Share

Bab 28.b

Kami melanjutkan perjalanan melewati masjid besar yang berkubah hitam. Aku masih ingat pemberitaan tsunami Aceh di layar kaca. Dari lahan yang berhektar-hektar, hanya masjid ini yang berdiri tegak.

Aku terpana melihat bangunan megah itu. Luar biasa indahnya. Kami tidak berhenti di sana, malah terus lanjut melaju jauh menjauhi kota. Mobil pun sudah tidak pelan, melainkan dalam kecepatan tinggi.

Setelah jarak yang cukup jauh dilewati. Bang Rasya berhenti di sebuah rumah dua lantai yang cukup besar.

Dia langsung turun dan berputar membukakan pintu. "Jom, Dik. Kita masuk dulu."

"Ini apa?"

"Rumah Abang yang lama."

Apa papan pengumuman di depan rumah itu. 'Yayasan panti asuhan dan dhuafa. Aisha Umar.'

"Ini jadi ...."

"Jadi panti asuhan. Setelah tsunami Abang dan Umma langsung pindah ke Malaysia. Rumah lama kami jadikan panti asuhan. Agar ada pahala mengalir untuk Aba dan Aisha serta keluarganya. Jom!"

Bang Rasya menggenggam tanganku. Memasuki rumah besar ini. Banyak anak-anak berla
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status