Lilara segera mengakhiri panggilan karena masih merasa aneh dengan perubahan drastis dari sikap suaminya. Sementara David terus melanjutkan perjalannya bersama sang asisten kepercayaan."Pak David," panggil Farhan."Hm.""Maaf jika saya lancang menanyakan hal ini. Tapi ... Apakah Pak David merubah rencana pernikahan Bapak dengan Nona Lilara?" tanya Farhan dengan hati-hati.David menatap ke depan. "Aku tidak merubahnya," jawabnya.Farhan pun terdiam. Dia takut salah bicara dan membuat suasana hati sang bos berubah jelek."Aku hanya memperbaruinya. Dan kami tidak akan bercerai apa pun yang terjadi. Bukan juga aku ingin mengambil anak darinya, tapi aku ingin memiliki keluarga yang utuh bersamanya," tegas David. Ekspresi wajahnya begitu lembut saat mengucapkan kalimat tersebut.Farhan terkejut mendengar pengakuan sang bos. Namun pria itu pun akhirnya tersenyum. "Saya ikut senang mendengarnya, Pak. Saya berdoa agar Pak David dan Nona Lila bahagia," ujar pria itu.David melipat kedua tangan
Sore itu David pulang dengan perasaan lega. Sebelum pulang ke rumahnya, dia mampir dulu ke sebuah toko kue untuk membelikan oleh-oleh Lilara."Cake stroberi sama cokelat masing-masing dua," ujar David sembari menunjuk kue yang dimaksud."Ah. Baik," sahut sang pegawai toko kue yang baru saja tersadar dari pesona pelanggannya yang tampan."Tolong dibungkus," lanjut David."Ba-baik ...." sahut wanita muda tersebut.Dengan gugup dia segera membungkuskan kue pesanan David. Sementara pria itu sedang memilih kue, dia tak peduli menjadi pusat perhatian. Apa lagi kebanyakan pembeli kue merupakan wanita. Bahkan para pegawainya pun ikut terpana pada pesona sang pria tampan."Gila, ganteng banget tuh cowok ....""Bener. Gagah juga. Kelihatannya dia orang kaya.""Ho oh.""Tapi wajahnya kaya familiar gitu, ya?""Emang siapa?" "Lupa. Makanya dia kaya aktor gitu.""Aktor apa, ya? Bintang film, kah?"Beberapa obrolan terdengar bahkan sampai ke telinga David. Pria itu menjadi perbincangan hangat para
"Mas nggak tidur di kamar Mas David sendiri?" tanya Lila yang sudah berbaring lebih dulu.Malam itu David kembali tidur di kamar Lila. Pria itu semakin lama semakin suka menempel dengan istrinya. David tersenyum penuh arti. "Kita kan sudah menikah, jadi tidak baik tidur terpisah. Sebaiknya kita tidur bersama. Kalau perlu malah kamu yang pindah ke kamarku yang lebih luas," ujarnya.Lila menatap dengan dahi mengernyit."Tapi sekarang aku yang akan tidur di sini." David melanjutkan sembari ikut naik ke atas tempat tidur. Dia pun memeluk Lila dengan lembut."Hahhh. Aku suka tempat ini," gumamnya sembari menenggelamkan wajahnya di dada Lila."Mas ...." cicit Lila merasakan geli."Aku benar-benar ingin menebus kesalahanku, Sayang. Jadi biarkan aku membuat pernikahan ini menjadi pernikahan paling indah untukmu. Maafkan aku karena sikapku yang tidak baik dan menyakitimu. Aku tidak akan menjadi pria berengsek lagi," ujar David sembari mendongak menatap wajah Lila yang begitu dekat.Lila mengh
Sudah satu bulan berlalu sejak kecelakaan tragis yang merenggut anak Lila, namun Lila harus bangkit dan kini kembali bekerja di perusahaan. Dia mengejutkan semua orang dengan prestasinya, bahkan mampu menyelesaikan proposal yang langsung disetujui oleh suaminya sendiri."Senang bekerja sama dengan wanita cantik seperti Anda, Nona Lilara Olivia," ucap David dengan senyum lebar saat menjabat tangan istrinya sendiri."Terima kasih, Tuan Davidson Roe Alexander. Saya juga sangat senang bekerja sama dengan pria gagah seperti Anda," sahut Lila, tersenyum pada suaminya. Wanita itu tak mau kalah dengan suaminya.Helena, Norman, dan Farhan menyaksikan momen keharmonisan tersebut. Mereka ikut senang melihat hubungan dua pemilik perusahaan yang kini semakin kuat tak hanya sebagai partner bisnis, tapi juga menjadi sebuah keluarga yang utuh.Kini Mentari dan RH berada di bawah naungan perusahaan besar DR, yang menjadi pengingat akan usaha Lila untuk menjadi pemimpin yang baik. Setidaknya dia ingin
