Bukannya terkejut dengan apa yang baru saja dikatakan Neil, Shania justru tertawa mengira jika Neil sedang melemparkan lelucon murahan padanya.
"Kamu gigolo? Hei ... usiamu masih sangat muda, bagaimana mungkin?" Sedang mabuk, lalu Neil berkata seperti itu, membuat Shania geli dan terus tertawa. Neil hanya bisa mengembuskan napas dengan berat, ya sudah kalau tidak percaya, pikirnya.
"Aku mengatakan yang sebenarnya, jika kamu ingin mencari pria hanya untuk membalas perbuatan suamimu, maka aku orang yang tepat," kata Neil. Tidak akan mungkin ia membiarkan Shania jatuh ke tangan pria lain. Dia tertarik dengan wanita yang tengah mabuk dan meracau tidak jelas sejak tadi, jadi bagaimana mungkin merelakan Shania ada di dalam pelukan laki-laki selain dirinya?
Shania terkekeh geli mendengar ucapan Neil, ia menganggap Neil itu sama mabuknya dengan dia.
"Kamu juga pasti sedang mabuk, sekarang bantu aku berdiri, kita akan bersenang-senang di bar, Bocah! Ayo bantu aku!" Shania mengulurkan satu tangannya, meminta agar Neil membantunya berdiri lalu memapah tubuhnya yang sudah sempoyongan.
Terpaksa Neil memanggil taksi, dia tidak mungkin memapah seorang wanita mabuk sembari berjalan kaki menuju ke bar tempatnya bekerja. Tak perlu menunggu lama, sebuah taksi melintas di hadapannya, lalu Neil membantu Shania masuk ke dalam taksi.
"Bocah, apa kamu tahu berapa tarif pria bayaran yang bisa bercinta denganku satu malam saja?" Shania kembali mengoceh tidak jelas di dalam taksi, karena kesal ... Neil pun membungkam mulut Shania dengan sebuah ciuman, cukup lama dan dalam, awalnya Shania dibuatnya terkejut setengah mati.
"Kamu ... sekali lagi melakukannya–”
“Ya, sekali lagi mengoceh tidak karuan sedangkan kita berada di dalam kendaraan umum, maka aku tidak akan segan mengulanginya, kamu paham?” ucap Neil dengan santai tanpa merasa bersalah sedikit pun pada apa yang baru saja ia lakukan terhadap Shania.
Neil tidak peduli jika tadi ia baru saja mencium seorang wanita yang sudah bersuami, lagi pula hanya mencuri sebuah ciuman saja tidak akan membuat wanita di sampingnya kehilangan harga diri. Sebelumnya, Shania juga sudah mengambil satu kecupan manis dari bibir Neil, jadi pemuda itu menganggapnya impas!
Shania menepuk-nepuk kepala Neil, lagi-lagi pemuda itu menjadi sasaran kekesalannya setiap kali ia teringat dengan ucapan Thomas padanya di restoran.
“Ya Tuhan, Dok! Sekali lagi kamu memukul kepalaku, aku benar-benar akan memperkosamu di dalam taksi ini!” seru Neil. Supir taksi yang melihat kedua orang di kursi belakang hanya bisa menggelengkan kepala. Dasar orang mabuk! Pikirnya.
…
Sial memang nasib Neil, di klub malam ia terpaksa menemani Shania. Wanita itu benar-benar ingin mabuk sampai tidak sadarkan diri sepertinya. Sudah tiga kaleng bir ia minum, tidak biasanya Shania meminum minuman beralkohol selama ini.
Tetapi, malam ini adalah sebuah pengecualian bagi Shania, hatinya benar-benar dibuat patah oleh Thomas.
Sembari menangis, sesekali ia memukul dada Neil, lalu memeluk pemuda itu, kemudian menggigit pergelangan tangan Neil. Marion hanya bisa tertawa melihat tingkah wanita yang dikiranya adalah pelanggan Neil.
Baru menjadi calon pelanggan, catat itu!
Mereka berdua belum melakukan transaksi sama sekali.
