“Papa baru saja mendapat informasi jika ada pihak yang menekan pihak rumah sakit untuk memberikan rekam medis Queen selama menjalani perawatan di rumah sakit.” Terdengar suara hembusan napas yang kasar, seolah Arya Suta sedang mengeluarkan beban masalah yang sedang dia hadapi saat ini.“Kau tahu, papa sudah banyak membayar pihak rumah sakit untuk merahasiakan semua ini, tetapi tampaknya ada pihak yang ingin membongkar masalah ini ke public,” sambung Arya Suta yang terdengar sedang penuh beban.“Maaf,” ucap Ageng terdengar sendu. CEO muda itu menyugar rambutnya dengan kasar hingga rambutnya yang sebelumnya sudah tersisir rapi kembali berantakan. “Semu aini salahku,” sambung Ageng dengan lesu dan penuh rasa bersalah.Seandainya malam itu dia bisa mengedalikan diri dan tidak terbawa emosi saat mendengar pengakuan Queen yang menggunakan IUD selama pernikahan mereka, tentu masalah besar ini tidak akan timbul, dan dia pun masih bisa hidup bahagia bersama dengan Queen. Selain itu mungkin dia
Ageng melangkah cepat keluar dari apartemen mewah milik keluarganya, mengabaikan hiruk-pikuk kota yang terhampar di bawahnya. Sebagai seorang CEO muda dan calon penerus perusahaan keluarga yang ternama, Ageng selalu tampak tenang dan percaya diri. Namun, kali ini hatinya berdebar kencang, seolah berpacu dengan waktu. Ageng harus segera menemui Davianna, untuk mengakhiri kisah cinta mereka yang seharusnya sudah dia lakukan sejak mengucapkan kalimat akad nikah dengan menyebut nama Queen.Sebagai model ternama yang sedang menempuh pendidikan S2 di London, Davianna adalah pesona yang sulit ia hindari saat itu. Ageng begitu mencintai dan tergila-gila dengan pesona Davianna, tetapi setelah menjalani hubungan jarak jauh dan komunikasi yang tidak berjalan lancar, membuat Ageng lambat laun menemukan pesona dari Queen dan membuatnya jatuh cinta kepada istrinya tersebut.Langkahnya yang tergesa-gesa membawa Ageng ke sebuah kafe yang sangat eksklusif, untuk membicarakan hal yang sangat penting Ag
Tidak ada kebohongan dari kalimat yang terlontar dari mulut Ageng. Sebagai seorang pria yang dewasa yang sudah menikah tentu adalah hal yang sangat wajar jika dia mau dalam artian ingin segera memiliki anak. Ageng berharap Davianna memaknainya berbeda dan bisa memahami keputusan yang sudah dia ambil.“Kau bercinta dengannya?” tanya Davianna dengan lelehan air mata yang sedari tadi tidak ingin berhenti.Meskipun selama ini cintanya hanya untuk Fajri, tetapi apa yang dilakukan Ageng kepada dirinya membuat harga dirinya terasa terinjak-injak. Tentu kecantikan dan kelabihan lain yang dia miliki tidak bisa dibandingkan dengan Queen yang bukan siapa-siapa.Sementara itu, Ageng justru tersenyum menyeringai menanggapi pertanyaan konyol yang terlontar dari bibir Davianna. Sebuah pertanyaan yang tidak seharusnya dilontarkan kepada pasangan suami istri yang sah.“Tentu, setiap ada waktu senggang kami akan bercinta.” Membicarakan masalah ranjang membuat Ageng teringat pergumulan panasnya dengan Q
Perasaan marah dan kecewa menguasai pikiran Davianna. Model cantik itu seperti sudah tidak bisa mengendalikan dirinya lagi. Tanpa berpikir panjang dan melupakan segala reputasi baik serta citra cantik dan berpendidikan yang selama ini ia jaga, Davianna langsung menghubungi Queen yang berada di Indonesia. Ia merasa harus membuat perhitungan dengan istri Ageng tersebut.Dengan napas yang memburu karena amarah yang sudah menguasai dirinya, Davianna menekan nomor kontak Queen yang ada di ponselnya. Dari ekspresi wajahnya terlihat sangat tidak sabar panggilannya akan segera diangkat oleh Queen.Setelah mencoba beberapa kali, panggilan Davianna tidak mendapat jawaban. Tetapi Davianna tidak menyerah begitu saja. Model cantik mantan kekasih Ageng itu terus menghujani nomor kontak Queen dengan panggilan. Tidak sia-sia Davianna terus mencoba, karena pada akhirnya Queen menerima panggilannya."Halo!" Suara lembut Queen terdengar dari seberang."Queen!" panggil Davianna terdengar dingin dan tajam
