Gairah yang menggelora bagi dua insan Arlan dan Shinta semakin tidak bisa diterima oleh akal sehat dan logika.Bagaimana mungkin, kini kedua-nya larut dalam hausnya hasrat yang semakin menggelora. Perlahan tangan Arlan mendekap tubuh ramping Shinta yang sangat ia rindukan selama berbulan-bulan dalam kesendiriannya.Telah lama Arlan merindukan hangatnya tubuh seorang wanita, kini ia tak kuasa menahan rasa rindu yang akan didapatkannya melalui Shinta ...Salah, gairah terlarang, bahkan haram bagi dua insan anak menantu itu untuk saling berbagi kasih hingga berakhir diatas ranjang peraduan apartemen pribadinya."Kamu sangat cantik Shinta ... aku sangat merindukan mu, selama ini aku menahan hasrat ku, namun kali ini aku tidak kuasa membendung lagi gairah ku. Kamu milik ku, Shinta." Arlan mellumat lebih dalam bibir Shinta, menautkan lidah, saling bertukar saliva. Tangan kekar sang pria perlahan melepas satu persatu penghalang diantara mereka berdua, meninggalkan bebe
Tepat pukul 16.00 waktu Jakarta, Shinta sudah berada di mansion mewah itu, tentu bersama Arlan. Walau merasa tidak nyaman untuk bergerak saat ini. Karena inti Shinta masih terasa sangat perih, disebabkan perlakuan nakal Arlan, yang seolah-olah melepaskan semua hasrat terpendam selama dua tahun lebih berpuasa."Istirahat yah, sayang. Ingat, jangan sampai Leon melihat bekas merah di dada mu. Karena tadi aku tidak kuat untuk menahannya," kecupnya lembut pada kening Shinta. "Iya Pi," angguk Shinta patuh dengan wajah merona malu.Tak lupa Arlan mengecup kembali bibir Shinta dengan sangat lembut, saat akan keluar dari mobil, dan mengizinkan menantunya itu turun lebih dulu.Arlan tersenyum sumringah, wajahnya berseri-seri, bahkan sangat bahagia setelah mendapatkan apa yang ia butuhkan selama ini. "Ternyata kamu sangat menyenangkan sayang ..."Bergegas Arlan memarkirkan mobilnya, turun perlahan, dari mobil sport miliknya, dia turun membawa beber
Malam semakin larut, Shinta tengah mengganti pakaiannya sambil menatap cermin, melihat beberapa tanda merah yang sangat berkesan baginya, "Hmm sebentar lagi kita akan bersama Pi. Shinta yakin kita akan selalu bersama ..."Akan tetapi, siapa sangka Leon membuka matanya perlahan, melihat tanda merah yang begitu banyak didada Shinta melalui pantulan cermin, "Ogh Tuhan, apa yang dilakukan Shinta dibelakang aku? Apakah dia memiliki kekasih diluar sana ...?".Benar saja, setiap ada kesempatan Arlan tak kuasa untuk tidak terpancing pada sang menantu. Dia sangat memahami bagaimana wanita jika sudah merasakan kenikmatan surga dunia.Entahlah, Arlan benar-benar terpesona dalam bayang-bayang Shinta selama menjadi istri putra kesayangannya, Leon.Kini Leon sudah lebih baik, walau tubuhnya masih terlihat kurus, namun dia sudah bisa berjalan sendiri tanpa bantuan Shinta, serta dapat mengemudikan mobil sport mewah miliknya, yang diberikan Arlan beberapa waktu lalu.Semakin
Sudah lebih dari satu bulan Arlan menghindari Shinta. Ia tidak ingin wanita yang menjadi menantunya itu benar-benar hamil. Benar saja, pagi ini pria mapan dan tampan itu harus menerima kenyataan atas perbuatan gilanya bersama sang menantu.Terdengar suara ketukan pintu dari arah luar kamar pribadinya dimansion mewah tersebut. Dengan tegas Arlan hanya bisa meminta seseorang yang mengetuk dari luar itu masuk, karena pintu kamar tidak di kunci. "Ya masuk!"Seperti biasa, Shinta langsung melongokkan kepalanya, mencari dimana keberadaan pria yang sangat ia rindukan beberapa waktu ini.Shinta bertanya dengan wajah serba salah, "Papi, bisakah Shinta masuk?"Arlan menoleh sedikit, namun tidak begitu banyak bicara. Ia tengah sibuk menyusun beberapa pakaiannya untuk melakukan perjalanan dinas bersama Seno serta dua wanita yang menjadi secretarisnya. "Hmm, masuklah! Hari ini aku ada kegiatan, mungkin kembali minggu depan. Aku harap kamu terus menjaga Leon untukku, karena aku pe
