“Ann... minggirlah sedikit, aku tidak bisa melihatnya,” bisik Josh.
"Ssttt... Josh! Kau terlalu berisik," balas Annie dengan suara sangat pelan sambil memegang nampan berisikan minuman dan makanan.
"Bagaimana aku bisa diam, jika dia melakukan sesuatu seperti itu! Dia berlutut Ann! Berlutut di hadapan wanita! Terlebih manusia!"
Ann langsung menjejalkan kue ke mulut Josh untuk membuatnya diam. Sedetik kemudian, mata mereka seperti akan keluar ketika tiba-tiba saja Rai sudah berdiri di hadapan mereka.
Dengan canggung, Annie hanya bisa tersenyum, sedangkan Josh mengunyah kue yang ada di mulutnya seraya menghindari bertatap muka dengan vampir ini. Di sisi lain, Diana menghela napas, berusaha mengatur emosinya.
Dengan tangan yang berlipat dan juga tubuh yang bersandar pada tembok, Rai bertanya, “Apa yang sedang kalian lakukan?”
“Mengantarkan makanan dan juga minuman,” Josh tersenyum canggung ser
"Tidak bisakah kau diam, Josh? Jangan sembarang memberikan penilaian kepada orang lain!" omel Ann."Ya, ya, ya...""Aku tidak mengerti yang apa yang terjadi, dan aku rasa akan memakan waktu cukup lama jika Yang Mulia menjelaskannya. Aku hanya akan bertanya pada intinya, untuk apa Yang Mulia datang ke sini?" tanya Ann pada Rai"Aku membutuhkan sebuah mobil, dan mungkin sedikit bekal untuknya,” jawab Rai seraya menunjuk Diana."Baik, akan kami persiapkan.""Mungkin kau juga bisa mengganti pakaiannya," komentar Rai karena pakaian yang dikenakan Diana cukup mengundang perhatian, sebuah gaun hitam legam yang membuatnya tampak seperti penyihir."Hmm... aku punya beberapa gaun untuknya. Tapi ini adalah sebuah gaun pendek, dengan potongan selutut. Apa tidak apa-apa?""Ya, kenakan apapun padanya selama dia menyukainya.”Ann mengangguk mengerti, "Dion, bisakah kau ikut aku sebentar?" dan Diana pun menurut.
"Sebenarnya, Yang Mulia memberikan kami rumah yang lebih besar dari ini, tapi kami menolaknya. Walaupun dia terkenal kejam, tapi sebenarnya dia adalah vampir yang baik hati. Bahkan setiap bulannya dia selalu mengirimi kami uang dengan jumlah yang cukup banyak," kata Ann seraya membongkar pakaian lamanya, sementara Diana, ia suruh duduk di tempat tidur."Dan ya, aku tidak pernah melihat Yang Mulia bersikap seperti itu sebelumnya. Tapi yang aku tahu, jika ada seseorang yang menarik perhatiannya, maka dia tidak akan sungkan-sungkan untuk menarik orang tersebut ke sisinya,” tambah Ann.Diana mendengarkan dengan saksama, lalu terlihat berpikir, "Bagaimana kalian mempunyai hubungan dengannya? Seorang manusia dengan seorang vampir? Bukankah itu sedikit—“"—Aneh?" timpal Ann, "Atau menyeramkan?”Ann tertawa, “Sama sepertimu, dua puluh tahun yang lalu, aku adalah makanannya. Tepat sehari sebelum aku dimakan, Jos
"Kamu setuju?" Kevin bertanya ulang dan Pine kembali mengangguk. "Ini tentang mengubahmu menjadi vampir, dan aku bahkan belum tahu apakah kakakmu menyetujuinya atau tidak," lanjut Kevin. "Vin, aku memang mengucapkan janji untuk selalu berada di sisimu dan mencintaimu di saat aku sedang hilang ingatan. Janji adalah janji, dan aku tidak akan melupakannya atau mengingkarinya." "Aku tahu. Tapi ini adalah tentang kehidupanmu. Dengan tetap menjadi manusia pun kamu bisa tetap bisa berada di sampingku." "Vin..." Pine menggenggam erat tangannya, "Aku tidak mau membuat masalah lebih banyak lagi. Dengan menjadi vampir aku melindungi kalian semua. Setidaknya aku bisa membantumu, dan Kak Dion tidak harus terus mengorbankan dirinya," dan Pine kemudian terdiam. “Ada apa? Sudah aku katakan, kau boleh menolaknya,” tukas Kevin. Pine menggeleng, ia kemudian mengambil napas dalam-dalam. “Maukah kamu mendengar kisahku? Cerita yang terjadi
"Setiap hari aku selalu menghabiskan waktu dengannya, bermain permainan apapun yang bisa kami mainkan. Namun, walaupun ada kami berdua di kamar ini. Mite hanya memberikan kami satu porsi makanan dalam sehari, dan jumlahnya pun tidak akan cukup untuk satu orang.”“Tapi Dion tidak pernah mengeluh, dia bahkan tersenyum dan berkata, “Apa kau suka buah, Diana? Bagaimana dengan mangga?” Aku mengangguk dan mengatakan aku menyukainya.""Lalu dia meminta izin padaku untuk pergi sebentar. Melalui jendela, dia pergi menyelinap keluar. Aku terkejut, ternyata dia pergi untuk memanjat pohon mangga yang ada di depan rumah kami. Memetik tiga buah mangga dan membawanya ke hadapan aku. “Ini bukan daging atau makanan yang lezat. Tapi aku jamin buah ini akan menjadi makanan favoritmu.”"Pine tertawa disela ceritanya, namun Kevin memandangnya dengan iba. Bagaimana mungkin bukan h
