"Apa tidak bisa menemani aku?" Nada menunjukkan wajah sedih di pagi hari.Ethan semakin menarik rapat tubuh Nada masuk ke dalam pelukannya. Semalam Ethan tidur di kamar Nada karena mereka telah mencapai sepakat untuk melupakan perjanjian yang pernah mereka ucapkan sesaat setelah pernikahan. Keduanya sudah saling mengakui perasaan masing-masing. Nada juga telah mengakui siapa dirinya dan apa yang sebenarnya terjadi hingga mereka bisa menikah."Maafkan aku," sesal Ethan.Ethan melonggarkan pelukannya agar Nada bisa mendongak untuk melihatnya."Tapi kamu jangan khawatir! Setelah pekerjaanku selesai, aku segera datang," sambungnya."Tapi aku ingin kamu melihat presentasiku," ucap Nada dengan tatapan penuh harap.Ethan tersenyum hangat."Aku pasti akan melihatmu," janjinya.Nada mencari kesungguhan dalam manik mata Ethan dan dia menemukannya. Melihat hal itu hatinya menjadi tenang. Nada kembali menyembunyikan wajah dalam dada bidang Ethan dan menikmati kehangatan tubuh Ethan."Aku takut,
Jantung Nada berdebar-debar dan mungkin bukan hanya dia saja yang merasakan hal itu. Semua peserta dan mungkin juga semua orang yang ada di dalam gedung itu sedang merasakan hal yang sama. Mereka sama-sama menantikan hasil penilaian dari tim juri.Jude tersenyum melihat Nada meremas jemarinya sendiri karena gugup dan gelisah menunggu penilaian dan pengumuman. Pria itu melirik benda pipih di pergelangan tangannya melihat penunjuk waktu."Beberapa menit lagi," lirihnya kembali melirik ke arah Nada."Tuan, bagaimana kalau aku tidak berhasil?" Nada menatap nanar Jude. Dia khawatir tidak menang dan mengecewakan perusahaan."Dalam kompetisi pasti ada kalah dan menang. Anda sudah memberikan yang terbaik," ucap Jude.Nada terharu mendengar tanggapan Jude. Pria itu benar-benar bijaksana di depan matanya.Hingga akhirnya pembawa acara menghentikan kebisingan para penghuni gedung. Ssemua terlihat serius dan tegang. Seolah semua orang mengarahkan pandang dan juga pendengaran mereka pada satu titi
"Ethan, jangan lakukan ini! Aku malu." Wajah Nada semakin merona kala tangan Ethan semakin erat melingkar pada pinggangnya.Cup.Satu kecupan mendarat tepat pada bibir Nada. Jelas saja hal ini membuat Nada kaget setengah mati, bahkan wajahnya langsung terasa panas seperti terbakar. Ditambah dengan sorak dan tepuk tangan dari banyak orang yang hadir di dalam gedung itu, Nada semakin tidak berani menatap mereka.Ethan jelas tidak membiarkan hal itu terjadi. Dengan jarinya yang kokoh diangkatnya wajah Nada dengan menjungkit dagunya hingga mata mereka kembali saling beradu."Kamu harus siap, Sayang," lirih Ethan.Mendengar Ethan memanggilnya sayang, kembali wajah Nada merona bak tomat ranum yang menggoda untuk segera di santap.Ya, bagaimanapun Nada harus siap dengan ketenaran yang dimiliki Ethan. Dia juga harus siap dengan kehidupan Ethan yang tidak dia ketahui sebagai Ethan Andrew yang sebenarnya."Ehem." Tidak mau berlama-lama membuat orang banyak penasaran karena suara tanya mereka t
"Danica, ada apa?"Dolly berjalan mendekati Danica dan masih dengan wajah kesal karena putrinya itu telah mengganggu kesenangannya siang ini, namun wajahnya lebih segar. Aroma harum sabun melekat pada seluruh tubuhnya sepertinya Dolly habis mandi."Kenapa wajahmu jelek sekali?" sambung Dolly memperhatikan wajah Danica.Dia duduk di depan Danica yang tampak frustasi dan marah, sedangkan Vincent telah rapi dengan pakaian kerjanya. Pria itu setelah melakukan olahraga siang yang tidak sempurna, kini harus kembali bekerja, namun sebelum benar-benar pergi, dia pun duduk di samping Dolly. Sama seperti istrinya, pria itu juga memperhatikan wajah Danica dengan penuh heran dan kesal. Dia ingin mendengar penjelasan dari Danica, kenapa sampai mengganggu mereka?Danica menegakkan duduknya dan kini lebih condong ke arah Dolly dan Vincent. Bola matanya mengedar dan terbagi pada orang tuanya. Untuk beberapa saat tatapan itu melekat dan kembali terbayang posisi kedua orang tuanya itu di saat dia memb
