Sela menarik nafas dan menghembuskan perlahan. Begitu yang dilakukan berkali-kali saat sebelum membuka ucapan.“Assalamualaikumwarohmatullawabarokatuh ….” Suara Sela sudah bergetar. “Saya akan melaporkan keadaan keungan sekolah. Untuk diketahui teman-teman bahwa BOS keluar dalam tiga tahap setiap tahunnya. Tahap pertama, sekolah kita mendapatkan enam puluh juta sekian. Tahap kedua delapan puluh juta dan tahap ketiga enam puluh juta.”“Wah, banyak ternyata uang BOS. Selama ini kami tidak pernah tahu,” kata Nanang.Suara bisik-bisik mulai terdengar di telinga Sela. Semua guru merasa kaget dengan pendapatan yang diterima oleh sekolah mereka yang memiliki jumlah siswa cukup banyak. “Pantes jalan-jalannya tiap minggu,”“Uang sebanyak itu, penghapus saja tidak punya.”“Ya Allah, gila ternyata sekolah ini uangnya banyak.”Bisik-bisik itu terdengar juga oleh Sela. Membuat lelaki yang aslinya memiliki sifat penakut itu semakin ketakutan.“Untuk penggunaan secara rincinya silakan dilihat pada
Part 52Setengah jam berlalu, suasana masih berisik karena menghitung laporan keuangan Sela. Sementara yang menjadi terdakwa hari itu berkirim pesan terus pada ambar melaporkan situasi terkini. Darinyalah Ambar tahu kalau Darma tidak menyetujui pengunduran diri Sela.“Sudah, Pak,” ujar Nanang yang hari itu menjadi komandan.“Baik, rapat kita lanjutkan,” kata Tri.Sela: Aku akan diminta mengembalikan selisih dari uang yang mereka hitung.Ambar: Jangan mau! Enak saja! Kalau memang mereka minta itu, maka Mas minta bayaran bendahara satu juta lima ratus sebulan sebagai kompensasi lelah selama dua tahun. Tinggal kalikan saja dua puluh empat bulan.Sela: Aku tidak berani.Ambar: Harus berani! Jangan mau diinjak-injak harga dirinya.“Bagaimana hasilnya, Pak Nanang?” tanya Tri.“Berdasarkan penelitian kami semua, ini yang kami teliti adalah barang-barang yang kami tahu ya, Pak. Yang tidak kami tahu ya, kami tidak bisa meneliti seperti belanja modal,” jawab Nanang. “Kami menemukan kejanggalan
Sela melihat status yang ditulis Diah. Badannya sudah demam.“Kalau belanja modal ada pajaknya dan saya ambil dari sana, Pak,” kata Sela dengan suara bergetar.“Belanja modalnya apa saja coba, kami ingin tahu. Karena selama ini Pak Sela dan teman-temannya yang beli keperluan sekolah,” cecar Nanang.“Saya tidak mau merepotkan, Pak,” kata Sela.“Tidak mau merepotkan atau tidak mau jika kami ikut makan sedikit uangnya? Jangan berbelit! Keadaan keuangan sekolah sudah dikuasai njenengan semua. Sampai memasang instalasi listrik, air bersih, ganti kran itu njenengan sendiri yang melakukan.”Suara Nanang meninggi.“Jangan emosi, Pak Nanang! Tahan!” kata Darma menengahi.“O, tidak bisa! Saya sudah kesal, Pak. Pernah saya sudah melatih anak maju POPDA dan sudah siap berangkat, pagi itu dengan entengnya bilang kalau Pak Tri tidak menyuruh. Benar-benar merasa dikerjain saya. Lagi, saat ada anak kelas satu yang ibunya meninggal dunia, Mbak Asih meminta uang buat takziah, saling lempar. Antara Pak T
Part 53“Indah, Indah ….” Suara Sela bergetar hebat dari balik selimut. Ia langsung pulang begitu Ambar marah-marah menyalahkan dia yang tidak mempertahankan posisi sebagai bendahara.Indah yang sedang menonton televisi mengecilkan volume. “Ya, ada apa? Aku sedang nonton infotainment,” katanya tidak beranjak.“Tolong ambilkan aku air hangat,” katanya lagi.Indah beranjak dan membawakan segelas air teh manis hangat. Meletakkan di atas nakas samping ranjang.“Indah, boleh aku minta tolong?” tanya Sela menyembulkan wajah dari balik selimut. Terlihat matanya merah dan wajah yang lelah.“Apa?”“Tolong ke rumah sakit sebentar, uruskan Bapak yang mau operasi,” katanya lirih.Indah menatap Sela lama dan tidak menjawab. “Kamu sudah membutuhkan aku sekarang, Mas?” tanyanya. “Kemana saja selama ini? Apa selingkuhan kamu tidak mau ikut menguruskan?”Sela diam, bingung hendak menjawab apa.“Jangan dikira aku tidak tahu dengan apa yang kamu lakukan di luar sana ya, Mas. Aku sangat paham dengan apa
