Sami Aji dan Saketi hanya mengangguk sambil menjura hormat kepada Mahapatih Randu Aji.Demikian pula dengan Senapati Lintang, ia menjura seraya berkata, "Kalau memang seperti itu, kami mohon pamit untuk segera berangkat ke desa Tunggala, Gusti Mahapatih.""Iya, Senapati. Berangkatlah!" sahut Mahapatih Randu Aji.Dengan demikian, Senapati Lintang, Saketi dan Sami Aji langsung menjura kepada Mahapatih Randu Aji. Kemudian, mereka bangkit dan langsung berlalu dari hadapan sang mahapatih.Mereka berangkat bersama dua puluh prajurit khusus menuju ke selatan dari kediaman Demang Srikunda."Di mana kelompok itu bersembunyi, sehingga mereka datang kembali ke desa Tunggala, Paman?" tanya Saketi sambil memacu derap langkah kudanya sejajar dengan kuda Senapati Lintang dan Sami Aji."Ada kemungkinan, mereka bersembunyi di hutan Waluya, dan mereka telah merancang siasat selama dalam pelarian tersebut. Sehingga prajurit penjaga perbatasan tidak dapat mendeteksi kedatangan mereka," jawab Senapati Lin
Dengan demikian, para perwira itu hanya mengangguk-angguk sambil merangkapkan kedua telapak tangan mereka secara serentak memberi hormat kepada sang panglima.Apa yang sudah diatur oleh Darasoma telah disepakati oleh para perwira senior yang ada dalam induk pasukan tersebut. Sehingga mereka sangat setuju bahwa melakukan serangan terhadap kelompok bukit Tandingan akan dilakukan pada malam hari sesuai gagasan yang telah dikemukakan Darasoma berdasarkan perintah Senapati Lintang.Berbagai persiapan pun mulai dilakukan oleh para prajurit kerajaan Sanggabuana yang bertugas di wilayah itu. Sekitar empat ratus prajurit telah bersiap untuk menjalankan misi tersebut.Sore itu, Kuwu Jurnada bersama para pemuda desa datang menghadap Senapati Lintang yang sudah berada di barak yang berada di ujung desa Tunggala tidak jauh dari kediaman Kuwu Jurnada.Kuwu Jurnada dan para pemuda itu membawa banyak bahan makanan untuk perbekalan para prajurit selama menjalankan misi ke wilayah perbatasan yang ada d
Senapati Lintang menarik napas dalam-dalam, lalu menjawab, "Paman rasa, memang demikian. Kita tidak mungkin dapat melanjutkan perjalanan ini, karena sebentar lagi hujan akan turun dan malam pun akan segera tiba.""Oh ... ya, sudah kalau memang seperti itu, aku akan memerintahkan para prajurit agar menyiapkan kayu bakar dan mendirikan perkemahan yang kokoh agar tidak mudah terhempas angin," kata Saketi dengan sikap penuh hormat terhadap guru dan calon mertuanya itu."Mohon maaf, Pangeran. Sebaiknya kau istirahat saja, biarkan aku yang akan mengatur para prajurit!" timpal Sami Aji mengarah kepada saudara sepupunya itu.Saketi hanya tersenyum sembari menganggukkan kepalanya sebagai tanda menyetujui permintaan saudaranya itu.Demikianlah, maka Sami Aji langsung berlalu dari hadapan Saketi dan Senapati Lintang. Ia bergegas melangkah menghampiri Darasoma."Panglima!" teriak Sami Aji sembari melambaikan tangan ke arah Darasoma yang tengah memantau para prajurit yang sedang mendirikan perkema
Karena itulah, maka pasukan kerajaan Sanggabuana kembali melakukan serangkaian serangan terhadap para pendekar dari kelompok bukit Tandingan yang masih bertahan di tempat itu.Pasukan kerajaan Sanggabuana telah dibenturkan dalam arena yang tidak terbatas dan sangat menguntungkan bagi mereka. Dengan demikian, pasukan tersebut akan dapat lebih banyak menarik perhatian dan dapat membuat lawannya menjadi bingung.Namun, orang-orang dari kelompok bukit Tandingan itu masih bertahan dan mereka masih mampu melakukan perlawanan. "Tangkap mereka! Jika tidak bisa maka binasakan mereka!" seru Sami Aji."Baik, Raden." Seorang punggawa senior dari barisan terdepan pasukan kerajaan Sanggabuana langsung meloncat tinggi dan mendarat di hadapan kelompok bukit Tandingan.Orang-orang dari kelompok tersebut, sepertinya ragu-ragu dalam menghadapi perwira senior Sanggabuana yang menyanggul dua pedang yang kala itu sudah berada di hadapan mereka. Selin itu, tampak juga para prajurit kerajaan Sanggabuana sud