David kini tersenyum. "Aku sudah lama tidak melakukannya. Sekedar ciuman tidak masalah, kan?" tanya pria itu dengan tatapan mulai berkabut. Lila merasa jantungnya berdegup kencang saat tangan kekar itu merengkuhnya dengan lembut. Dia menyadari bahwa bulu romannya sudah berdiri."Kenapa diam saja?" tanya David sambil mencubit lembut dagu Lila dan memaksanya untuk kembali menatap wajahnya."A-aku ..." ucap Lila dengan gugup. Namun, wanita itu tidak bisa melanjutkan kata-katanya.David mengernyitkan dahi, kemudian dengan sigap pria itu mengangkat tubuh Lila dengan sekali gerakan."Ah! Mas!" pekik Lilara, terkejut akan tindakan tiba-tiba suaminya itu."Aku gemas kalau kamu diam saja," ujar David sambil membawa sang istri menuju ke kursi kebesarannya.Pria itu segera duduk di kursinya dan Lila pun berada dalam pangkuannya. Saat itulah Lila sadar, ada kehangatan dan kelembutan yang ditawarkan oleh suaminya ini.David memeluk erat tubuh ramping yang lebih mungil darinya. Dengan lembut David
Hari yang telah dinantikan Lila dan David pun tiba. Kini keduanya berkemas dengan sebuah koper berukuran besar yang berisi pakaian mereka berdua."Sudah siap?" tanya David sembari menatap wajah sang istri.Lila menatap barang bawaannya. "Sudah, Mas.""Baiklah ... Waktunya kita berlibur sejenak," ujar pria itu sembari meraih pinggang istrinya dengan lembut."Iya, Mas." Lila tersenyum manis di hadapan suaminya."Mari kita berbulan madu," ajak David kemudian.Keduanya segera keluar dari apartemen nomor 111. Farhan pun sudah menunggu mereka di depan pintu."Selamat siang, Pak David," sapa Farhan."Hm." David menyahut singkat."Siang, Pak Farhan," sahut Lila lebih hangat dari suaminya yang tiba-tiba menjadi irit bicara.Farhan datang padahal merupakan hari Minggu. Namun sebagai orang kepercayaan sang bos, dia akan datang jika dibutuhkan. Terlebih lagi ini menyangkut bulan madu yang telah dinantikan oleh bos dinginnya dan istrinya yang hangat."Silakan, Tuan, Nona. Mobil sudah saya siapkan
Pelukan hangat David membuat Lilara merasa begitu nyaman dan aman berada di dekatnya. Seakan-akan semua masalah yang pernah ada di antara mereka seketika menghilang. Dan yang tersisa hanyalah kedua hati yang mulai merasa saling memiliki."Aku sangat menyukaimu," bisik David lembut sembari menyandarkan kepalanya pada kepala Lilara. Dia hirup dalam-dalam aroma wangi bunga yang begitu menenggaknya dari shampo yang dipakai sang istri."Saat kamu mengajukan perceraian, rasanya ada yang hilang dalam diriku. Tapi sekarang aku kembali merasakan betapa bahagianya aku saat bersamamu dan masih memilikimu," ungkap David dengan tulus.Lila pun hanya bisa terdiam, meresapi setiap kata yang terucap dari mulutnya. Hati wanita itu menghangat, meski dia tidak tahu apa yang harus dia katakan untuk membalas ucapan suaminya yang begitu manis.Kedua mata Lilara terpejam, dia mencoba menikmati setiap detik dari pelukan penuh kasih yang diberikan oleh suaminya."Mulai sekarang, aku akan menjagamu tanpa kamu
Lila melangkah keluar dari kamar mandi dengan tubuh segar. Handuk kimono warna putih pun dia kenakan untuk menutupi tubuh telanjangnya. Sedangkan rambutnya yang tergelung membuat leher jenjangnya terlihat menggoda.David yang sudah menunggunya pun menelan ludahnya. Hasratnya kembali mulai mengganggunya saat melihat sosok seksi nan cantik itu kembali muncul di hadapannya.'Tahan dirimu, David!' geram David mencoba memperingatkan dirinya sendiri."Aku sudah selesai, Mas," ucap Lila membuyarkan lamunan suaminya."Ah. Ya."David segera bergantian memasuki kamar mandi. Pria itu kini membersihkan diri di bawah guyuran air shower. Dia sengaja membasahi rambutnya agar kepalanya mulai tenang dan tak memikirkan hal mesum terlebih dulu."Sial ... Ini bahkan tidak mau tenang ...." gumam pria itu sembari menatap pusakanya yang sudah siap melaksanakan tugasnya.Tak ingin berlama-lama, David segera menyelesaikan mandinya dan keluar dari kamar mandi. Pria itu berjalan dengan menggosok rambutnya yang