Raja Primadigda mengambil gelas yang kosong, setelah itu menuangkan minuman yang ada di teko. Sebenarnya, tak ada yang spesial dari minuman tersebut. Hanya jus buah, tetapi melihatnya saja membuat sang raja ingin meminumnya. Entah kenapa ia tiba-tiba merasa haus.
“Itu jus buah melon. Aku khusus membuatnya, aku sangat suka sekali meminumnya setiap hari,” ujar Pangeran Bagar.
Raja Primadigda tak merasa aneh. Ia bahkan meneguk minuman itu hingga tak bersisa. Setelah itu ia letakkan gelas kosong ke meja seperti semula. “Kalau tak ada yang dibicarakan lagi aku pergi.”
“Baiklah, Paman. Aku tak bisa mencegah Yang Mulia Raja Naga Laut Selatan,” kata Pangeran Bagar.
Raja Primadigda melangkah untuk keluar dari ruang makan tersebut. Namun, ketika keluar dari ruangan ia mera
Bandi datang siang itu membawa kabar baik untuk Pangeran Aryanaga dan Putri Aprilia. Mendengar kabar baik tersebut, Aryanaga dan Aprilia langsung saja menuju ke perkampungan yang dimaksud. Dengan memakai jubah, ketiga orang ini menghindari keramaian dan berusaha tidak terlihat oleh para prajurit.Aryanaga mulai membiasakan diri berada di Dunia Bawah. Ia mendapatkan banyak pengetahuan dari Aprilia. Dari mulai kehidupan yang dijalani para penduduknya, hingga segala hal tentang mitos serta legenda yang sebenarnya tidak begitu penting. Aryanaga senang saja melihat perilaku Aprilia, lebih seperti seorang kakak yang mengayomi adiknya. Mungkin memang seperti itu perasaannya kepada Aprilia dulu ketika masih kecil. Kagum kepada seorang yang dia anggap sebagai kakaknya.“Kau berbeda hari ini, Pangeran,” celetuk Aprilia saat mereka sedang berjalan di jalanan setapak menuju
Asri tidak tahu harus berbuat apa. Dia menjaga jarak dengan Raja Primadigda yang sekarang sedang duduk bersila. Tampak darah mengalir di sudut bibir orang tua itu. Matanya masih terpejam, tetapi dari tarikan napasnya terlihat sekali kalau sang Raja sama sekali tidak tenang. Dia sedang berusaha menormalkan suhu tubuhnya, imbas dari racun yang sekarang menggerogoti tubuhnya.Dalam keadaan seperti ini, Asri berpikir apakah bisa dia menyembuhkan Raja Primadigda dengan kekuatannya? Akhirnya ia pun mendekati Raja Primadigda. Tangannya pun diletakkan ke punggung tangan sang Raja.“Maaf, Yang Mulia. Aku hanya ingin membantu,” kata Asri. Dia tahu risikonya. Bisa saja Sang Raja berubah menjadi naga lalu memakannya, sebagaimana kata Pangeran Bagar, kalau daging Sang Penyembuh adalah penawar racunnya.Luka di bibir sang raja mengering.
Aryanaga dan yang lainnya sekarang sudah berada di depan saluran air bawah tanah. Dibilang saluran air, ini sebenarnya bukan saluran air biasa. Lebih tepatnya ini adalah sungai bawah tanah yang terbentuk secara alami.“Aku kira saluran air itu seperti saluran air pembuangan, ternyata ini sungai bawah tanah,” ujar Aryanaga.“Hahaha, sayang sekali. Kalau menurutmu yang akan kita masuki saluran air pembuangan, maka itu sudah mereka prediksi. Tetapi, saluran air sungai bawah tanah ini, tidak tersentuh sama sekali semenjak bangunan istana itu didirikan,” kata Pado.Mereka terus berjalan melewati pinggiran sungai sambil berhati-hati dengan bebatuan terjal dan licin. Aryanaga, Aprilia dan Bandi dengan mudah bisa melompati bebatuan itu, mereka terpaksa menunggu beberapa saat agar Pado dan yang lainnya bisa menyusul. Pado