Queen masih bergeming di posisinya, tak bergerak seakan tubuhnya tertambat oleh beban perasaan yang berat. Dia tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Meskipun tak melihat langsung ekspresi wajah Davianna, suara tangis dan amarah yang terlontar dari gadis yang pernah menjadi kekasih Ageng itu cukup menjadi bukti nyata bahwa Ageng lebih memilih dirinya sebagai pendamping hidup.Tersanjung, itulah yang dirasakan oleh Queen saat ini. Dirinya yang hanya perempuan biasa, tanpa prestasi gemilang dan kelebihan yang mencolok, mampu membuat seorang model cantik dan cerdas seperti Davianna harus merasakan pahitnya patah hati.Kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, saat rasa sesal mulai menyusup ke dalam hati Queen, perasaan yang semula hangat dengan rasa bangga kini seolah diselimuti oleh kabut dingin.Tanpa Queen sadari, air mata mulai menetes saat menyadari jika pada saat sang suami sedang berjuang untuk memenuhi permintaan darinya, justru dia hanya memikirkan perasaannya sendiri dan
“Setelah pengacaramu menghubungi aku tentang kepastian pencabutan gugatan cerai itu, aku akan segera mengabari Ageng. Bagaimana?” Meskipun suara Cyrus terdengar lembut dan tenang, tetapi sangat terasa tekanan yang dia berikan kepada Queen.Untuk hal sepenting ini, tentu Queen butuh waktu untuk memikirkannya. Tetapi sepertinya Cyrus tidak memberi waktu bagi Queen untuk berpikir.“Kalau sampai Ageng menyia-nyiakan kesempatan kedua yang kau berikan, aku sendiri yang akan menjadi pengacaramu untuk menggugat cerai Ageng, free.” Untuk meyakinkan Queen, Cyrus mencoba memberikan penawaran.“Baik,” jawab singkat Queen sambil menganggukkan kepala secara reflek. Bukan karena akan mendapatkan pengacara handal secara gratis, toh Ari Nugraha pun juga gratis, tetapi semua ini karena dia sudah sangat merindukan Ageng.“OK!” Suara Cyrus terdengar penuh kelegaan. “Tapi Queen …!” panggil Cyrus dengan lembut, sepertinya ada hal penting lain yang ingin dia bicarakan.“Apa lagi?” tanya Queen dengan menekan
Setelah pembicaraan panjang dengan Cyrus berakhir, Queen tidak ingin membuang waktu. Tanpa ragu, dia langsung menuju kantor sepupunya, Ari Nugraha. Kantor pengcara yang terletak di pusat kota, dalam gedung tinggi dengan desain modern yang berkelas. Ya, Ari Nugraha adalah salah satu pengacara yang cukup terkenal di kota tempatnya tinggal.Setelah berbicara sebentar dengan resepsionis yang ramah, Queen diantar menuju lift yang akan membawanya ke lantai 15, tempat kantor Ari berada. Saat pintu lift terbuka, Queen disambut oleh suasana kantor yang nyaman dan tenang. Lantai yang dilapisi karpet tebal, dinding berwarna netral dengan lukisan-lukisan abstrak yang memberi kesan hangat, serta meja-meja kerja yang rapi dan teratur.Queen berjalan menuju ruang kerja Ari di ujung koridor. Pintu kayu besar dengan plakat bertuliskan nama 'Ari Nugraha, SH' terpasang di depannya. Setelah mengetuk pelan, Queen mendengar suara bariton Ari Nugraha mempersilakannya masuk.“Queen!” Ari Nugraha menyambut ke
"Apa yang terjadi dengan Ageng?" Queen berusaha setenang mungkin, meski di dalam dadanya ada rasa was was yang berkecamuk hebat.Queen menahan napas, mencoba mendengar dan memahami setiap informasi yang disampaikan oleh Cyrus. Dia berharap semua dalam keadaan baik-baik saja."Terjadi Cuaca buruk di London," ucap Cyrus perlahan. "Banyak penerbangan tertunda. Termasuk penerbangan Ageng, pihak otoritas bandara tidak ingin mengambil risiko, jadi kamu harus bersabar menunggu kedatangan Ageng."Queen menutup mata, berusaha keras untuk tidak membiarkan kepanikan menguasainya. "Apakah Ageng baik-baik saja? Apakah Ageng sudah tahu jika aku sudah mencabut gugatan cerai untunya" cecar Queen dengan suara yang terdengar lebih tenang dari yang dia rasakan sesungguhnya.Cyrus menghela napas panjang, seolah memahami ketegangan yang dirasakan Queen. "Dia baik-baik saja. Hanya saja, dia harus menunggu sampai cuaca membaik. Untuk masalah gugatan perceraian, aku yakin Ageng akan segera mengetahui setela