“Hei, sepertinya kamu begitu sabar menemani wanita ini,” ujar Marion saat wanita cantik berusia 40 tahun lebih itu berada di samping meja Neil dan Shania.
“Itu—”
“Carikan aku pria yang bisa memuaskanku,” racau Shania membuat Marion mengernyitkan keningnya. Di sebelah Shania sudah ada seorang pria, mau pria model seperti apa lagi? Di klub malam, Neil sudah yang paling terkenal dan banyak yang tergila-gila padanya.
“Nona, hmm … di sebelahmu sudah ada seorang pemuda. Apa kamu tidak tertarik dengannya?”
“Hah? Tidak, tidak, dia masih terlalu bocah. Aku … ingin yang lebih matang dan berpengalaman!” Kedua mata Shania terlihat sayu, bisa dipastikan sebentar lagi wanita itu pasti tidak sadarkan diri, wajahnya memerah seperti kepiting rebus.
“By the way, pemuda di sampingmu itu adalah yang paling berpengalaman dari semua host dancer di klub malam ini. Kamu tidak mau mencobanya?” Marion masih mencoba mempromosikan Neil di depan Shania.
Shania memiringkan kepalanya, lalu tertawa saat melihat wajah Neil.
“Okay, berapa harganya semalam?” Sudah tidak tahu lagi apa yang dibicarakan, Shania merogoh sesuatu di dalam tas, “Ini kartu kreditku, aku bayar … sekarang!”
Neil menggosok ujung hidungnya, apa rasanya bercinta dengan wanita mabuk?
“Ma’am, aku tidak mungkin bercinta dengan wanita mabuk. Apa–”
“Diam kamu, Bocah! Aku sudah setuju untuk dilayani olehmu, jadi … malam ini kamu adalah milikku!”
Bruk!
Kepala Shania terjatuh di atas meja, Neil hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah konyol Shania saat ini. Ia pun melirik Marion, seakan meminta pendapat apa yang harus dilakukan olehnya terhadap Shania yang sudah tidak sadarkan diri.
“Bawa saja ke hotel, bukankah dia meminta dilayani olehmu?”Neil pun membawa Shania menuju ke sebuah hotel yang biasa ia datangi setiap kali ia akan memberikan pelayanannya. Hotel ini bagus menurutnya, memiliki fasilitas yang lengkap dan juga ... nyaman!Ya, bukan kah untuk memuaskan seorang wanita juga diperlukan sebuah kenyamanan, termasuk pemilihan tempatnya?"Double room saja, aku harus membawa wanita ini, dia sudah sangat mabuk," ucap Neil pada seorang wanita yang berada di meja resepsionis. Wanita itu terus saja memperhatikan Neil, wajahnya terlihat muram, ada rasa iri di dalam hatinya setiap kali melihat Neil membawa perempuan ke hotel tersebut, ia berharap andai saja dirinya yang berada di dalam dekap hangat seorang Neil!Padahal dia sendiri pernah merasakan kehangatan yang diberikan Neil sebelumnya."Lana?""Oh, ya ... double room?" ulang wanita itu. Keduanya memang sudah saling mengenal."Come on, Lana. Apa kamu tidak bisa bekerja lebih cepat, wanita ini mabuk, aku merasa kasihan padanya. Belum lagi tubuhnya cukup berat, aku pun haru
Bukannya diam, Shania justru semakin menangis kencang, membuat Neil meringis mendengar tangisan tidak jelas dari wanita di bawah tubuhnya itu.“Hei, Dok. Kalau kamu terus menangis seperti ini, lama-lama kamu bisa membuatku gila! Kamu ini menyewaku untuk mendengar tangisanmu atau kamu ingin aku memuaskanmu?” Neil mengusap airmata Shania dengan jempolnya, wajah Shania benar-benar telah memikat seorang bocah seperti Neil, iya bocah, bagi Shania dia adalah bocah menyebalkan!Shania terus saja menggerung, tanpa memedulikan pertanyaan Neil, karena kesal, Neil pun menutup mulut Shania dengan sebuah ciuman kasar, dia tidak bisa melihat seorang wanita menangis terlalu lama.“Ehmph! Hah!” Shania menggigit bibir Neil.“Aw! Kamu ... kenapa menggigit?”“Kamu ... kamu ingin memperkosaku?”“Hah? Kau gila? Dok, kamu yang membeli jasa, aku hanya memberikan apa yang kamu inginkan!” jawab Neil, sedikit merasa jengkel, lama-lama Shania yang malah semakin terlihat seperti anak kecil di mata Neil saat ini,
