Shafira memastikan siapa yang datang menemuinya."Ada apa ya Bu?" tanya Safira bingung."Mbak Safira, bisa ikut kami ke balai desa untuk senam ibu hamil?" tanya bu Dina selaku kader posyandu di komplek perumahan Satria."Em, untuk apa ya Bu?""Ya, kan Bu Safira belum juga melahirkan setelah 10 hari HPL. Hal ini bisa dilakukan agar Bu Safira tidak stress. Nanti juga ada Bu bidan yang akan memeriksa kondisi janin ibu," jelas bu Dina.Shafira memandang Aini seolah meminta pendapatnya. Aini sendiri tak mengerti perihal kehamilan ataupun kelahiran yang mundur. Dia juga tak yakin jika Satria mengizinkan Shafira untuk pergi.Dina terlihat memandang jam di tangannya membuat Shafira tak nyaman."Biar Shafira minta izin suaminya terlebih dahulu," ucap Aini tegas."Bagus itu, memang seorang istri harus meminta izin kepada suaminya jika ingin keluar rumah."Safira mengangguk dan masuk ke dalam untuk berbicara dengan Satria, meminta izin untuk memenuhi undangan senam ibu hamil."Baiklah bu Aini, s
"Kenapa kamu terus membohongiku?" teriak Shafira marah namun Satria seolah tuli, tak peduli dengan ocehan Shafira.Shafira menghembuskan nafas berat, berusaha meredam emosinya sendiri. Sangat sakit melihat lelaki yang begitu kita cintai lebih mementingkan wanita lain.'Ya Allah mas, begitu pentingnya Thika bagimu. Setelah membaca pesannya, kamu segera menemuinya dan tak peduli dengan perasaanku,' keluh Shafira di dalam hatinya."Kemana Satria pergi Shaf?" tanya Aini mendekati menantunya. Dia mendengar Shafira berteriak tadi namun tak mengerti duduk perkara yang terjadi."Menemui Thika Bu," jawab Shafira tanpa memandang Aini."Jangan ngaco kamu?""Siapa yang ngaco, memang benar kok. Tadi Thika mengirim pesan, bilang kecewa sama mas Satria. Dia juga membahas uang 2 juta pemberian darinya. Apa itu tidak disebut selingkuh bu? Memberi uang orang asing tanpa sepengetahuan aku, istrinya.""Tidak mungkin Shaf, dia sudah berjanji untuk melupakan Thika. Kamu percaya sama ibu, nanti aku yang aka
Shafira segera mengambil ponsel dan menyerahkannya pada Satria, dimana Shafira berhasil memotret WA Thika. Karena ponsel Satria dikunci, Shafira memotretnya dengan ponselnya sendiri.Satria diam, tatapannya fokus pada ponsel Shafira."Kenapa kamu diam mas? Jawab mas? Semua itu benarkan?""Shafira, semua tidak seperti yang kamu lihat.""Lalu apa ini? Apa semua ini rekayasa?""Kamu nggak bisa jawab kan mas?" cerca Shafira.Shafira merebut ponselnya dan mencari cari isi chatnya dengan Yudha."Ini, lihatlah!"Satria kembali membaca pesan WA dari Yudha yang mengakui jika sepeda beat dibawakan kepada Thika lagi."Kenapa kamu lakukan semua ini mas? Tega sekali kamu? Kamu jahat?" teriak Shafira membuat Aini dan kedua putrinya berlari mendekat."Ada apa ini?" tanya Aini."Tanyakan saja pada anakmu bu.""Ma, mama kenapa menangis?" tanya Mila dengan polosnya."Ada apa Satria, katakan pada ibu apa yang sebenarnya terjadi?""Intinya, aku tidak melakukan apapun. Aku tidak berselingkuh!"Shafira seg
[Halo mas, kamu dimana?]Panggilan telepon dari Thika.[Halo, aku ada di rumah sakit, istriku mau melahirkan. Ada apa?][Ah, anu mas, ada yang ingin aku bicarakan kepadamu, hal ini sangat penting sehingga kita harus bertemu.]Satria mengernyitkan kening penasaran, [hal penting apa itu?][Pokoknya sangat penting Mas, kamu cepat kesini dan aku akan menceritakan semuanya.][Tapi ….]Satria bingung, namun dia harus tegas untuk menolak tidak datang karena istrinya sedang membutuhkannya.[Maaf Thik–][Mas aku mohon kemarilah, ini menyangkut hidup dan matiku. Apa kamu tidak kasihan padaku?]Tika berhasil membuat Satria dilema antara menunggu istri yang membutuhkannya, atau datang menemui Tikha karena kasihan padanya.10 menit kemudian.Satria duduk diatas sepeda miliknya di pinggir jalan, mimik gusar terpancar dari wajahnya. Dirinya kini menunggu Thika. Thika yang menghubungi Satria terlebih dahulu dan berkata jika ada hal penting yang ingin dikatakan."Maaf mas, aku telat. Kamu menunggu la
