Share

Bab 44. Rasa kecewa berubah menerima

"Kenapa Mama melakukan itu Ma? Kenapa?" teriak Zidan.

"Jadi ... Jadi Anakku meninggal dijadikan tumbal?" rintih Vallen mulai tersadar, ada bulir bening membasahi pipinya.

"Mama jahat!" teriak Jonathan.

Satu-persatu anak-anaknya menyalahkan Anggraini soal tradisi itu, bagaimana bisa seorang ibu begitu tega mengorbankan hidup anak-anaknya. Benar-benar tidak bisa diterima dengan akal sehat.

"Cukup! Enteng sekali kalian menyalahkan aku! Apa kalian ngga mikir itu kemewahan yang kalian nikmati dari mana, hah! Terus selama ini beli barang-barang mewah dari mana? Jangan seenak jidat kalian menyalahkan aku!" bentak Anggraini tak terima.

Mereka terdiam, merasa apa yang dikatakan ibunya benar. Selama ini mereka sendiri sangat bergantung dengan kekayaan orang tuanya. Satu anakpun tak sanggup hidup tanpa harta dari keluarganya. Apalagi Zidan, bisa dipastikan pengeluaran dia paling besar dari kedua kakaknya.

"Kalian tidak usah banyak protes dan komentar! Nikmati saja. Sampai tradisi itu berakhir!"
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status