"Aku menaiki sebuah mobil. Namun mataku ditutup, yang aku rasakan hanya rasa dingin yang teramat sangat. Lalu saat ikatan dibuka. Aku menyadari bahwa aku berada di sebuah ruang bawah tanah. Di sana, aku bertemu untuk pertama kali dengan seseorang,” kata Pine.“Apa orang itu adalah Pangeran Zahra?” tanya Kevin.Pine mengangguk, “Ya, dia adalah Pangeran Zahra, orang yang kau ceritakan sebelumnya, dan ternyata kita mengunjungi tempat yang sama. Bukankah ini takdir?” dan Kevin hanya terdiam."Pate akhirnya mengatakan semuanya, dan aku langsung memuntahkan semua isi perutku. Pate mengatakan bahwa darah yang aku minum selama ini adalah darah wanita itu. Aku langsung lemas mendengarnya. Terlebih ia mengatakan bahwa aku akan mendapatkan jantung baru. Jantung wanita itu."Kevin menggebrak meja, “APA!? APA KATAMU!?” Pine hanya tersenyum, baginya itu persoalan masa lalu, namun tidak untuk Kevin.&ldqu
Ann menghampiri Rai dan Diana yang masih berada di lantai dua, sedangkan Josh berada di luar kafe mempersiapkan segalanya. Wanita ini pun mendekat dengan perlahan."Semua sudah siap, Yang Mulia," ucap Ann."Ayo pergi, Diana," kata Rai dan Diana menganggukDi luar kafe, Diana berjalan mendekati Josh dan Annie. Ia kemudian membungkukkan dirinya, "Terima kasih atas pakaian dan semuanya, Bibi Ann.”Ann tersenyum lembut, "Tidak usah dipikirkan, itu hanya baju lama.”"Diana..." panggil Rai yang sudah menunggunya seraya membukakan pintu mobil. Diana tersenyum pada mereka lalu masuk ke dalam mobil.Setelah menutup pintu, Rai tidak langsung masuk ke mobil, dia menghampiri ke dua orang ini. "Kalian tahu keadaannya bukan?" dan Josh mengangguk."Hanya tolong jaga anak itu. Dia cerdas namun terkadang juga ceroboh," balas Ann."Kalian masih menyimpan botol pemberian Al?" tanya Rai"Ya. Josh yang menyimpann
"Oi, Al! Tuan Vampir...! Di mana kau?" teriak Gail dari tengah halaman. Dak! Tubuh Gail tiba-tiba terdorong dan menghantam tembok dengan keras. "Aku katakan hal ini sekarang. Jangan berteriak! Aku sangat kesal dengan suara yang keras!" ucap Al yang sudah mengunci pergerakan Gail. “Lagi pula kau sudah mengatakan semuanya, kenapa kau belum pergi juga, huh?" Gail bersikap tenang, "Yang Mulia Rai mengatakan untuk menyelidiki Aima dari reruntuhan yang berada di sekitar sini, dan bukankah kau menyuruhku datang sebagai tanda balas budi atas informasi waktu itu?” Al melepaskan Gail, dan menyerah dengan kelakuan manusia satu ini. "Ingat apa yang aku katakan! Dan satu lagi, jangan memasuki kastel! Jangan juga melakukan sesuatu yang membuatmu terluka!" "Hah...? Ini artinya kau khawatir padaku, bukan? Terima kasih.” Al mendesis kesal, "Bukan! Tempat ini dipenuhi oleh vampir! Satu tetes darahmu dan semua akan runyam! Aku j
BAM!Benar saja, Gail hanya memberikan sangat sedikit dorongan dan pintu ini dengan sukses mendarat di lantai, jatuh begitu saja karena lapuk dimakan usia dan alam. Membuat debu-debu langsung berhamburan menyeruak masuk ke hidung Gail.."Uhuk! Uhuk! Haa... haachiiihhh!!!" suara batuk dan bersin seketika menggema ke seluruh ruangan."Rrrr..." erang Gail, merasakan hidungnya menjadi sangat gatal.Namun dia langsung terperangah begitu melihat ruangan di hadapannya. Sebuah ruangan yang hanya terdapat tiga buah sofa rusak di tengah-tengahnya. Bagi seorang yang penakut mungkin mereka sudah pingsan sejak tadi. Tapi tidak bagi Gail, baginya suatu keberuntungan bisa melihat semua ini. Baginya, ini seperti harta karun.Ruangan ini terasa kelam, namun karena jendela di belakangnya, membuat ruangan ini terasa lebih terang. Langit-langit yang sudah tua ini pun sudah runtuh dimakan usia. Pria ini melihat ke seluruh arah dengan takjub. T