Seperti mentari pagi yang cerah, saat membuka mata, pertama kali yang dilihat adalah anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa. Wajah tampan dengan garis tegas, puncak hidung yang mancung.Nada tersenyum bahagia. Perlahan tangannya keluar dari dalam selimut. Rasanya tidak bisa menahan diri untuk tidak mengukir di atas kanvas cinta wajah tampan ciptaan Yang Kuasa itu dengan jarinya. Berlabuh pada titik anak rambut yang sedikit menutup wajah Ethan, jemari Nada yang lentik turun menelusuri indahnya lengkuk hidung bangir Ethan hingga sampai puncaknya."Sangat tampan!" lirihnya sangat pelan menggagumi.Lagi-lagi Nada tersenyum, bahkan tertawa kecil saat jemarinya tidak mau berhenti. Alhasil, bibir Ethan menjadi sasaran. Sangat lembut usapannya. Netranya pun terpatri terpaku, mengagumi ketampanan sang suami.Ethan bukan tidak merasakan seluruh belaian dan usapan lembut Nada pada wajahnya. Dia hanya tidak ingin mengganggu kebahagiaan istrinya sehingga memilih untuk tetap menutup mata dan pura-pura masi
"Kenapa semua orang bersikap aneh pagi ini? Kenapa kamu juga mengikuti mereka?" Nada mendekati Indah dan berbisik heran."Tidak ada yang aneh," jawab Indah dengan sedikit senyum nyengir melirik ke arah karyawan yang lain.Nada kaget melihat sikap semua orang di perusahaan terlihat berbeda padanya. Biasanya mereka akan cuek bebek dan sesekali saja saling menyapa, tapi pagi ini tidak. Semua orang menyapa dengan sedikit membungkukkan tubuh mereka. Mulai dari satpam di depan pintu masuk, sampai resepsionis dan juga karyawan lain yang berpas-pasan dengannya. Bahkan Indah pun yang selama ini adalah teman dekatnya di departemen tempatnya bekerja melakukan hal yang sama saat dia datang."Jangan sok tidak tau, Indah! Jelas-jelas mereka bersikap aneh pagi ini." Nada kesal mendengar jawaban Indah. Pencil yang digunakan Indah untuk mendesain pun menjadi sasaran. Nada merampas, lalu membantingnya pelan di atas meja sehingga temannya itu kaget dengan pundak melonjak. Indah menoleh dan melihatnya l
"Dokter, aku akan melunasi biayanya," ucap Nada.Hari ini Nada pulang lebih awal karena dia langsung pergi ke rumah sakit. Maksud hati ingin melunasi biaya operasi dan donor ginjal untuk Bethany. Karena dia telah memiliki uang penghargaan atas kemenangannya, dia pikir uang itu sudah cukup untuk biaya pelunasan awal. Untuk biaya perawatan selanjutnya, akan dia pikirkan kembali."Maaf, Nona, Anda terlambat. Orang lain sudah melakukan pembayaran lunas terlebih dahulu," ucap dokter menyesalkan kedatangan Nada yang sudah terlambat."Dokter, bukankah aku berjanji akan melunasi dan Anda memberi waktu hingga lusa? Kenapa bisa Anda memberikan pada orang lain?" Nada sedih dan juga kecewa. Ginjal yang akan diberikan pada Bethany, ternyata sudah dibayar oleh orang lain. Padahal dia sudah berpesan untuk tidak memberikan pada orang lain karena dia akan segera melunasinya.Nada berjalan ke luar dengan langkah lemah tak berdaya. Harapannya untuk mengobati Bethany sia-sia sudah. Bahkan dia sudah memb
"Apa kamu tidak mau menemuinya dan mengatakan sesuatu sebelum dia menjalani operasi?" Nada tercengang, terdiam. Kata-kata Ethan, meski tidak mengatakan secara langsung, namun dia langsung mengerti apa arti semuanya itu."Tapi dokter bilang, ginjal itu telah diberikan pada orang lain." Nada berusaha untuk tidak terlalu berharap apa yang dia pikirkan tentang kata-kata Ethan benar. Mungkin yang dimaksud Ethan adalah orang lain atau mungkin keluarga Ethan yang akan melakukan operasi. Kerena Ethan belum memperkenalkan pada keluarganya, maka dia berpikir Ethan akan memperkenalnya sekarang."Orang itu, aku," ucap Ethan. "Dan hari ini rencana operasinya," sambungnya.Nada semakin terkejut dan kaget. Matanya semakin membulat sempurna. Dia sama sekali tidak menyangka bila Ethan melakukan hal itu semua lebih cepat dibanding dirinya. Padahal baru tadi Nada menceritakan tentang Bethany, tapi ternyata Ethan sudah mengetahuinya lebih dahulu, bahkan membayarnya."Ethan, kamu tidak bercanda, bukan?"