Share

Pernikahan Yang Sempurna
Pernikahan Yang Sempurna
Penulis: Happy_autunm

|1|. Awal Mimpi Buruk Bermula

Tampak sebuah kaki panjang seorang pria yang terbungkus menawan dalam seluar hitam mahal, itu melangkah turun dari mobil. Sepasang kaki ber-sepatu kan hitam mengkilap itu menginjak lantai keramik halaman depan restoran dengan gerakan yang cukup mempesona.

Berdiri tegap tepat di samping mobil hitamnya yang mengilap. Semua staf dapat melihat sosoknya yang seperti pangeran malam yang dingin, itu tampil jumawa dalam setelan kemeja putih polos yang terbalut luaran mantel hitam panjang. Merapikan kedudukan dasi dilehernya, sepasang mata elang itu menatap angkuh ke depan— acuh tak acuh.

"Selamat datang pak Pasha!"

Beberapa pasang karyawan dan karyawati restoran berjejer dengan rapi menyambut kedatangannya. Mereka perlahan membungkuk, memberi salam penghormatan yang penuh formalitas. Lalu mempersilahkan pangeran malam yang dingin itu, untuk melangkah masuk kedalam restoran.

Pasha yang sama sekali tidak tersenyum sejak awal, melangkah kedalam dengan pesona arogannya. Membuat beberapa karyawati tak tahan untuk tidak menjerit melihat betapa tampannya ia.

Di dalam sana, restoran ber-interior glamor itu melengkapi penampilan maskulinnya yang berkelas. Beberapa titik cahaya lampu yang bersinar keemasan jatuh begitu menawan menyambut wajah tampannya yang kaku tanpa ekspresi.

Rangkaian bunga penuh warna memenuhi sisi kanan dan kiri ruangan dengan tatanan yang memukau. Sebuah meja bulat berukuran sedang, tampak cukup anggun dalam balutan kain putih yang halus. Di atasnya ada secangkir lilin aroma mawar pekat, yang memberi sentuhan romantik.

Pasha menarik salah satu kursi di meja itu dan duduk. Menatap ke depan, kursi yang menjadi milik pasangan makan malamnya itu masih kosong. Ia melirik arloji yang melingkari tangannya, itu sudah menunjukkan pukul delapan malam lewat.

"Lima menit" Wanita itu sudah membuang waktu lima menitnya yang berharga.

Lama ia menunggu, hingga tepat setelah tiga puluh menit berlalu. Tapi seseorang yang mengisi kursi kosong di depannya itu, masih juga belum muncul. Mengepalkan tangannya, kedua sudut bibirnya berkedut, tersenyum dingin, "Tiga puluh lima menit"

Tidak ada yang pernah membuatnya menunggu selama itu. Tapi wanita ini...

Mengangkat tangannya, Pasha mengirimkan sial pada pelayan untuk membawakan pesanannya. Segera seorang pria berseragam putih dengan pita hitam itu datang, membawa nampan yang diatasnya dua piala dan satu botol anggur merah.

Bersamaan dengan itu seorang gadis bergaun hitam elegan, muncul di ambang pintu restoran. Wajahnya yang tirus, putih dan menarik, tampil cukup menawan dalam balutan pasmina hitam yang mempesona. Melangkah masuk kedalam, gadis itu mengambil tiap pijakan yang cukup pelan, berjalan kesusahan mendatangi meja tempat mereka bertemu.

Itu karena sepasang high heels yang membungkus kakinya yang cantik dan ramping itu, membuat tubuh mungilnya terlihat meninggi dipaksakan. Jelas dari gelagatnya, gadis itu tampak seperti tidak terbiasa menggunakan benda itu di kedua kakinya.

Hal itu membuat penampilannya yang anggun, lebih mirip seperti sosok putri muda yang ceroboh. Persis..

Langkahnya yang gontai itu nyaris saja menabrak salah satu kaki meja. Tapi gadis itu dengan cepat memperbaiki posisi dan kembali berjalan seakan tidak terjadi apa-apa.

Gadis itu dapat merasakan tatapan dingin seseorang yang terus mengawasi gerak-geriknya dari kejauhan. Itu lekat dan tajam. Berhasil menciptakan hawa dingin yang kuat, yang menusuk hingga ke dada. Meremas jari-jemarinya, ia berusaha keras untuk tidak gugup.

Hingga tepat pada langkah terakhir, gadis itu sudah berdiri di depan meja yang sudah di dominasi oleh aura dingin nan gelap seseorang.