Shania merasa takut, tatapan Neil begitu dingin. Yang ada di dalam pikirannya, jika sampai Neil berbuat nekat dan menyentuhnya, maka bisa dikatakan ia benar-benar melakukan perselingkuhan dengan seorang pemuda yang jauh lebih pantas menjadi putranya."A-Aku sudah membayarmu?" Shania bertanya, berusaha memastikan apa memang dia benar-benar membayar Neil, "Katakan!""Ya, tadi saat kamu mabuk, kamu menyuruhku mengambil sejumlah uang di dalam dompet milikmu. Aku memberikannya pada Marion, pemilik klub malam.""Kamu baru memberikan uang muka," kata Neil. Tentu saja itu tidak benar, tadi Shania benar-benar tidak sadarkan diri dan belum memberikan apa pun pada Neil, itu hanya akal-akalan saja di kepala Neil. Ia tidak ingin melepaskan wanita cantik yang berada di bawah tubuhnya saat ini.Shania mendorong tubuh Neil menjauh darinya, tetapi rasanya sia-sia saja karena Neil tidak bergeser sedikit pun, "Urusan kamu dan aku seharusnya sudah selesai, Bocah. Aku ... aku tidak bisa melakukannya denga
Dari pada mendengar Shania terus merengek dan memohon agar Neil tidak melakukan apa pun, pemuda berinisiatif mengantarkan Shania kembali ke rumah, lalu dirinya pun akan kembali ke bar, menghilangkan penat.Taksi yang mereka tumpangi berhenti di sebuah rumah yang megah, “Jadi di sini rumahmu? Oh, maaf, maksudku, rumah suamimu?” Neil memperhatikan rumah Shania yang besar dan megah, tetapi sepertinya sepi, bahkan lampu taman pun tidak dinyalakan.Untuk kembali ke rumah tersebut terasa enggan bagi Shania, tapi apa yang bisa ia lakukan. Untuk sementara, mungkin ia akan tetap kembali ke sana sampai Thomas benar-benar menceraikan dan mengusir dirinya."Bukan rumahku, tapi calon mantan suamiku," jawab Shania. Ia keluar dari dalam taksi, Neil pun mengekor di belakangnya.“Kamu tidak mau mengundangku masuk?” tanya Neil seraya menarik pergelangan tangan Shania.“Bocah, sebaiknya kamu pulang. Anggap saja ... kamu dan aku tidak pernah saling mengenal. Apa yang aku lakukan malam ini adalah sebuah k
Marion bisa memahami apa yang dirasakan Neil saat ini, pemuda itu merasa kecewa dengan keluarganya. Menurut Neil, satu-satunya keluarga yang menyayangi dirinya hanyalah kakeknya. Neil kabur dari rumah karena perusahaan milik keluarga ingin diberikan padanya oleh Newton, kakek kesayangan Neil. Jika ia sampai menerima, tentu akan menyebabkan perselisihan besar di dalam keluarga."Ma'am, mungkin aku tidak akan pernah kembali ke sana. Aku merasa lebih nyaman berada di antara kalian," kata Neil, lalu meletakkan kepalanya di pundak Marion. Ya, ia merasa jauh lebih nyaman dan memiliki keluarga bersama Marion dan rekan-rekan seprofesinya. Paman dan ayahnya sama saja, semua ... menganggap Neil tidak berguna, tidak pantas untuk mendapatkan posisi yang diberikan Newton."Neil," ucap Marion dengan lembut sambil memandang wajah pemuda itu dengan penuh perhatian. "Aku mengerti betul perasaanmu. Merasa kecewa oleh orang yang seharusnya menjadi keluargamu bisa sangat menyakitkan. Aku bisa melihat b
