"Emmm." Tubuh Nada menggeliyat saat Ethan membaringkan di atas tempat tidur."Hust... tidurlah!" lirih Ethan saat Nada bergerak dengan mata terpejam.Ethan tidak membangunkan saat mereka tiba di rumah. Melihat istrinya tidur dengan nyenyak, rasa kasihan tiba-tiba muncul. Terlebih saat melihat wajah lelah Nada. Bagaimanapun menurutnya rasa lelah Nada, dia juga yang ikut andil.Setelah memastikan Nada tidur dengan posisi nyaman, Ethan tidak segera beranjak dari tempat tidurnya. Pria itu malah membaringkan tubuh di sisi Nada dengan posisi miring menghadap Nada. Menggunakan satu tangan menyangga kepala, Ethan memperhatikan dan memandangi wajah Nada.Bibirnya kembali menyunggingkan senyum yang cukup manis dengan pesonanya. Sayangnya, Nada tertidur. Andai dia bangun dan melihatnya, pasti akan terpesona juga.Perlahan dan sangat hati-hati, tangannya bergerak mendekati wajah Nada. Seperti enggan mengganggu sang istri, namun ingin menyentuhnya. Ethan membelai wajah Nada dengan sangat lembut da
"Nada, kamu jangan khawatir! Meski tidak menang, paling tidak karyamu akan dilihat oleh orang terpenting, pemilik perusahaan ini. Paling tidak kamu sudah memiliki nama di depan matanya." Melihat Nada lesu dan seperti tidak yakin, James merasa bersalah. Dia pun berusaha menghibur."Apa itu benar?" Mata Nada berbinar."Ya. Kamu hanya butuh mempersiapkan diri untuk ini." James menyambut dengan senyum."Aku pasti melakukannya." Nada mengangguk mengerti.Dia pikir harus mempersiapkan diri dengan baik. Bukan hanya karya yang diciptakan, tapi penampilan pun harus diperhatikan saat menghadiri kompetisi itu. Dia harus mempersiapkan diri juga.Sehari sebelum acara itu dilaksanakan, Nada merasa resah dan gelisah. "Nada, ada apa?" Ethan heran melihat Nada berjalan mondar-mandir seperti orang bingung di depan kamarnya, juga keluar-masuk ke dalam kamar."Ethan, menurutmu, apakah aku harus beli pakaian untuk menghadiri kompetisi besok?" Ethan tidak segera menjawab pertanyaan Nada, dia malah memp
"Apa tidak bisa menemani aku?" Nada menunjukkan wajah sedih di pagi hari.Ethan semakin menarik rapat tubuh Nada masuk ke dalam pelukannya. Semalam Ethan tidur di kamar Nada karena mereka telah mencapai sepakat untuk melupakan perjanjian yang pernah mereka ucapkan sesaat setelah pernikahan. Keduanya sudah saling mengakui perasaan masing-masing. Nada juga telah mengakui siapa dirinya dan apa yang sebenarnya terjadi hingga mereka bisa menikah."Maafkan aku," sesal Ethan.Ethan melonggarkan pelukannya agar Nada bisa mendongak untuk melihatnya."Tapi kamu jangan khawatir! Setelah pekerjaanku selesai, aku segera datang," sambungnya."Tapi aku ingin kamu melihat presentasiku," ucap Nada dengan tatapan penuh harap.Ethan tersenyum hangat."Aku pasti akan melihatmu," janjinya.Nada mencari kesungguhan dalam manik mata Ethan dan dia menemukannya. Melihat hal itu hatinya menjadi tenang. Nada kembali menyembunyikan wajah dalam dada bidang Ethan dan menikmati kehangatan tubuh Ethan."Aku takut,
Jantung Nada berdebar-debar dan mungkin bukan hanya dia saja yang merasakan hal itu. Semua peserta dan mungkin juga semua orang yang ada di dalam gedung itu sedang merasakan hal yang sama. Mereka sama-sama menantikan hasil penilaian dari tim juri.Jude tersenyum melihat Nada meremas jemarinya sendiri karena gugup dan gelisah menunggu penilaian dan pengumuman. Pria itu melirik benda pipih di pergelangan tangannya melihat penunjuk waktu."Beberapa menit lagi," lirihnya kembali melirik ke arah Nada."Tuan, bagaimana kalau aku tidak berhasil?" Nada menatap nanar Jude. Dia khawatir tidak menang dan mengecewakan perusahaan."Dalam kompetisi pasti ada kalah dan menang. Anda sudah memberikan yang terbaik," ucap Jude.Nada terharu mendengar tanggapan Jude. Pria itu benar-benar bijaksana di depan matanya.Hingga akhirnya pembawa acara menghentikan kebisingan para penghuni gedung. Ssemua terlihat serius dan tegang. Seolah semua orang mengarahkan pandang dan juga pendengaran mereka pada satu titi
