Melihat ekspresi Pangeran Gavin, Putri Olivia tersenyum kemudian mengalihkan pandangannya menatap bulan yang bersinar redup di atas langit. “Aku tidak berkeinginan untuk kembali ke sana, Gavin. Jadi kau tidak perlu berpikir untuk mengambilnya kembali untukku.”
Ucapan Putri Olivia sontak menghentikan langkah Pangeran Gavin. Tanpa dia bertanya, Putri Olivia sudah mengatakannya lebih dulu. Padahal dirinya sangat menghindari mengeluarkan pertanyaan itu pada Putri Olivia.
Pangeran Gavin memutar kepalanya, menatap ke arah Putri Olivia yang saat ini sedang tersenyum ke arahnya. Tidak ada keraguan di mata Putri Olivia membuat Pangeran Gavin kesulitan untuk berkata-kata.
“Terima kasih sudah mengantarku sampai ke kamar. Kalau begitu, aku masuk ke kamar dulu.” Putri Olivia berbalik dan berniat membuka pintu kamarnya. Namun tangannya lebih dulu dicekal oleh Pangeran Gavin dan berhasil membuatnya kembali berbalik.
Pangeran Gavin menurunkan tangannya beralih mengge
Pukul 11 malam. Pangeran Gavin keluar dari ruangannya kemudian berjalan ke lorong yang gelap. Pertemuan rutin harus bisa dihadirinya. Sekalipun jarang membahas hal yang penting, namun pertemuan itu harus tetap dilakukan.Pangeran Gavin memutar gagang pintu kemudian mendorongnya pelan. Seperti di malam sebelumnya, lima orang sudah datang lebih dulu dibandingkan dengannya. Kali ini tersedia beberapa jenis makanan di atas meja, yang sudah bisa dipastikan kalau Cora yang membuat semua itu.“Apa yang sebaiknya kita bahas malam ini?” Astra membuka suara tepat ketika Pangeran Gavin sudah duduk.Dengan penuh semangat, Azura mengangkat tangannya sembari menegakkan tubuhnya. “Aku! Aku!”Semua mata beralih menatapnya. Sangat jarang Azura memiliki topik untuk dibicarakan. Di sisi lain, mereka semua berpikir mungkin Azura ingin mengatakan sesuatu yang serius.“Pagi menjelang sore tadi, aku dan Leo bertemu dengan utusan Kerajaan Gam
Pangeran Gavin hanya berdehem kemudian keluar dari ruangan. Tanpa sadar jarum jam sudah menunjukkan pukul satu malam. Masih ada beberapa hal yang harus diselesaikannya, jadi dia tidak bisa langsung istirahat. Pangeran Gavin melangkah masuk ke dalam ruangannya dan duduk di belakang meja kerjanya. Tak lama kemudian, Gabriel membuka pintu dan melangkah masuk. “Kau juga harus segera istirahat, Pangeran.” Gabriel mengambil duduk di sofa sudut ruangan, menatap Pangeran Gavin yang berada di seberangnya. Pangeran Gavin menyandarkan punggungnya tanpa mengalihkan matanya dari Gabriel. “Kapan Ayahku menyuruhmu untuk menemaninya?” “Kemarin siang. Yang Mulia bahkan menunjukkan padaku undangan yang dikirim ke Kerajaan Thorn.” Jelas Gabriel. “Kau yakin kalau yang akan datang adalah Yang Mulia Geld? Bagaimana jika Louis yang datang?” bahkan Pangerang Gavin pun ikut khawatir jikalau Pangeran Louis yang datang di perjamuan itu. Gabriel menggeleng pelan. “Aku yakin yang akan datang adalah Yang Mulia
Pukul 10 pagi. Jalanan kota sedang menyambut kedatangan kereta kuda milik Yang Mulia Glocius. Sesekali Yang Mulia Glocius melambaikan tangannya ke arah rakyat yang menyapanya. Siapa yang tidak mengenalnya, semua orang pasti mengenalnya sebagai raja kerajaan terbesar yang ada di negeri ini.“Mereka semua benar-benar menyambutku hangat.” Yang Mulia Glocius mengulas senyum ketika seorang anak kecil melambaikan tangannya. Dia tidak pernah bosan untuk berkunjung ke Kerajaan Wisteria. Rakyatnya ramah, ditambah dengan rajanya yang begitu disegani oleh semua orang.Kereta kuda berhenti tepat di depan gerbang istana Kerajaan Wisteria. Salah satu prajurit berbincang dengan kusir. Tak lama kemudian, prajurit membuka pintu untuk kereta kuda masuk ke pelataran istana.Kabar kedatangan Yang Mulia Glocius sudah didengar oleh hampir seisi istana. Yang Mulia William pun bergegas menyambutnya di teras istana. Senyumnya merekah ketika melihat Yang Mulia Glocius turun d
Tidak ada raut keterkejutan dari Pangeran Gavin. Karena sebelumnya, dia sudah bertanya pada Norman alasan kenapa dia dipanggil oleh ayahnya. “Putri baik-baik saja.”“Pangeran, kau tidak berniat untuk merebut Kerajaan Mandelein?” Yang Mulia Glocius tidak berniat basa-basi. Pembicaraan pun mulai serius. Atmosfer ruangan ikut berubah.Pangeran Gavin yang mendapat pertanyaan tersebut sudah memantapkan tekadnya berdasarkan apa yang Putri Olivia katakan. “Tidak, Yang Mulia.”“Kenapa?”Tanpa ingin memberitahu siapapun terkait alasannya dan juga tidak ingin melukai perasaan Yang Mulia Glocius, Pangeran Gavin menjawab. “Saya memiliki alasan saya sendiri kenapa tidak ingin melakukannya.”Tidak ingin terus mendesak, Yang Mulia Glocius justru tersenyum. Dia menghargai sikap Pangeran Gavin yang tidak dibutakan dengan kekuasaan. “Kalau begitu, tidak masalah jika aku merebut Kerajaan Mandelein?&rdq