Di ruangan yang berbeda, Arlan justru tengah meluapkan rasa amarahnya karena perasaan cemburu melihat kemesraan anak menantunya. Bagaimana tidak, kini Shinta tengah mengandung benih kegilaan mereka, tapi dengan mudahnya wanita itu berciuman bibir dengan Leon yang tampak semakin segar walau masih terlihat kurus."Apa maksud kamu, Shinta? Kenapa kamu tidak pernah menghargai perasaan ku? Aku mencintai kamu! Bahkan saat ini kamu tengah mengandung anak ku! Kamu sadar enggak?" hardiknya berapi-api, membuat Shinta bergidik ngeri.Shinta menjawab pelan ucapan Arlan, agar tidak memperkeruh suasana hati mereka sebelum berangkat menuju Roma, "Pi, Shinta akan berusaha tidak bermesraan dengan Leon diluar rumah, tapi kalau dikamar bagaimana Shinta mau menolak? Leon suami Shinta, dan kami hanya berciuman. Kalau Shinta menolak semua perlakuan Leon, justru itu akan berdampak buruk pada kesehatan suami Shinta."Arlan menyela ucapan Shinta, "Alah, bilang saja kalau kamu juga menginginkan L
Sudah lebih dari dua jam Leon menunggu Shinta juga Arlan diruang keluarga, namun tidak ada tanda-tanda yang berarti bagi mereka untuk keluar dari ruangan laknat itu.Perlahan Leon berjalan pelan masuk kedalam kamar, sambil menikmati siaran telivisi yang selalu menemani kesepian harinya jika Shinta tidak ada.Selama ini Leon berpikir bahwa Shinta meninggalkannya jika cuci darah tengah berlangsung dengan pekerjaan, "Ternyata selama ini kamu menghabiskan waktu bersama Papi. Ternyata aku masih sangat polos untuk mengikuti permainan orang dewasa ...," senyumnya walau hati menangis karena pengkhianatan yang dilakukan oleh Arlan sebagai orang yang sangat dikaguminya selama ini.Sementara di ruang kerja Arlan, Shinta masih mendessah hebat, setelah pertempuran gila yang mereka lakukan selama berjam-jam, setelah pria dewasa itu memberitahu bahwa mereka akan menyusul besok pagi.Tentu saja, Shinta tersenyum sumringah menikmati keindahan surga dunia bersama pria yang ternya
Di apartemen mewah milik Arlan tengah terbaring Leon diranjang kamar utama dengan menggunakan alat bantu pernafasan yang diberikan dokter rumah sakit atas perintah Seno.Leon tidak banyak bicara, bibirnya hanya mengeluarkan suara yang tidak dapat dimengerti oleh Seno.Seno hanya bisa berkata, "Sabarlah Nak! Sebentar lagi Papi dan istri mu akan segera tiba," jelasnya dengan nada suara sangat lembut.Seno menautkan kedua alisnya, ia tidak menyangka bahwa Arlan membiarkan Leon mengemudikan kendaraan sendiri, tanpa memperdulikan keselamatan putra biologisnya."Ada apa dengan Arlan? Bukankah dia sangat peduli pada kesehatan Leon? Kenapa kali ini sama sekali Arlan tidak peduli dengan kondisi Leon ...!" geramnya mengepal kuat tangan sendiri.Tak selang berapa lama, setelah Dokter Iman, meyakinkan bahwa Leon hanya kelelahan, terdengar suara ketukan pintu kamar, yang Seno ketahui itu merupakan Arlan.Benar saja, saat pintu kamar dibuka oleh Dokter, Arlan langsung
Arlan masih meringis menahan sakit akibat pukulan Seno yang sangat menyesakkan dada. Kali ini ia sendiri tidak tahu harus berbuat apa. Baginya kesehatan Leon paling utama, tanpa memikirkan Shinta.Arlan berusaha berdiri, berjalan tertatih menuju sofa tanpa bantuan Seno, hanya bisa bertanya, "Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana jika anak itu lahir?" geramnya.Seno menyunggingkan senyuman tipisnya, "Gampang ... kau menikah dengan Raline dan jika anak haram itu lahir ke dunia, kau bisa mengambil alih pengasuhan mereka. Menikah hanya untuk status!"Arlan menautkan kedua alisnya, menatap nanar kearah Seno, "Ide gila! Tidak mungkin aku menikahi Raline!" geramnya semakin berang."Oke, bagaimana Mila atau Mia! Tinggal pilih. Ingat Arlan, Leon membutuhkan Shinta! Wanita itu menantu mu! Jangan kau rebut dia dari Leon, karena semua akan mengutuk keras perbuatan mu! Kau menikah dengan salah satu secretaris pribadi kita dan kau katakan pada mereka, bahwa anak itu kau dapat