"Ish ... aku sudah mengatakan padamu, Nona Carla. Aku tidak akan menuruti apa yang kamu inginkan, kenapa sulit sekali memberikan pemahaman kepadamu?" ucap Neil. Kesal, jengkel, dan berharap bisa menutup hubungan telepon secepatnya. Bukannya menyudahi pembicaraan, wanita itu justru tertawa, lalu ia berkata, "Aku sudah berada di bar, jadi apa aku harus pulang? Demi kamu, aku datang. Apa kah tidak ada pengecualian, Neil?" Neil memutar tubuhnya ke belakang, mencari sosok yang sedang berbicara di telepon dengannya. Benar saja, Carla sedang bersandar di dekat pintu masuk, begitu melihat Neil sedang memandang ke arahnya, wanita itu melambaikan tangannya. Menjengkelkan, kenapa wanita selalu saja sulit untuk diberitahu!"Awh ... jadi begitu? Aku tetap harus melayanimu? Atau begini saja, aku tahu siapa yang bisa melayanimu. Sama tampan dan menariknya dengan diriku," kata Neil. Ia berusaha mengalihkan perhatian Carla padanya, sungguh saat ini Neil sedang malas melakukan hal apa pun. Carla te
Jakun pria itu bergerak-gerak, terbakar sepenuhnya oleh gairah. Benar-benar sebuah suguhan yang begitu indah di matanya. "Don ... jangan hanya memperhatikan tubuhku saja, apakah kamu tidak ingin menikmatinya?" tanya Carla, kedua matanya mulai terlihat sayu, ia senang diperhatikan sedemikian rupa oleh Donovan. Donovan tertawa, lalu ia pun menarik tubuh Carla dan meletakkan secara lembut di atas tempat tidur. Tubuh indah tanpa cela itu kini telah berada di bawah kungkungan tubuh Donovan. “Kamu sudah membayarku, jadi biarkan aku menjadi pelayanmu, Nona Carla,” ucap Donovan, suaranya terdengar serak dan berat, tidak bisa dia pungkiri, dia pun mulai terbakar napsu yang membara di dalam dirinya.“Ahhh ... Don, jangan mempermainkan aku, sudah cukup kamu menggoda dengan sentuhanmu, aku menginginkan lebih,” pinta Carla, dan Donovan hanya mengangguk. Dia akan mengabulkan permintaan Carla, memberikan kenikmatan yang diinginkan oleh wanita cantik yang sudah tidak sabar untuk saling bertukar pe
Donovan mengangguk, setidaknya tidak ada ruginya bagi Donovan untuk tidak menolak keinginan Carla. Mereka berdua akan sama-sama puas, bukankah begitu?"Tapi di luar pekerjaan, aku bukan pria yang menyenangkan, Carla," kata Donovan, tidak ada lagi embel-embel 'Nona' yang dia pakai saat berbicara dengan Carla."Tidak masalah, kamu juga perlu tahu .... aku bukan wanita yang lemah lembut," balas Carla. Lalu keduanya hanya tertawa seusai percakapan aneh tersebut.Carla meminta Donovan mengambilkan tas miliknya di atas nakas tempat tidur, lalu wanita itu mengeluarkan sesuatu, selembar kertas cek kosong, "Kamu bisa mengisi sendiri nominalnya. Aku menyukai pelayananmu."Seketika Donovan menjadi semakin bingung, bukan kah Carla sudah melakukan pembayaran pada Marion?"Tapi, kamu sudah membayar pada Marion, lalu untuk apa cek ini?""Anggap saja yang aku bayarkan pada Marion adalah haknya, untukmu ...," Carla menarikan jari-jari lentiknya di dada Donovan, "kamu bisa mengisi berapa nominal yang