Share

Bagian 43: Senyuman Berduri

Entah sudah berapa kali aku menelan ludah. Wajah cantik di hadapan masih dihiasi senyum. Senyuman menyimpan duri. Lantai yang kududuki terasa panas membara. Sementara Putri Sekar Ayu duduk anggun di ranjang berukiran bunga.

“Tidak menyangka ada tabib kampung yang begitu cantik seperti Anda.”

Kata “kampung” dalam tutur bahasa halus jauh lebih menohok, seolah tidak menyinggung, tetapi menegaskan perbedaan status sosial. Lirikan sinis sang putri terasa menghunjam. Raka yang berdiri di sebelahku mulai menunjukkan gelagat dongkol. Gurat-gurat kekesalan tersaput samar di wajahnya.

Putri Sekar Ayu menyeruput wedang di meja sebelum melanjutkan ucapannya. “Tapi, cantik tidak akan ada gunanya kalau tidak memiliki tatakrama.”

Tangan Raka terkepal. Aku memberi isyarat agar bersikap tenang. Tidak lucu, jika dia sampai meluluhlantakkan istana dengan kekuatan ajaibnya. Cerita ini sudah kacau, jangan sampai semakin tidak jelas.

“Itu benar, Tuan Putri. Tata krama memanglah sangat penting,” sahutk
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status