“Biasanya Pangeran Bagar ada di tempat pribadinya. Kau lihat bangunan besar yang ada di sana?” tanya Pado sambil menunjuk ke arah bangunan itu, “di sana dia berada.”“Lalu Asri?” tanya Aryanaga.“Aku tak tahu, tetapi dari keterangan Koila, perempuan itu tidak disekap. Ia dibiarkan bebas di istana ini, setahuku begitu. Hanya saja keputusan Pangeran Bagar berubah tadi sore,” jelas Pado.“Berubah bagaimana?” tanya Aryanaga cemas.“Asri di tempatkan di ruangan khusus, sampai terakhir kali aku bertemu dengan Koila, Asri dibawah oleh Pangeran Bagar dan tidak kembali. Lebih baik, kita cari saja dengan teliti,” ujar Pado.“Kurang ajar, Pangeran Bagar itu, maunya apa sih?” gerutu Aryana
“Ayah, apa maksudnya ini? Aku tak mungkin melakukannya!” kata Aryanaga.“Dengarlah, waktuku tidak banyak. Anggap saja ini latihan terakhirmu. Aku tak mau jika harus mati di tangan Pangeran Bagar. Aku lebih baik mati di tangan anakku sendiri, sebagai penerus takhta,” jawab Primadigda.“Yang Mulia, pikirkanlah baik-baik. Pasti ada caranya!” kata Aprilia, “aku pun tak akan mampu melakukannya.”“Yang Mulia, pasti ada cara lain,” kata Asri. Dia juga bingung harus bagaimana sekarang. Dialah sebenarnya kunci dari semua persoalan ini. Namun, dia tahu kalau saat ini ia tak boleh menyalahkan dirinya.“Tidak ada cara lain. Bagar sudah mengetahui akan hal ini. Dia pasti sudah memikirkan semuanya. Dia ahli strategi terbaik yang aku punyai. Tujuan
Primadigda memulai menerjang ke arah Asri. Aryanaga mencoba menghalangi, tubuhnya menghadang Raja Primadigda, sayangnya Primadigda memutar tubuhnya sehingga bisa mengecoh Aryanaga begitu saja. Namun, Aprilia dengan cepat menendang tubuh Primadigda sehingga sang Raja terempas ke belakang. Aryanaga tak tega melihat ayahnya diperlakukan seperti itu.Aprilia tiba-tiba melayangkan tamparannya dengan keras ke pipi Aryanaga. “BANGUN! Apa yang kau lakukan?”Aryanaga terkejut.“Kau mau Asri tewas? Bertarunglah dengan sungguh-sungguh! Aku tahu dia ayahmu, tapi saat ini kau tak punya pilihan. Kalahkan beliau, lalu kita sama-sama menghajar Bagar,” ucap Aprilia menyemangati Aryanaga, “kau tak perlu khawatir, ayahmu yang menginginkan ini. Nyawanya tidak akan sia-sia. Ia bangga melatih anaknya untuk terakhir kali. Ia juga
“Ayah mengamuk!” seru Aryanaga.“Aku bisa melihatnya. Yang Mulia Primadigda akan berubah ke wujud naganya, kesempatan kita cuma satu. Kamu bisa?” tanya Aprilia.Aryanaga menggeleng. “Aku tak bisa.”“Pangeran!” Aprilia memegang bahu Aryanaga. “Semuanya akan baik-baik saja, kau tidak bersalah atas hal ini. Ini yang diinginkan ayahmu.”“Tapi...”Aryanaga menatap mata Aprilia. Untuk beberapa detik mereka saling berpandangan satu sama lain. Aryanaga mencari sudut mata Aprilia, di sudut mata Aprilia ada rasa percaya kepadanya. Aprilia tahu, ini ujian terberat Aryanaga untuk saat ini. Kalau mereka kalah sekarang, semuanya akan sia-sia belaka.“Bantu ak
“Pangeran Bagar, kenapa kau lakukan ini? Bukannya kau hanya menginginkan Aryanaga? Kenapa kau lukai Asri?” tanya Aprilia. Air matanya tak mampu lagi dibendung. Ia memeluk tubuh Asri yang terbujur kaku.Tangan Asri meremas lengan Aprilia. Suaranya terbata-bata lirih terdengar di telinga Aprilia yang sangat peka. Pangeran Bagar merasa tak bersalah. Dia telah menuntaskan rencananya agar Aryanaga kehilangan sesuatu yang ia cintai. Pangeran Bagar menganggap Asri adalah orang yang dicintai oleh Pangeran Aryanaga, maka dari itu misinya hanya satu yaitu membunuh Asri, tetapi tanpa mengotori tangannya. Sayang sekali rencananya meleset.“Omong kosong semua ini. Kenapa kalian mengacaukan semua rencanaku?” gerutu Pangeran Bagar, “aku adalah ahli strategi terbaik. Kalau begini caranya, ayahku tak akan mengakuiku.”