Besok paginya Melati dan Devan sudah siap karena akan kembali ke Jakarta, begitu pun dengan Rifaldi dan juga Sintia. "Haii, selamat pagi sin!" sapa Melati dengan ramah. "Pagi ..!" sahut Sintia singkat dengan wajah yang terlihat ketus. Melati pun merasa sedikit heran dengan respon yang diberikan oleh Sintia. "Ada apa dengan dia? apa Sintia sedang marah padaku!" ujar gadis itu dalam hatinya."Ayoh kita berangkat sekarang!" ajak Devan."Iyah mas..!" Saat di dalam mobil Melati pun terus diam dan memikirkan perubahan sikap Sintia padanya.Devan yang sedari tadi memperhatikan pun langsung menegur gadis itu. "Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya pria itu. "Hhmm tidak ada mas!" ujarnya. "Jangan bohong, kamu pasti sedang memikirkan Sintia bukan? Kamu pasti bertanya-tanya kenapa sikapnya Sintia tidak seperti biasanya!" "Kok kamu bisa tahu sih mas? kamu bukan seorang peramal kan?" tanya gadis itu polos.Devan pun tersenyum kecil mendengar ucapan dari istrinya itu. "Aku juga punya mata
Devan pun melihat ke arah istrinya yang sedari tadi terus memperhatikannya. "Hhmm aku akan pergi mandi!" ujar Melati menghindar. "Untuk apa Sheril terus menghubungi aku? padahal sudah aku katakan untuk jangan menggangguku lagi!" ujar pria itu kesal.Tak lama handphone nya pun berdering kembali dimana Sheril terus saja menelponnya. "Ada apa lagi?" tanya Devan dengan kesal. "Akhirnya kamu menerima panggilan dariku juga Van!" ujar wanita tidak tahu malu itu. "Ada apa?" tanya Devan ketus. "Aku hanya ingin tau apa kamu sudah kembali ke Jakarta atau belum, aku ingin kita bisa bertemu sekali lagi!" "Aku sudah pulang ke Jakarta dan tolong jangan menghubungi aku lagi!" pinta Devan lalu menutup telponnya."Devan tunggu dulu..! teriak gadis itu di balik telpon. "Aku belum selesai bicara tapi kamu sudah menutup telponnya, lihat saja nanti aku akan membuat kamu jatuh cinta lagi sama aku dan akan aku pastikan itu terjadi!" ungkapnya kesal. Tak lama Melati pun keluar dari kamar mandi, dan sa
"Aku sudah katakan dari awal kalau aku tidak setuju gadis kurang ngajar ini untuk pindah kuliah di Jakarta, biarkan saja dia tetap di luar negeri dan jauh dari keluarganya agar dia bisa mandiri dan bersikap lebih dewasa!" ungkap Oma Laksmi. "Tapi Bu aku tidak bisa membiarkan putriku ini jauh dari aku dan rumahnya, memang apa salahnya jika dia lebih memilih untuk tinggal disini? ini jugakan rumahnya Bu!" sahut Bu Ranti yang selalu membela anaknya itu. "Tapi kamu lihat sendirikan bagaimana sikap gadis ini pada Melati, itu sangat tidak sopan dan kurang ajar!" "Aku minta maaf Oma, aku hanya mengatakan apa yang aku rasa benar. Aku tidak tahu kalau hal itu akan membuat Oma marah seperti ini!" "Jangan minta maaf pada Oma, tapi pada Melati yang sudah kamu sakiti hatinya!" "Cindy ayoh minta maaf pada Melati!" pinta Pak Hardi. "Melati juga kakakmu sekarang!" "Aku minta maaf!" ujar Cindy dengan terpaksa. "Iyah cin, aku sudah maafin kamu kok. Aku juga sama sekali tidak tersinggung dengan u
Di dalam kamar Melati tampak sedang melamun, dan hal itu di perhatian oleh Devan yang memang masih sibuk dengan laptopnya."Ada apa dengan gadis itu? biasanya jam segini dia sudah tertidur tapi kenapa malam ini dia terlihat melamun! Apa ini semua ada hubungan nya dengan perkataan Cindy tadi?" ujar Devan dalam hatinya. Karena merasa khawatir Devan pun menuangkan segelas air putih dan memberikannya pada Melati. Melati yang tersadar pun menatap Devan dengan sedikit heran. "Ambillah..!" "Terima kasih mas, tapi aku tidak haus!" ujar gadis itu. "Aku tahu kamu memang tidak haus, tapi aku tidak suka jika melihat seseorang sedang melamun seperti itu. Sebaiknya kamu minum agar pikiranmu bisa lebih tenang!" ungkap Devan. "Ternyata mas Devan sedari tadi memperhatikan aku, aku jadi tidak enak!" ujar Melati dalam hatinya."Aku tidak apa-apa kok mas?" "Lalu kenapa kamu belum tidur dan malah melamun seperti tadi, aku tahu pasti ada sesuatu yang sedang kamu pikirkan bukan? Apa ini karena ucapan
