Parman masih saja menatap Sera dengan sangat serius. Ini rahasia keluarga dan dia berjanji tidak akan pernah membongkarnya. Tapi apa boleh buat, Parman harus mengatakan hal itu kepada Sera. Tidak ada yang bisa membantu Anggoro kecuali wanita itu."Kejadian itu terjadi setelah Tuan Anggoro menikah dengan Nyonya Pamela dan melahirkan Satria."Parman pun menceritakan semuanya kepada Sera. Dan Sera semakin tidak percaya. Bagaimana bisa mbah sangat kejam seperti itu terhadap Pamela.Semua dimulai ketika tuan besar Ayah Anggoro tergeletak di atas tempat tidur dan akan kehilangan nyawanya."Bagaimanapun juga, menjadi seorang Bupati adalah hal yang harus dilakukan oleh Anggoro. Kau harus membantu dia. Lakukan apapun itu walaupun kau harus mengorbankan semuanya," ucap Tuan Besar dengan suara yang sudah lirih."Apa tidak ada cara lain?" tanya Simbah kepada suaminya."Hanya dengan menjadi yang terbaik, dan pemimpin di kota ini, nama keluarga kita akan terus melambung." Tuan Besar melambaikan tan
Sera masih saja menerima ciuman itu walaupun sudah semakin panas. Bima pun tidak bisa mengontrol hasratnya. Lelaki itu menggendong Sera dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang.Sera sudah sangat pasrah, apalagi sang manager apartemen itu mengetahui keberadaannya di sana. Bisa saja para media massa pun mengetahui jika istri Bupati sudah menemui lelaki lain di sebuah apartemen. Namun, Sera tidak akan memusingkan hal itu. Yang terpenting sekarang Anggoro bisa terbebas dan menjadi Bupati bersama dengan Pamela. Sedangkan dirinya akan pergi bersama anaknya."Aku sedang mengandung dan tidak mungkin bisa melayanimu, Bima. Aku tahu kau lelaki yang sangat baik. Tidak mungkin menikmati tubuhku dalam keadaan seperti ini," bisik Sera sambil memejamkan kedua matanya, ketika Bima sudah mulai menjamah asetnya yang berada di atas.Apa yang dikatakan Sera tidak mempan. Bima malah hanyut dalam hasratnya. Namun, ketika lelaki itu melihat air mata menetes di kedua mata Sera, mendadak dia menghentikannya.
Sera semakin tidak percaya. Ternyata Bima sudah merencanakan ini semua. Dia harus mengakui sebuah hal yang akan sangat memalukan Anggoro. Bahkan jika Tuan Bupati terbebas pun, dia akan mendapatkan kemarahan Bupati. Tentunya Anggoro akan sangat benci kepadanya. Tapi, tidak ada pilihan lain. Lebih baik lelaki itu membencinya daripada berada di dalam penjara. Lagi pula Anggoro tidak memiliki perasaan dengannya. Sera harus sadar jika memang Pamela yang pantas mendampingi Anggoro."Kenapa diam saja, Sera? Kau harus setuju dengan peraturanku. Setelah itu aku akan benar-benar membebaskan sang sepupu tercinta. Bahkan ayahku tidak akan pernah bisa mencegahku.""Aku tidak menyangka, kau ternyata lelaki tidak tahu diri. Ya, aku akan mepakukannya." Sera semakin menatap tajam Bima yang masih saja tertawa kecil. "Tapi ingatlah, Bima. Kau sudah kalah dengan Anggoro, walaupun kau akan memenangkan ini semua. Memang aku akan bersamamu. Tapi kau tahu sendiri, hatiku hanya tetap milik Anggoro. Kau tidak
Semua wartawan bergegas meninggalkan lokas. Sera menarik napas panjang. Untung saja dia tidak mengatakan hal apa pun. kedatangan Maya sudah menyelamatkannya."Apa kau sudah gila, Maya! Apa yang kau lakukan benar-benar! Kau tidak tahu diri!' teriak Bima dengan sangat keras. Membuat semua orang yang berada di apartemen itu memandangnya."Hahaha. Kau pikir aku akan melepaskanmu? Hei, Bima. Kau sudah menyakitiku seperti ini. Tentu saja aku akan memihak seseorang yang akan membuat hatiku lega, dan membuatmu bisa membayar semua yang sudah kau lakukan kepadaku. Aku tidak akan pernah memaafkanmu Bima," balas Maya masih saja dengan tertawa.Semua orang masih memandang mereka Sera pun mendekati Maya dan berkata, "Kita harus pergi dari sini. Aku tidak ingin semua orang mengamatiku. Jika kau memang membantuku, bawa aku pergi dari sini, Maya.""Aku tidak akan pernah memaafkanmu, Maya!"Bima mendekati Maya dan akan menamparnya dengan sangat keras. "Hentikan!" Sera menampisnya. "Apa kau lelaki seja
