Share

Bab 28

Sepanjang perjalanan, Bang Rafi selalu sewot. Ia tak habis pikir dengan kakaknya satu itu. Niat hendak bicara baik-baik agar masalah nya selesai dengan cara kekeluargaan, malah buat ulah dan terus saja menyalahkan aku sebagai istrinya.

Tentu saja suamiku itu marah besar. Ditolong agar cepat kelar, malah seperti dendam kesumat padaku. Benar-benar bikin emosi Mba Tia ini.

“Ya sudahlah Bang, kita sudah bicara baik-baik pada Mba Tia kan? Urusan mau terima atau tidak, ya terserah dia lah … yang penting sebagai keluarga, kita sudah berusaha niat membantu,” kataku sedikit memberinya semangat, walau tidak begitu ngaruh dengan suasana emosi di hati Bang Rafi.

Aku dan Bang Rafi tak jadi menikmati jalan-jalan. Dan akhirnya hanya pergi ke sebuah restoran khas Sunda. Karena rasa lapar telah memanggil-manggil ingin segera diisi.

Bang Rafi menghentikan mobil ini ke jalur paling kiri parkiran rumah makan. Aku sedikit terfokus pada sebuah mobil yang tak asin
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status