Demikianlah, ia pun langsung memerintahkan para prajuritnya agar segera menggiring puluhan orang dari kelompok bukit Tandingan yang sudah menyerahkan diri itu. "Kalian tidak perlu mengikat kami. Percayalah, kami tidak akan mungkin kabur!" tegas salah seorang dari anggota kelompok bukit Tandingan. "Jangan dengarkan dia! Ikat saja!" perintah Darasoma kepada para prajuritnya. "Jangan, Panglima!" timpal Saketi. "Biarkan saja mereka berjalan tanpa harus diikat, aku percaya bahwa mereka sudah benar-benar menyerahkan diri," sambung Saketi tampak percaya sekali terhadap para pendekar itu. "Baik, Gusti Pangeran," sahut Darasoma merangkapkan kedua telapak tangannya penuh hormat. Setelah itu, ia pun meminta kepada para prajurit agar mengusungkan niat mereka yang hendak mengikat tangan para pendekar itu.***Beberapa hari kemudian .... Ratusan prajurit yang dipimpin oleh Senapati Lintang langsung kembali ke istana. Karena saat itu, mereka sudah selesai melaksanakan tugas menumpas para penga
Sore harinya ....Para menteri dan para petinggi kerajaan Sanggabuana sudah berkumpul di ruangan utama istana kerajaan tersebut. Mereka sedang menunggu kehadiran sang raja dan sang mahapatih untuk melakukan sidang terbatas mengenai perubahan susunan para menteri dan dua pemimpin kepatihan.Junada, Sami Aji, dan Abdullah sudah ada di ruangan utama yang akan menjadi tempat dilaksanakannya sidang terbatas itu. Sudah dipastikan, Junada dan Abdullah akan masuk dalam jajaran petinggi kerajaan. Karena prestasi yang mereka tunjukkan sangatlah baik. Akan tetapi masih belum diketahui posisi apakah yang akan diberikan oleh sang raja untuk Junada dan Abdullah.Beberapa saat kemudian, Prabu Erlangga dan Mahapatih Randu Aji sudah memasuki ruangan tersebut. Tampak juga Saketi mengikuti dari belakang. Di wajahnya yang tampan terukir sebuah senyuman yang terlontar ke arah para petinggi kerajaan yang sudah memenuhi ruangan itu. Semua pejabat dan para petinggi kerajaan langsung bangkit dan menjura kepa
Keesokan harinya ....Di sebuah desa, tepatnya di bawah lereng bukit Jurang yang ada di wilayah kerajaan Kuta Waluya. Ada ribuan prajurit kerajaan Kuta Waluya tengah melakukan latihan di halaman barak yang semenjak satu tahun terakhir ini menjadi basis pertahanan mereka di wilayah tersebut.Dalam waktu dekat ini mereka sudah melakukan persiapan hendak menyerang kerajaan Randakala yang sudah menjadi musuh bebuyutan kerajaan Kuta Waluya semenjak lama. Karena pihak kerajaan Randakala bersekutu dengan pihak kerajaan Sanggabuana yang selama ini menjadi rival abadi kerajaan Kuta Waluya.Kebencian dalam diri Prabu Wihesa tak akan pernah pudar sedikit pun terhadap pihak-pihak kerajaan yang berkaitan erat atau bersekutu dengan pihak kerajaan Sanggabuana."Sekarang ini, kita sudah memiliki kekuatan baru dan memiliki armada yang sangat cukup untuk melakukan agresi terhadap pihak kerajaan Randakala," ujar salah seorang perwira senior yang berkedudukan sebagai lurah para prajurit yang ada di barak
Demikianlah, maka para penduduk pun tampak bahagia, mereka sangat antusias dalam menanggapi pengumuman tersebut. Kemudian, salah seorang pemuda maju beberapa langkah ke depan, lantas penduduk itu pun berkata, "Maaf, Panglima. Bolehkah aku bertanya." "Silakan! Apa yang hendak kau tanyakan?" jawab Panglima Sombala meluruskan pandangannya ke arah pemuda yang berdiri di hadapannya. Dengan demikian, pemuda itu pun segera mengajukan pertanyaan kepada sang panglima dengan sikap penuh hormat. "Selain upah, apakah ada keuntungan lain jika menjadi seorang prajurit kerajaan?" tanya pemuda itu. Mendengar pertanyaan seperti itu, Panglima Sombala tersenyum lebar, lalu menjawab, "Selain mendapatkan upah yang besar, kau juga akan mendapatkan pelatihan khusus. Kau akan dilatih ketangkasan dalam berperang dan tentunya akan mendapatkan jabatan yang baik jika prestasimu bagus selama bertugas menjaga keamanan kerajaan ini. Kau akan naik jabatan jika mempunyai prestasi dan itu akan dinilai langsung oleh