalau saja dulu Rian tidak langsung percaya dengan ucapan Ibu dan adiknya dan mencari tahubterlebih dahulu, pasti sekarang Riri masih menjadi istri Rian. Dan dirinya tidak akan ada harapan bersama dengannya.Riri yang menyadari jika sang adik menjadi diam pun menoleh, ia melihat Joana yang diam bergeming. Ia menjadi tidak enak hati sendiri, apakah perkataannya telah menyakitinya kembali? Atau bagaiamana?"Jo....Maaf." cicit Riri.Joana yang mendengar permintaan maaf dari Riri, segera menoleh. Ia menatap heran pada kakak angkatnya itu."Kakak, mengapa minta maaf?" tanya Joana."Mungkin perkataanku barusan telah menyakiti hatimu." jawab Riri membuat Joana tersenyum."Gak kok, justru aku sadar. Benar kata kamu jika waktu itu Rian mencari tahu tentang fakta yang sebenarnya pasti saat ini aku tidak akan menjadi istrinya." ujar Joana dengan tersenyum lembut.Mereka berdua bercengkrama
Tok tok tokPintu ruangan Joana diketuk oleh seseorang, membuat ketiga orang yang berada didalamnya saling pandang dan menoleh. Joana dan Bu Jeni hanya memgedikan bahu tanda tidak tahu. Riri berjalan menuju arah pintu kemudian ia membukanya, namun tidak ada orang disana."Siapa sayang?" tanya Bu Jeni membuat Riri berbalik badan."Tidak tahu Ma, tidak ada orang." ujar Riri.Riri hendak menutup pintu itu kembali dan mendekat ke arah Ibu serta adiknya, namum ia terkejut saat berbalik badan melihat ke arah pintu.AstagfirullahRiri mengelus dadanya perlahan, saat ini didepannya tengah berdiri seorang lelaki dengan wajah ditutupi oleh seikat bunga dan coklat. Namun ia masih bisa mengenalinya meskipun wajah itu tertutupi, lelaki itu adalah suaminya sendiri Kevin. Riri tersenyum melihat tingkah suaminya itu."Untuk perempuan cantik yang berada didepanku ini." ujar Kevin sambil tersenyum.Mendadak pipi Riri memanas, terlihat jelas rona merah dipipinya hingga ke telinga. Bahkan Bu Jeni dan Joa