"Plak!""Aakh!""Bu, apa yang kamu lakukan?" tanya Satria tak paham, tiba tiba saja ibu kandung itu menampar pipinya."Apa yang aku lakukan? Yang aku lakukan adalah kewajiban sebagai seorang ibu saat mengetahui kelakuan buruk anaknya. Dasar, anak kurang ajar. Dimana tanggung jawab kamu Satria? Di mana kamu saat istrimu membutuhkanmu? Dia mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkan seorang bayi dan kamu tak ada disampingnya," ujar Aini panjang lebar.Satria tertunduk dan berkata, "maafkan Aku. Aku pergi menemui–""Jangan jelaskan padaku, jelaskan alasanmu itu kepada istrimu. Dia yang butuh penjelasan darimu dan aku harap dia mau mengerti."Aini pergi meninggalkan Satria yang kini berdiri terpaku di depan ruang bersalin. Rasanya Satria sungguh tak berani untuk menemui istrinya.Dengan pelan Satria berjalan memasuki ruangan dimana istrinya berada.Terlihat Shafira tergolek lemah dengan malaikat kecil berada di atas d*d* Shafira. Bayi itu begitu aktif bergerak gerak mencari sesuatu di sekita
"Kamu masih mau bersamaku kan? Aku mohon Shaf," pinta Satria."Aku ….""Aku mau bersamamu lagi mas demi anak anak. Ya, demi mereka aku akan mempertahankan bahtera rumah tangga ini, bukan karena cintaku padamu. Bagaimanapun kaca yang sudah pecah masih bisa disatukan kembali, namun tak akan sama dengan keadaan semula. Seperti hatiku yang telah lama rusak oleh ketidakpastian sikapmu. Mendengar jawaban Shafira yang seperti terpaksa bersamanya membuat Satria kembali membela dirinya."Sudah aku katakan padamu, aku tak ada hubungan apa- apa dengan Thika. Sekarang kita tutup masalah ini dan mengurus bayi serta anak anak kita bersama."Shafira hanya diam namun dalam hatinya sudah lelah mendengar sanggahan dari Satria."Baiklah, aku akan keluar untuk merokok sebentar."Satria berjalan keluar dan berpapasan dengan Karsih. Bukannya menyapa Karsih, Satria malah berlalu pergi menuju warung dekat Rumah Sakit.Disana sudah ada Yudha dan Indra. Mereka menunggu Satria sejak 15 menit yang lalu.Karsih
"Oekh!""Oekh!""Oekh!"Bayi Shafira tiba tiba menangis menangis begitu kencang membuat Shafira dan Karsih terkejut seketika bangun untuk menenangkan si bayi."Cup cup."Karsih segera menggendong bayi Shafira."Shaf, bayi ini mau diberi nama siapa? Apa kamu sudah mempersiapkan nama yang bagus untuknya?" tanya Karsih.Shafira menggeleng, dia tak menyiapkan nama bayi perempuan karena dia begitu yakin akan melahirkan bayi laki laki."Sudah aku duga, kamu pasti menyiapkan nama bayi laki laki kan?" ucap Satria masuk ruangan."Mas," lirih Shafira."Aku mendengar bayi kita menangis, makanya aku kemari dan aku mendengar pembicaraan kalian," ucap Satria.Bayi ini akan kuberi nama "Maya"."Maya?" ucap Shafira dan Karsih berbarengan."Iya, Mayaza Fitriani, yang artinya perempuan yang mempunyai keistimewaan dan suci.""Owh begitu, semoga saja bayi ini sesuai dengan harapan di balik namanya.""Aamiin.""Oekh!""Oekh!"Tiba tiba Maya kembali menangis, kali ini lebih keras. Karsih sampai bingung men
[Apa?!]Shafira tak menyangka jika Yudha akan mengatakan hal yang tak masuk akal. Mana mungkin seorang suami meninggalkan istrinya yang baru saja melahirkan demi wanita lain?"Ah, itu tidak mungkin mas Yhuda, mungkin sebentar lagi mas Satria akan kesini kok, aku yakin.""Syukurlah jika kamu percaya pada Satria, karena saat ini aku meragukan kesetiaannya."Shafira hendak menjawab namun Yudha kembali berkata, "Ya sudah mbak Shafira, saya lagi sibuk ini, sampai ketemu nanti."Panggilan berakhir.Shafira sama sekali tidak mencurigai ucapan aneh dari Yudha. Ponsel diletakkan di atas nakas pelan dan terlihat cemas. Karsih melihat detail perubahan mimik Shafira, merasakan ada hal yang membuatnya sedih."Ada apa Shafira?""Eh, tidak ada apa apa?""Ayo kita turun saja, nunggu mobil Yudha menjemput kita.""Meski mas Satria nggak datang menjemput?""Tidak usah lah, mungkin dia masih tidur," ucap Karsih menenteng tas perlengkapan persalinan.Karsih dan Shafira turun ke lantai bawah di Rumah Sakit