"Permisi!"

Terdengar suara jernih yang cukup kecil dan pelan, menyapa gendang telinga Pasha seperti bisikan nyamuk. Itu sangat halus nyaris tak terdengar. Mengacuhkan kedatangan gadis itu, ia hanya fokus pada pelayan pria yang sedang menata barang bawaannya di atas meja. Setelahnya pelayan pria itu sedikit membungkuk kearah Pasha, menanyakan pesanan lainnya.

Pasha terus melambaikan tangan, menyuruh pelayan itu pergi. Tepat setelah pelayan pria itu melangkah mundur meninggalkan meja, gadis yang berdiri di depannya itu tampak dengan gugup menarik kursi dan duduk. Meluruskan punggungnya, ia mengulas senyum tipis kearah Pasha, "Maaf untuk keterlambatan saya pak!" Bibir kecil se-merah ceri itu terbuka dan berkata cukup pelan seperti di awal.

Pak? Ujung bibir Pasha berkedut dingin. Mengambil sebotol anggur merah yang baru saja di bawa pelayan tadi, perlahan ia menuangkannya kedalam gelas miliknya sedikit. Setelahnya, ia dengan murah hati menuangkan minuman itu ke gelas milik gadis itu, hanya untuk di hentikan—

"Maaf pak, saya tidak minum itu!"

Pergerakan Pasha tertahan, sepasang alisnya bertaut dan mata elangnya menatap gadis mungil yang duduk di depannya tanpa kata. Ia dapat melihat bibir ceri itu memberi senyuman kecil, terlihat kikuk. Gadis itu mengangkat tangannya kearah pelayan dan memesan, "Tolong, secangkir teh chamomile"

Pasha perlahan meletakkan botol minuman itu di meja. Mengambil gelas minumannya, ia meneguk cairan merah itu sedikit dengan tatapan yang terus mengarah ke gadis kecil di depannya. Menatap dingin dan menekan.

"Maaf pak, langsung saja. Saya akan berterus terang pada anda malam ini" 

Pasha tidak mengira nyali gadis itu tidak menciut sama sekali. Banyak orang yang setelah berada cukup lama di bawah tatapannya, mereka pasti tak tahan hingga kehabisan kata untuk berbicara. Tapi gadis kecil di depannya ini—

Tampak cukup takut dan berani bersamaan.

"Saya seorang mahasiswi semester enam yang sama sekali tidak berniat untuk menikah muda. Saya cukup ambisius pada beberapa hal dan sangat berprinsip. Saya religius, sederhana dan kadang masih sedikit labil. Jadi mohon dengan sangat kepada anda, untuk membatalkan lamaran anda" Sekilas, bibir ranum itu bergetar dan wajah cantiknya terlihat agak pucat.

Sebenarnya gadis itu sangat gugup dan cukup takut. Kedua kakinya yang di bawah meja sudah bergetar sejak awal. Tapi syukurlah ia dapat mengucapkan rentetan kalimat panjang itu dengan cukup baik dan lancar. Di samping nyeri di perutnya yang benar-benar...

Tak tertahankan.

Pasha yang merenungi perkataan Hana tadi, itu tak sanggup menyembunyikan senyum dingin di bibirnya yang kesekian kalinya berkedut— tapi enggan berbicara. Ia hanya menggoyangkan gelas anggurnya dan kembali menyesapnya sedikit.

Hana dengan gugup meremas jari-jemarinya, menunggu pria di depannya itu berbicara. Tapi beberapa menit berlalu, yang terjadi hanyalah keheningan. Sampai seorang pelayan datang membawa pesanannya, ia mengangguk kecil kearah pelayan,  tersenyum simpul berkata, "Terimakasih"

"Sama-sama nona!" Pelayan itupun tersenyum sopan dan pergi.

"Jadi, apakah anda menyetujui permohonan saya ini?"

"Sebelum itu, bolehkah saya bertanya?"

"Ya" Gugup, Hana mengangguk.

"Apa kau adalah gadis yang di comblang kan dengan ku?"

Deg!

Detik itu Hana sadar. Ia benar-benar sudah terjebak dalam lubang yang digalinya sendiri. Hal fatal itu, telah membawa Hana terjerat dalam berbagai macam kekacauan yang tak pernah ia bayangkan.

Dan di situ pula

Awal dari mimpi buruknya bermula!

                                     —••—

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Abdul
Cerita yg bagus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status