Chava memandangi Alvian yang kini sedang mengendong anak kecil, di payungi oleh perempuan yang sangat Chava tidak sukai, yaitu Aluna. Meski raut wajah Alvian terlihat datar, tapi mereka tetap saja terlihat seperti satu keluarga.Hati Chava yang sedari kemarin terasa perih kini berubah menjadi sangat terluka, apalagi melihat pemandangan yang ada di depannya itu. Istri mana yang tidak sakit saat melihat suaminya bersama mantan kekasihnya?Demi menahan rasa sakitnya, jari jemari Chava kini terkepal sangat kuat. Kini mereka benar – benar ada di hadapan Chava. Bahkan mata suaminya itu terlihat terbuka lebar.“Ca … “ lirih Alvian di tengah keterkejutannya.Chava tidak merespon Alvian, dia hanya diam memandangi mereka, tentu dengan mata yang memerah dan tatapan sangat tajam.“Hai, Chava. Udah lama kita enggak bertemu. Apa kabar?” Tanya Aluna, yang reaksinya sangat berbeda dengan Alvian.Sungguh Chava semakin tidak suka mendengar suara ini lagi. Aluna menyapa dirinya seperti Aluna tidak punya
Alvian meremas rambutnya, dia merasa bingung dengan dirinya sendiri. Kenapa dia bisa berpikiran seperti itu? Padahal Alvian mengenal Chava, bukan hanya satu atau dua tahun.“Maafin aku, Ca. Aku salah. Kamu enggak jahat, Ca. Kamu baik, aku minta maaf … “ Lirih Alvian.“Kamu tahu? kamu yang seperti ini tuh bikin aku sakit, Bang. Kamu bohongi aku. Itu artinya kamu enggak percaya sama aku.” Rintih Chava.“In this relantionship, hanya aku yang cinta sama kamu. Hanya aku yang terbuka sama kamu dan hanya aku yang percaya sama kamu. Untuk apa menikah, kalau kamu enggak bisa lakuin apa yang aku lakuin?” Lanjut Chava, yang benar – benar kecewa pada Alvian.Alvian tidak bisa menahan lagi air matanya, dia biarkan air itu turun ke pipinya. Mendengar Chava yang berbicara seperti itu, menarik kesadaran Alvian bahwa yang selama ini berusaha dalam pernikahan ini, hanya Chava.“Do you love me, Alvian?” Pertanyaan itu kini keluar dari mulut Chava. Pertanyaan yang selama ini dia tahan – tahan untuk tidak
“Lagipula kamu lancang sekali, Aluna. Kamu mendatangi istri dari bos kamu sendiri. Kamu enggak takut ya? Kalau aku laporan ke Alvian dan buat kamu kehilangan pekerjaan.” Lanjut Chava.Chava tidak pernah membiarkan lawannya menang, dia akan terus menerus berbicara sampai lawannya tidak bisa berbicara lagi. Apalagi ini Aluna, perempuan yang sangat tidak Chava sukai. Perempuan ini saat Alvian kenalkan kepada Chava terlihat sangat baik.Namun hal itu berubah, saat Chava mendengar curhatan Alvian tentang Aluna yang seenaknya. Chava juga melihat sendiri bagaimana perilaku Aluna. Puncaknya saat Aluna hamil oleh orang lain dan mengaku dia hamil anak Alvian.Chava benar – benar sangat muak dengan perempuan bernama Aluna ini.“Jangan pernah kamu coba – coba laporan ke Alvian.” Ancam Aluna dengan tatapan sinisnya.Chava menaikan satu alisnya, “loh kenapa? Alvian kan suami aku, sudah seharusnya Alvian tahu tentang semua yang terjadi sama aku.”Chava bahkan berbicara dengan mempertegas kata “Suami
Alvian bangun lebih awal dari Chava, dia kini sedang menyiapkan sarapan untuk Chava dan dirinya. Hari kemarin, Alvian tidak berkesempatan untuk berbicara dengan Chava, karena saat Alvian pulang, Chava sudah tertidur.Biasanya Chava akan menunggu Alvian pulang, barulah dia akan tertidur. Bahkan istrinya itu kemarin malam tidur dengan memunggunginya, padahal Chava selalu tidur menghadap dirinya dan tidur di pelukan Alvian.Namun Alvian bisa memakluminya, Chava sedang marah padanya. Wajar jika Chava bersikap seperti kemarin. Maka dari itu, Alvian membuatkan sarapan untuk Chava, berharap Chava akan memaafkannya.Suara heels kini mulai terdengar mendekat ke arah ruang makan, tak lama muncul Chava dengan memakai pakaian berwarna biru.“Selamat pagi. Ayo sarapan dulu? Aku udah buatin kamu nasi goreng.” Sapa Alvian dengan senyuman yang melebar.Berbeda dengan ekspresi Alvian yang sumringah, ekspresi Chava terlihat datar, bahkan tatapan Chava yang penuh keceriaan itu berubah menjadi tatapan di