"Ethan, jangan lakukan ini! Aku malu." Wajah Nada semakin merona kala tangan Ethan semakin erat melingkar pada pinggangnya.Cup.Satu kecupan mendarat tepat pada bibir Nada. Jelas saja hal ini membuat Nada kaget setengah mati, bahkan wajahnya langsung terasa panas seperti terbakar. Ditambah dengan sorak dan tepuk tangan dari banyak orang yang hadir di dalam gedung itu, Nada semakin tidak berani menatap mereka.Ethan jelas tidak membiarkan hal itu terjadi. Dengan jarinya yang kokoh diangkatnya wajah Nada dengan menjungkit dagunya hingga mata mereka kembali saling beradu."Kamu harus siap, Sayang," lirih Ethan.Mendengar Ethan memanggilnya sayang, kembali wajah Nada merona bak tomat ranum yang menggoda untuk segera di santap.Ya, bagaimanapun Nada harus siap dengan ketenaran yang dimiliki Ethan. Dia juga harus siap dengan kehidupan Ethan yang tidak dia ketahui sebagai Ethan Andrew yang sebenarnya."Ehem." Tidak mau berlama-lama membuat orang banyak penasaran karena suara tanya mereka t
"Danica, ada apa?"Dolly berjalan mendekati Danica dan masih dengan wajah kesal karena putrinya itu telah mengganggu kesenangannya siang ini, namun wajahnya lebih segar. Aroma harum sabun melekat pada seluruh tubuhnya sepertinya Dolly habis mandi."Kenapa wajahmu jelek sekali?" sambung Dolly memperhatikan wajah Danica.Dia duduk di depan Danica yang tampak frustasi dan marah, sedangkan Vincent telah rapi dengan pakaian kerjanya. Pria itu setelah melakukan olahraga siang yang tidak sempurna, kini harus kembali bekerja, namun sebelum benar-benar pergi, dia pun duduk di samping Dolly. Sama seperti istrinya, pria itu juga memperhatikan wajah Danica dengan penuh heran dan kesal. Dia ingin mendengar penjelasan dari Danica, kenapa sampai mengganggu mereka?Danica menegakkan duduknya dan kini lebih condong ke arah Dolly dan Vincent. Bola matanya mengedar dan terbagi pada orang tuanya. Untuk beberapa saat tatapan itu melekat dan kembali terbayang posisi kedua orang tuanya itu di saat dia memb
Seperti mentari pagi yang cerah, saat membuka mata, pertama kali yang dilihat adalah anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa. Wajah tampan dengan garis tegas, puncak hidung yang mancung.Nada tersenyum bahagia. Perlahan tangannya keluar dari dalam selimut. Rasanya tidak bisa menahan diri untuk tidak mengukir di atas kanvas cinta wajah tampan ciptaan Yang Kuasa itu dengan jarinya. Berlabuh pada titik anak rambut yang sedikit menutup wajah Ethan, jemari Nada yang lentik turun menelusuri indahnya lengkuk hidung bangir Ethan hingga sampai puncaknya."Sangat tampan!" lirihnya sangat pelan menggagumi.Lagi-lagi Nada tersenyum, bahkan tertawa kecil saat jemarinya tidak mau berhenti. Alhasil, bibir Ethan menjadi sasaran. Sangat lembut usapannya. Netranya pun terpatri terpaku, mengagumi ketampanan sang suami.Ethan bukan tidak merasakan seluruh belaian dan usapan lembut Nada pada wajahnya. Dia hanya tidak ingin mengganggu kebahagiaan istrinya sehingga memilih untuk tetap menutup mata dan pura-pura masi
"Kenapa semua orang bersikap aneh pagi ini? Kenapa kamu juga mengikuti mereka?" Nada mendekati Indah dan berbisik heran."Tidak ada yang aneh," jawab Indah dengan sedikit senyum nyengir melirik ke arah karyawan yang lain.Nada kaget melihat sikap semua orang di perusahaan terlihat berbeda padanya. Biasanya mereka akan cuek bebek dan sesekali saja saling menyapa, tapi pagi ini tidak. Semua orang menyapa dengan sedikit membungkukkan tubuh mereka. Mulai dari satpam di depan pintu masuk, sampai resepsionis dan juga karyawan lain yang berpas-pasan dengannya. Bahkan Indah pun yang selama ini adalah teman dekatnya di departemen tempatnya bekerja melakukan hal yang sama saat dia datang."Jangan sok tidak tau, Indah! Jelas-jelas mereka bersikap aneh pagi ini." Nada kesal mendengar jawaban Indah. Pencil yang digunakan Indah untuk mendesain pun menjadi sasaran. Nada merampas, lalu membantingnya pelan di atas meja sehingga temannya itu kaget dengan pundak melonjak. Indah menoleh dan melihatnya l