Melati dan Devan sudah sampai di rumah kedua orang tua Melati. Sengaja gadis itu tidak memberi tahu kedua orang tuanya terlebih dulu kalau akan berkunjung dan menginap disana. Tok...tok...tok"Assalamualaikum... ibu ayah!" teriak gadis itu sambil mengetuk pintu rumahnya. "Waalaikumsalam..." sahut wanita paruh baya di dalam rumahnya. "Melati... ya Allah ternyata kamu nak!" ujar Bu Sukma memeluk anak kesayangan."Iyah Bu ini aku, ayah mana Bu?" tanya gadis itu. "Ayah kamu lagi keluar, paling nanti sebentar lagi juga pulang!" sahut Bu Sukma. "Bu, apa kabar?" sapa Devan sambil menyalami mertuanya dengan santun."Alhamdulillah nak, kabar ibu baik. Nak Devan sendiri bagaimana?" "Syukurlah Bu, kabarku juga baik-baik saja!" "Ya sudah ayoh masuk!" ajak ibu mertua yang baik hati itu. "Nak Devan silahkan duduk, ibu mau buatkan minum dulu sebentar!""Tidak usah bu..!" tolak Devan. "Aku juga tidak akan lama disini, karena aku harus pergi ke kantor!" sahut pria itu. "Oh begitu yah, ibu pik
"Siapa yang mengijinkan kamu untuk masuk ke dalam ruanganku?" tanya Devan dengan nada tinggi sambil menahan emosinya."Devan sabar dulu, tolong kamu jangan marah seperti itu!" pinta wanita yang berada di ruangan itu. Yang ternyata itu adalah Sheri, entah kenapa dia sampai bisa berada di ruangan kantornya Devan dan masuk tanpa seijinnya. "Aku tidak bisa sabar sekarang..!" ujar pria itu. "Sebaiknya kamu keluar dari ruanganku, karena aku tidak mau ada satu orang pun yang masuk sembarangan ke dalam ruanganku ini! apalagi orang itu sama sekali tidak punya kepentingan!" "Devan, aku jauh-jauh datang kesini hanya demi kamu. Tapi kamu justru malah mengusir aku seperti ini!" "Aku tidak meminta kamu untuk datang bukan, kamu datang kesini atas keinginan kamu sendiri! dan aku tidak suka kamu berada disini jadi tolong pergi sekarang juga!" pinta pria itu cepat."Tidak....!" bantah gadis itu "Aku tidak akan pergi kemana-mana, aku akan tetap berada disini bersama kamu!" ujarnya membuat Devan kes
Saat Sheril sedang berlari tidak sengaja dia bertabrakan dengan Rifaldi. "Aaw...!" teriak gadis itu "Maaf mba, mari saya bantu!" ujar Rifaldi. "Iyah mas tidak apa-apa, saya yang harusnya minta maaf!" sahut gadis yang ceroboh itu. "Sheril...!" Rifaldi nampak terkejut dengan keberadaan wanita yang ada di hadapannya. "Kamu Rifaldi adiknya Devan kan?" ujar gadis itu bertanya balik. "Iyah aku Rifaldi, kamu sedang apa berada disini?" tanya Rifaldi yang penasaran. Sheril hanya terdiam saja dengan ekspresi wajah yang sedih. "Sebaiknya kita bicara di cafe dekat sini saja, agar lebih enak dan nyaman!" ajak Rifaldi. Gadis itu pun mengangguk tanda setuju. "Kebetulan sekali aku bisa bertemu dengan Sheril disini, ini bisa aku jadikan kesempatan untuk memanfaatkan dia!" ujar pria itu yang mulai berpikir licik. "Ayoh..!" ajak Rifaldi. Setelah sampai cafe Rifaldi pun memesankan minuman untuk mantan kekasih kakaknya itu agar dia bisa lebih tenang. "Hhhmmm sekarang kamu bisa cerita sama aku
"Nak Devan sudah pulang dari kantornya yah, hmmm apa nak Devan butuh sesuatu?" tanya Bu Sukma dengan ramah. "Tidak Bu, aku kesini karena ingin pergi mandi!" ujar pria itu pada ibu mertuanya. "Oh ya ampun, silahkan nak Devan. Tapi maaf kamar mandinya disini hanya satu itupun ada di bagian dapur!" "Tidak apa-apa Bu, ini bukanlah masalah buat saya!" "Ya sudah kalau begitu silahkan nak Devan pergi mandi dulu, setelah itu kita akan makan sama-sama." "Iyah Bu!" sahut pria itu sambil menganggukkan kepalanya. "Bu..!" sapa Melati yang baru saja kembali. "Sini biar aku yang melanjutkan!" ujarnya. "Iyah nak... hmmm Melati..!" panggil lirih wanita paruh baya itu. "Iyah Bu ada apa?" sahut gadis mungil itu. "Ibu merasa tidak enak dengan nak Devan!" bisik Bu Sukma. "Tidak enak kenapa Bu?" "Ibu takut kalau nak Devan merasa tidak nyaman berada disini, kamar mandinya saja di rumah ini hanya satu itupun berada di dapur dan digunakan oleh kita semua!" ujar nya dengan ekspresi wajah yang sediki