Share

Bab 8. Dibayar Untuk Memuaskanmu!

Neil pun membawa Shania menuju ke sebuah hotel yang biasa ia datangi setiap kali ia akan memberikan pelayanannya. Hotel ini bagus menurutnya, memiliki fasilitas yang lengkap dan juga ... nyaman!

Ya, bukan kah untuk memuaskan seorang wanita juga diperlukan sebuah kenyamanan, termasuk pemilihan tempatnya?

"Double room saja, aku harus membawa wanita ini, dia sudah sangat mabuk," ucap Neil pada seorang wanita yang berada di meja resepsionis. Wanita itu terus saja memperhatikan Neil, wajahnya terlihat muram, ada rasa iri di dalam hatinya setiap kali melihat Neil membawa perempuan ke hotel tersebut, ia berharap andai saja dirinya yang berada di dalam dekap hangat seorang Neil!

Padahal dia sendiri pernah merasakan kehangatan yang diberikan Neil sebelumnya.

"Lana?"

"Oh, ya ... double room?" ulang wanita itu. Keduanya memang sudah saling mengenal.

"Come on, Lana. Apa kamu tidak bisa bekerja lebih cepat, wanita ini mabuk, aku merasa kasihan padanya. Belum lagi tubuhnya cukup berat, aku pun harus membawanya sampai ke kamar menggunakan lift, jadi tolong percepat prosesnya," pinta Neil.

“Ini kartunya, apa kau tidak lelah berganti wanita setiap saat?” tanya Lana pada Neil seraya menyerahkan kartu yang berlaku sebagai kunci kamar di hotel.

Tidak lelah?

Lana sudah tahu pekerjaan apa yang dijalankan Neil dan bisa-bisanya dia masih bertanya seperti itu? Apakah Lana ikut-ikutan menjadi pelupa?

“Jika aku lelah, maka aku tidak bisa membiayai hidupku, Lana. Kamu seharusnya tahu itu. Aku akan berhenti menjadi seorang pelacur, di saat aku menemukan seorang wanita yang mau menerima keadaan dan juga profesi yang kukerjakan,” jawab Neil dengan tegas.

Sebuah jawaban yang membuat Lana terdiam sesaat, karena dia tahu, Neil tidak akan mungkin memilihnya, dia seorang wanita bersuami, dan lagi ... tidak mungkin dia bersama dengan Neil, meski dia setengah mati tertarik pada pemuda itu.

Belum lagi Neil tetaplah hanya seorang bocah yang belum dewasa, bagaimana bisa pemuda seperti Neil menjaga wanita? Lalu pekerjaan yang dilakukan Neil dianggap pekerjaan yang menjijikkan di mata orang lain, Neil itu pelacur!

“Sorry, jangan terlalu menganggap apa yang aku tanyakan barusan. Selamat bersenang-senang, Neil,” kata Lana, meski rasa cemburu itu ada pada dirinya, ia tidak akan pernah bisa berbuat apa pun.

“It;s okay, kamu tahu prinsipku, Lana. Sekali kamu tidur denganku, maka setelah kamu terbangun di pagi hari, maka transaksi usai, dan aku tidak akan pernah melakukannya dengan pelanggan atau wanita yang sama.” Kata-kata Neil terasa cukup tajam di telinga Lana, hanya saja ia berusaha untuk abai.

“I know, Neil. Sudahlah, segera pergi ke kamar kalian.” 

“Thanks, Lana.” Meski  Neil belum berpikir untuk memiliki hubungan yang terikat oleh komitmen dengan wanita mana pun, tetapi dia selalu menghargai mereka. Mungkin itu yang membuat dirinya menjadi salah satu favorit di bar. Perlakuannya yang lembut, tutur bicara, dan juga bahasa tubuh yang mampu membuat semua wanita tergila-gila, sulit untuk melupakan pemuda tampan itu.

Saat Neil mauk ke dalam lift, didengarnya suara Shania yang mengerang, sepertinya ia sudah mulai sadar?

“Dok?”

Shania terus menggeliat, lalu kedua matanya perlahan mulai terbuka, meski masih terlihat sayu. “Ini … turunkan aku.”

“Okay, sepertinya kamu sudah mulai sadar.” Neil menurunkan tubuh Shania, lalu wanita bersandar pada bahu Neil, “Kamu yakin mau berjalan sendiri, sedangkan tubuhmu saja masih sempoyongan seperti ini.”

Ditunjuknya wajah Neil, lalu Shania menjawab, “Berisik!”

“Dasar keras kepala, sudahlah, mari kugendong lagi tubuhmu. Jika tidak, kamu hanya akan merepotkan aku saja!” Dengan kesal, ia pun kembali mengangkat tubuh Shania, menuruti permintaan wanita mabuk sama saja dengan memberikan kesulitan pada diri sendiri. Kali ini Shania tidak berontak, ia diam saja saat Neil kembali menggendong tubuhnya lalu membawanya keluar dari dalam lift.

Pintu kamar terbuka,  Neil segera meletakkan tubuh Shania di atas tempat tidur, lalu dirinya berdiri di ujung tempat tidur, memperhatikan Shania yang terlihat benar-benar kacau.