“Kamu ngapain ada disini?!” Teriak Joya saat melihat Alvian yang kini berada di rumah Binar.Chava mengeryitkan dahi, padahal Chava tidak memberitahu Alvian bahwa dia akan ke rumah Binar. Namun suaminya itu kini sedang duduk bersama Genta di ruangan tengah.“Aku mau jemput istri aku.” Jawab Alvian dengan santainya.Joya menghampiri Alvian, “kamu itu enggak ada malu – malunya, ya! Kamu udah menyakiti perasaan Chava, masih ada muka kamu muncul di hadapan kami?” berang Joya.Chava tidak berniat membuat Joya untuk berhenti memarahi suaminya. Rasa kecewa Chava sudah terlalu besar pada Alvian.“Saya yang kasih tahu Alvian untuk datang kesini.” Genta kini mulai membuka mulutnya.“Mas, kenapa harus kasih tahu dia sih?” Kini Binar ikut bertanya. Binar terkejut, bahwa suaminya ini ternyata ikut andil.“Iya, Mas. Mas kan juga tahu, kalau Chava ini sering banget disakitin sama dia,” Joya menunjuk Alvian, “Kenapa sih Mas?” Geram Joya.“Cukup, Joya.” Semua pasang mata kini tertuju pada seseorang y
Pagi ini tidak secerah pagi biasanya, hujan tidak berhenti dari semalam. Biasanya Chava enggan untuk turun dari ranjangnya jika hujan di pagi hari, dia akan terus berguling – guling disana dengan selimut yang melekat pada tubuh.Bahkan Chava juga akan membuat Alvian ikut bermalas – malasan dengan mendekap suaminya itu secara erat – erat, tidak memperdulikan Alvian yang merengek – rengek minta di lepaskan.Namun kali ini, Chava bahkan baru saja memarkirkan mobilnya di area parkir perusahaan milik ayahnya itu. Dia tidak langsung keluar, dia minum terlebih dahulu kopi yang dia beli tadi. Hangat, itu yang dia rasakan saat kopi itu melewati kerongkongannya.Chava menghela napas, kemudian membuka seatbelt yang melingkar pada dadanya, dia keluar dari mobil dengan membawa tas serta kopi yang dia genggam.“We need to talk.”Chava belum melangkahkan kakinya jauh dari parkiran, ketika ada seseorang yang menghadang jalannya.Chava mengeryitkan dahi, bahkan dia memutar bola matanya dengan malas. “
Chava menarik napas dalam – dalam kemudian mengeluarkan udara itu secara perlahan, dia sedang menyiapkan dirinya untuk mendengarkan cerita tentang Alvian beserta keluarganya dari Jane —ibu mertuanya.Chava memilih untuk menanyakan ke Ibu mertuanya, karena Chava yakin jika dia bertanya pada Alvian. Alvian pasti tidak mau menjelaskannya.“Maaf, buat kamu menunggu.” Jane kini mendudukan dirinya di sebelah Chava.Tadi Jane meminta Chava untuk duduk terlebih dahulu karena Jane ingin membawa air minum, berjaga – jaga jika dia dan Chava haus. Jane meletakan gelas berisi air itu di meja yang ada di hadapannya.“Waktu umur Alvian yang kedua tahun, Mama bercerai dengan Papa Kim, Papa kandung Alvian. Alasan kami bercerai karena Papa Kim berselingkuh dengan sekretarisnya dan dia mengaku jika perempuan itu sedang hamil.” Ucap Jane yang mulai bercerita tanpa diminta lagi oleh Chava.Dari awal Chava mendengar perkataan Jane saja, sudah membuat hatinya merasa sakit. Namun Chava sekali lagi menguatkan
“Will you marry me?” Ajakan pernikahan dari Alvian mampu membuat mata Chava melebar, terkejut bukan main, apalagi mengingat status hubungan Alvian dan Chava yang bukan sepasang kekasih. Namun di malam ini, bertepatan dengan tahun yang akan berganti, dengan pemandangan City light di depan sana, Alvian mengajak Chava untuk hidup bersama sebagai pasangan suami-istri. “Tunggu deh, Bang! Kamu pasti bercanda kan?! Masa seorang Aim tiba – tiba aja lamar aku?” Chava tertawa canggung. ”Abang, hubungan kita kan cuman adek – kakak an, kan abang sendiri yang bilang itu dari lama. Waktu aku bilang, ‘aku suka Abang’ juga, Abang tetap teguh sama pendirian Abang, bahwa Abang hanya sayang sama aku cuman sebatas adik.” Chava lagi – lagi tertawa hingga tidak memperhatikan pria yang ada di sampingnya kini.Memang akhir - akhir ini sifat Alvian mulai berubah menjadi lebih baik kepada Chava, Chava pikir malam ini Alvian akan mengajaknya berpacaran, sesuai dengan harapan Chava, karena tadi pagi Alvian