“Baiklah, Mas. Aku memaafkan kamu. Aku berharap, kamu tidak lagi berhubungan dengan wanita itu apapun alasannya. Bertaubatlah dan minta maaf sama Tuhan. Aku telah bersabar dengan tidak melabrak atau menemui wanita itu. Aku harap, kamu akan meninggalkan dia. Karena di saat butuh pun, kamu masih meminta sesuatu padaku meskipun hakku sebagai istri tidak pernah kamu beri.”Sela mengangguk pelan. Tidak mungkin ia memenuhi permintaan Indah untuk meninggalkan Ambar. Ia sudah menikahi Ambar dan tidak mungkin meninggalkan wanita itu apapun alasannya. Akan tetapi ia butuh Indah untuk beberapa hal lain yang Ambar tidak bisa melakukannya. Di sanalah Sela merasa sangat dilema.“Indah, bantulah aku membayar biaya operasi Bapak yang sudah kamu tandatangani. Aku janji akan mengembalikannya saat sudah punya uang.”“Kamu uang dari mana, Mas? Sedangkan uang sertifkasi kamu saja sudaah kamu hutangkan sama bank. Mau ambil uang sekolah?” tuduh Indah.“Aku sudah tidak jadi bendahara lagi,” kata Sela.Indah
Part 54“Indah, tunggu!” seru Sela.Langkah Indah yang hendak pergi menjemput anaknya terhenti saat sela mengeluarkan nada tinggi. “Kenapa lagi?” tanyanya sambil berbalik.“Maksud kamu apa dengan memberikan sebuah pilihan yang sulit sama aku?” Sela balik bertanya.“Tidak ada maksud apapun, Mas. Aku hanya ingin memastikan jika kamu tidak pergi meninggalkan aku dan anak-anak. Apa itu salah? Di pasal pertama berbunyi kalau kamu menggugat cerai aku. Bukan begitu bunyinya, Mas? Itu karena aku tidak mau berpisah dengan kamu. Bukankah aku wanita yang cukup bodoh? Harusnya kamu senang dengan apa yang aku tulis disana, Mas. Kamu tidak perlu merayuku karena aku sendiri sudah memperlihatkan kebodohanku dengan memberimu uang. Coba pikir! Istri mana yang akan mau memberikan uang pada suaminya padahal suaminya sudah ketahuan selingkuh? Aku saja bukan? Dan istri mana yang bodoh dengan masih menerimanya di rumah ini bahkan parahnya lagi dia tidak mau ditinggal. Lalu, bagian mananya aku mempersulit k
Ambar gelisah seorang diri. berhari-hari ia tidak bisa berhubungan lancer dengan Sela sementara ia harus menyiapkan berbagai cara untuk menjegal Diah. Dan akhirnya pada malam itu, Ambar bisa menelpon Sela dengan leluasa.“Kamu sudah sembuh, Mas?” tanya Ambar lembut.“Sudah ….”“Kamu dimana sekarang?”“Di kamar.”“Istrimu tidak dengar kamu telpon, Mas?”“Tidak. Kami berada di kamar berbeda. Dia sudah tidur saat aku pulang dari rumah Ibu.”“Aku kangen,” kata Ambar.“Sama, aku juga kangen sama kamu.”“Kapan kita ketemu?”“Besok aku berangkat.”“Pengen nginep lagi bareng di hotel.”“Aku tidak punya uang.”“Pakai uangku gak papa. Aku sudah kangen sama kamu.”“Ya sudah, berarti besok kamu aku jemput ke kontrakan ya?”Indah yang sebenarnya belum tidur mengintip di balik pintu yang terbuka sedikit. Hatinya sangat sakit, telinganya panas. Namun, sekuat hati ditahan. Ia harus bias membiasakan diri dengan perselingkuhan Sela. Sudah biasa bahkan.Dengan santainya Indah membuka pintu dan masuk kam
Part 55Diah menutup ponsel karena tidak kuat lagi membaca pesan-pesan yang ditujukan untuk membullly nya.Mental siapapun akan terjatuh seketika bila berada di posisinya. Grup masih ramai dengan berbagai macam olokan yang ditujukan untuknya. Dilema, antara ingin tahu isi dari percakapan di sana ataukah menghindari demi sebuah kewarasan mental. Namun, Diah akhirnya memilih menghadapi kenyataan dengan melihat isi pesan di sana.Lita: Lha kalau Pak Sela keluar, terus yang akan menjadi ketua paguyuban siapa?Ambar: Ya jangan boleh keluar to ….Lita: Iya lah, Pak, jangan keluar.Sela: Nanti ada yang menggantikan.Ibra: yang menggantikan ya pengganti bendaharanya dong. Pasti luar biasa hebatnya ini bendahara yang baru. Sudah sangat berpengalaman dan berkompetensi. Cocok sekali dijadikan ketua. Calon kepala sekolah.Diah hanya sesekali bertemu Ibra saat orang itu ada keperluan dengan Sela datang ke sekolah. Hari ini, lelaki yang hanya dikenalnya beberapa kali saja itu seolah ingin menjatuhk