“Dok, kamu ingin melakukannya sekarang?” tanya  Neil seraya mengangkat satu alisnya, kedua tangannya sibuk melepaskan kancing kemeja yang dikenakan. Setelahnya dia melempar secara sembarang kemeja tersebut.

Shania menggeleng lalu tertawa tanpa sebab. “Apa ... kamu pandai memuaskan wanita, hei Bocah?”

“Hah? Bocah?” Mendengar Shania memanggilnya bocah,  Neil merasa kesal. Tadi Shania terus saja berceloteh seperti seekor burung kakaktua. 

“Ya, kamu bocah. Apa kamu pandai membuat seorang wanita mencapai klimaks?” Ucapan Shania terdengar meremehkan Neil, pemuda itu mulai merayap naik ke tempat tidur.

“Hentikan memanggilku bocah. Aku bisa memberikanmu bocah, aku sudah dewasa, umurku mungkin jauh lebih muda darimu, tetapi ... untuk urusan ranjang, aku pastikan aku tidak akan membiarkanmu pergi sebelum kau mencapai klimaks, Dok,” jawab  Neil setengah jengkel mendengar ejekan demi ejekan dari bibir mungil Shania.

Shania mencoba bangkit, meski tubuhnya masih terasa oleng, dia duduk di tepi ranjang, lalu menggerakkan tangannya ke arah Neil.

“Ada apa?”

“A-aku ... mual!”

Shania menarik pinggang Neil lalu ....

“Sial! Kau muntah mengenai celanaku, Dok!”  Neil berjengit dan melompat ke belakang, dia takut jika Shania kembali memuntahkan isi  perutnya. Celana jeans miliknya terkena muntahan Shania, begitu juga dengan gaun malam Shania yang terkena muntahannya sendiri.

“Hm, sekarang bagaimana?” tanya  Neil.

Shania tidak menjawab, dia bangkit berdiri, lalu melangkah ke arah kamar mandi, dan melepaskan pakaiannya, tidak sadar jika di dalam ruangan bukan hanya ada dirinya sendiri.

“Hei, kau ....” Sulit untuk berkata-kata saat melihat keseluruhan bentuk tubuh Shania yang hanya tertutup oleh bra hitam, lalu bagian bawah yang hanya tertutupi celana dalam berwarna senada, terlihat begitu indah di mata  Neil. Merasa salah tingkah, pemuda itu membalikkan badannya, jantungnya berdetak melewati ambang normal.

“Dok, tutup pintunya jika kau ingin membersihkan diri,” pinta  Neil, “aku akan membersihkan bekas muntahanmu.”

“Tidak, aku saja ... yang melakukannya, hm.” Shania mendekap tubuh Neil dari arah belakang, dia masih belum sadar, dan menganggap  Neil ada Thomas.

“Thomas,” lirih Shania, membuat  Neil membeku di tempatnya.

“Thomas?” ulang Neil pada nama yang disebut Shania barusan.

“Kamu ... mengkhianatiku, lalu sekarang ... aku ingin membuktikan, aku ... pun bisa membuatmu senang,” ucap Shania sekali lagi.

“Aku bukan Thomas,” jawab  Neil, wajahnya terlihat begitu dingin, dia tidak suka saat seorang wanita ketika bersamanya, menyebut nama pria lain. Dia memang pelacur, tetapi dia bukan pria pengganti!

 Neil memegang kedua tangan Shania yang masih melingkar di pinggangnya, lalu dirinya berbalik, dan menghadap ke arah Shania. “Aku bukan Thomas.”

Tahu-tahu saja Shania mengeluarkan airmata, menangis sesegukan di hadapan  Neil, membuat pemuda itu menjadi serba salah. Disentuh saja belum, dia sudah menangis?

“Kamu tidak menginginkanku, kan?” lirih Shania sekali lagi.

“Aku menginginkanmu, tapi kukatakan aku bukan Thomas, aku Neil,” jawab  Neil, rasanya bodoh sekali melayani orang mabuk yang meracau tidak jelas, tetapi sudah membuat  Neil menjadi sangat kesal karena Shania memanggilnya dengan nama pria lain.

Dia pun mengangkat tubuh Shania, wanita itu sempat meronta, tetapi  Neil bergegas membanting tubuh Shania di atas tempat tidur, dan berkata, “Berhenti memanggilku Thomas, Dok! Aku tidak tahu siapa Thomas bagimu, tapi aku  Neil!”

Shania memberontak, lalu berteriak, kemudian menangis.  Neil menahan kedua pergelangan tangan Shania di kedua sisi tubuh wanita itu dan menekannya cukup kuat.

“Menangis lah, aku bukan Thomas. Aku  Neil, pemuda yang kamu bayar untuk menuntaskan hasratmu, Dok!”

“Tidak, lepaskan aku, Thomas! Aku ... kamu mengkhianatiku! Kau bajingan!” teriak Shania, lalu berusaha melepaskan diri dari  Neil, sia-sia karena tenaga  Neil jauh lebih besar dari Shania. Neil menghimpit tubuh Shania, dan menatap kedua matanya dengan tajam.

Dia marah, tetapi karena apa?

“Kamu dikhianati? Kalau begitu aku akan membuatnya ... merasa menyesal karena telah mengkhianati wanita secantik dirimu, Dok,” bisik  Neil di tengah teriakan Shania yang semakin menggila.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status