“Menyebalkan!!!” Yang Mulia Geld memekik frustasi. Dia tidak bisa berpikir jernih untuk menemukan jalan terang. Melihat rajanya frustasi, Dandi selaku penasehat raja melangkah mendekat, berusaha untuk membantunya mencari jalan keluar. “Tenangkan diri Anda, Yang Mulia.” Yang Mulia Geld menggeram pasrah. “Bagaimana aku bisa tenang? Sore ini aku pasti ditunggu oleh William. Mau diletakkan dimana harga diriku ketika bertemu dengannya setelah apa yang dilakukan oleh Louis.” Dandi merangkul pundak Yang Mulia Geld, menuntunnya ke kursi di depan salah satu ruangan. “Tenangkan diri anda lebih dulu. Dengan begitu anda bisa mendapatkan jalan keluar.” Yang Mulia Geld duduk di kursi ditemani Dandi di sebelahnya. “Aku memang tidak suka dengan apa yang Louis perbuat, tapi aku juga tidak tahu bagaimana berhadapan dengan kerajaan lain yang sudah jelas mereka mengetahui perbuatan Louis.” “Jika saya boleh saran, Yang Mulia. Mungkin alangkah baiknya kalau Anda be
Yang Mulia Geld berusaha untuk mengulas senyum dan menyembunyikan ketakutannya. Dengan langkah tegak, Yang Mulia Geld melangkah ke arah Yang Mulia William. “Terima kasih sudah mengundangku.” Yang Mulia William membalas jabatan tangan yang diulurkan oleh Yang Mulia Geld. Hanya untuk sesaat, Yang Mulia William segera mempersilakan untuk duduk. “Silakan duduk.” Yang Mulia Geld duduk di kursi, tepat berseberangan dengan Yang Mulia William. Sekilas, dia menatap ke arah Gabriel yang berdiri tidak jauh dari Yang Mulia William duduk. Tidak ada rasa curiga dalam dirinya. Dia menyimpulkan kalau Yang Mulia William memiliki penasehat baru. “Tolong tuangkan tehnya.” Yang Mulia William meminta Gabriel untuk menuangkan teh ke cangkir yang masih kosong. Gabriel membungkuk hormat. “Baik, Yang Mulia.” Dengan cekatan, Gabriel mengambil teko kemudian menuangkan teh yang ada di dalamnya ke cangkir milik Yang Mulia Geld lantas berganti ke cangkir milik Yang Mulia William.
“Kau tahu, kejadian perampasan Kerajaan Mandelein, sudah diketahui oleh Kerajaan Gambera. Jadi kau tahu kan, apa maksudku?”Yang Mulia Geld mengangkat wajahnya menatap tidak percaya ke arah Yang Mulia William. Kerajaan Gambera sangat terkenal dengan rajanya yang nekad dengan elegan. Mendekati kerajaan yang menurutnya menguntungkan, menawarkan peleburan kerajaan, hingga akhirnya menguasai kerajaan tersebut. Tidak ada yang dirugikan, bisa dibilang kedua sama-sama untung. Jika berita itu sudah sampai pada raja Kerajaan Gambera, secara tidak langsung nyawa Pangeran Louis benar-benar berada di ujung tanduk.Melihat wajah pucat Yang Mulia Geld, membuat Yang Mulia William mengulas senyum. “Aku menyetujui perjanjian agresi denganmu. Dengan syarat, jika kau berkhianat, bersiaplah. Siapa yang akan memenggal kepalamu diantara kami berdua.”Di koridor Kerajaan Wisteria. Yang Mulia Glocius baru saja menghabiskan makanannya. Dia makan dengan sangat lah
Pukul 11 malam. Pangeran Gavin masuk ke dalam ruang pertemuan. Dia tidak sabar ingin mendengar cerita dari Gabriel tentang perjamuan tadi sore. Begitu Pangeran Gavin masuk, kelima teman-temannya sudah duduk menunggunya dengan beberapa camilan di atas meja. Pangeran Gavin duduk di kursi favoritnya menatap ke arah Gabriel. “Bisa ceritakan sekarang?” Melihat tingkah tidak sabaran dari Pangeran Gavin, membuat Gabriel tertawa pelan. “Kau tidak sabaran, Pangeran. Tapi baiklah, aku akan menceritakan semuanya padamu.” Gabriel mulai bercerita mengenai kejadian yang dialaminya sore ini. Tidak ada satupun yang menyela. Mereka menyimak baik-baik hingga cerita usai. Azura tertawa ketika cerita usai. Satu hal yang membuatnya tertawa adalah wajah pucat Yang Mulia Geld. “Benar-benar langka. Ah, aku jadi berharap bisa melihatnya.” Leo menatap Azura kemudian mengalihkan pandangannya menatap Gabriel. “Kenapa Yang Mulia Geld sangat nekad? Tidakkah berpikir jika datang sama saja menyerahkan nyawanya?”