Mengakui jika anak yang berada di dalam kandungan itu adalah anaknya? Jantung Sera semakin berdebar kencang. Tapi apakah ini bagian dari sandiwara Anggoro? Sera tidak bisa mempercayai hal itu begitu saja. Sera harus tetap bersiap. Dia hanya wanita yang menikah kontrak dengan Anggoro. Tidak ada sesuatu yang lebih. Bahkan memiliki anak dengan Anggoro adalah sebuah kecelakaan yang saat itu sangat bodoh dilakukannya. Sera sudah terbuai dengan perlakuan Anggoro yang menyebabkan dia mengalami sakit hati seperti ini. Apa yang diucapkan Anggoro sekarang tidak bisa Sera percaya. Ini adalah semua sandiwara yang harus Anggoro lakukan di depan semua wartawan itu untuk memperbaiki nama baiknya."Semua sudah jelas sekarang. Wanita ini adalah istriku dan dia mengandung anakku, adik Satria. Ya, Satria adalah anak dari istri pertamaku Pamela. Dia meninggalkanku karena sudah tertarik dengan lelaki lain."Anggoro menghentikan ucapannya, lalu menggandeng Sera. Menatapnya dengan sangat tajam. Dia menger
Sera semakin terkejut ketika melihat Anggoro marah seperti itu. Apalagi menguncinya di kamar. Anggoro tidak berkata apa-apa dan hanya melakukan apa yang dia inginkan tanpa berbicara sama sekali.Dia mencoba mendekati Anggoro, namun lelaki itu selalu menampisnya. "Saya hanya ingin berbicara. Tolong jangan seperti ini, Tuan."Anggoro masih saja diam. Dia hanya menatap layar laptop tanpa memandang Sera."Saya minta cerai. Tolong kabulkan permintaan saya." Sera masih saja berusaha untuk membuat Anggoro berbicara. Namun, lelaki itu malah menganggapnya tidak ada di sana. "Apakah Bupati sekarang adalah lelaki bisu? Bahkan tidak menganggapku berada di sini. Jiika Tuan tidak berbicara, baiklah saya yang akan pergi."Sera membalikkan tubuhnya dan akan pergi dari sana."Berbicara?" Suara Anggoro membuat dia menghentikan langkah. Kemudian kembali membalikkan tubuhnya dan mengamati lelaki itu yang mendadak berada tepat dihadapannya. "Aku tidak ingin berbicara apa pun. Kau sudah sangat mempermalu
Anggoro masih mengamati Sera. Hati wanita itu malah berdetak kencang. "Aku masih ingin bermain dengan budakku. Aku masih ingin memperoleh hiburan di sini. Siapa lagi jika tidak dirimu?" ucapnya kemudian melepaskan Sera. Lalu dia menunjuk ranjang. "Cepat kau tidur saja di situ dan biarkan aku bekerja untuk memikirkan semua masalah yang sudah kau sebabkan."Anggoro mendekati ponselnya. Dia membuka layanan berita dan tentu saja berisi semua berita tentangnya. Semua warga masih saja berdemo di beberapa jalanan, menginginkan dia untuk turun dari jabatan itu dan yang lebih mengejutkan, semua warga besok akan menuju kediamannya dan meminta dia mengundurkan diri dengan terhormat. Anggoro mematikan ponsel itu dengan emosi. Dia kemudian mengacak-ngacak rambut dia sendiri. Menutup ponsel dan melemparkan di atas meja. Lalu dia memejamkan kedua matanya dan terus berpikir.Sera merasa khawatir. Dia perlahan melangkah mendekati meja kerja Anggoro. Namun, langkahnya terhenti ketika kepala Anggoro tib
Satria masih saja mengamati neneknya. Ternyata sebuah kenyataan dia ketahui sekarang. Dan itu sesuatu yang sama sekali tidak pernah dia duga."Katakan kepadaku apa yang tidak aku ketahui, Nenek!" ucapnya dengan berteriak. "Cepat bawa dia pergi ke kamarnya. Dia tidak boleh keluar sampai aku yang memutuskan."Satria meronta bahkan dia menekan kursi roda itu dan memutar-mutarnya. Para pelayan pun kebingungan."Satria, tugasmu hanya belajar dan kau tidak bisa mengetahui apa pun yang berada di rumah ini. Kau itu masih kecil. kalau kau tidak menurut, Nenek akan memasukkannya ke dalam asrama. Tidak peduli kau akan dibuli atau tidak di sana!" Simbah menunjuk Satria dengan tegas."Aku tidak peduli apakah Nenek akan memasukkan ke sana atau tidak. Aku tidak percaya ternyata Nenek sangat kejam. Aku pikir ibuku yang sangat kejam berada di sini. Ternyata Nenek lah aktor utama di dalam semua drama ini.""Kenapa diam saja? Cepat bawa dia masuk ke dalam kamar."Mbok yang dari tadi hanya mengamati, be