Share

Bagian 44: Firasat Buruk

“Kenapa, Dinda? Apa kamu mencintai orang lain?” cecar Pangeran Arya.

Mata elang menatap sendu gadis pujaan hati. Sementara itu, Bawang Putih menggeleng lemah. Tangannya sibuk memilin ujung kebaya. Aku menjadi gemas.

Setelah terdiam dalam waktu lama, Bawang Putih akhirnya bergumam lesu, “Apakah saya pantas untuk Yang Mulia." Dia tampak menggigit bibir dan mengepalkan tangan. "Lagi pula saya ... tidak mau berpisah dengan ibu dan mbakyu.”

Perasaanku bercampur aduk. Ada rasa haru karena kasih sayang Bawang Putih yang begitu besar, tapi juga takut Pangeran Arya akan murka. Untunglah, lelaki tampan itu malah tertawa.

Pangeran Arya menepuk pelan bahu Bawang Putih. “Semua manusia itu sama, Bawang Putih. Kenapa cinta harus terhalang kasta? Sebenarnya, aku sangat ingin menghapuskan sistem itu,” tuturnya serius.

Coba Tuan Putri Sekar Ayu memiliki seuprit saja kebaikan hati Pangeran Arya.

“Soal ibu dan mbakyumu tentu mereka akan tinggal di sini juga setelah kita menikah,” tambah Pangeran Ary
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status