Nick tidak menjawab. Tiba-tiba mobil berbelok masuk ke Basemen, lalu perlahan berhenti. Nick turun, membuka pintu Kania, dan menunggu Kania yang masih belum bergerak. "Pilih salah satu, jalan atau gendong..satu, dua_""Jalan sendiri!" Kania memotong kalimat Nick dengan kesal.Begitu sudah berdiri tegak, Kania membanting kakinya. "Aku tidak suka diancam ancam, Nick." Nick meraih dan menggenggam jemari Kania mengabaikan protesnya. Mereka masuk private lift. Begitu pintu tertutup kembali Nick merengkuh Kania, mencium wajah, leher, lalu kembali ke bibir, mereka berciuman hingga pintu terbuka di lantai penthouse Nick.Nick tidak membiarkan Kania melepas bibirnya. Mereka tetap saling memagut hingga kaki Kania menabrak ranjang.Kembali Nick mengangkat Kania lalu merebahkannya dengan lembut.Nick melepaskan kerinduannya dengan segenap rasa di dada hingga rintihan Kania membuatnya sadar. Nick berguling, turun dari tempat tidur lalu menghilang di balik pintu kamar mandi. Begitu kemba
"Maksudmu?"Nick berpikir mungkin Kania berencana adopsi anak. "Yah maksudku...kita tidak tahu apa yang hidup persembahkan kepada kita satu detik ke depan, jadi mari kita jalani seperti air mengalir." "Aku tanya apa maksud kalimatmu yang terdahulu?" "Sebelum aku menjawab, katakan padaku kenapa kamu tidak bisa memiliki anak Nick?" Tanya Kania. Nick memandang Kania lalu menjawab dengan perlahan. "Yah terjadi begitu saja." "Yah, pasti ada sebabnya kan?" Nick yakin bahwa Kania tidak tahu kalau kecelakaan yang dialaminya saat berusaha menyelamatkan Kania lah yang membuatnya tidak lagi bisa memiliki anak, saat dia sadar dokter mengatakan benturan hebat melumpuhkan kemampuan reproduksinya, dia masih tetap bisa bercinta akan tetapi tidak akan bisa menghasilkan keturunan."Tidak usah kita bahas, Nia. I am ok." Nampak Kania mengerutkan dahinya. Kania mencerna kalimat Nick, jawaban umum harusnya 'sudah lama berlalu' atau 'aku juga tidak tahu awalnya' tapi bukan seperti jawaban Nick yan
Nick menghujani wajah Kania dengan ciuman di pipi, telinga, mulut, turun ke dagu hingga ke leher. Semuanya dilakukan sambil mengucapkan kata-kata yang terdengar serak dan putus-putus.Nick tidak mengurangi hunjamannya, dia terus melaju seakan-akan ingin mengejar waktu yang terbuang sekian lamanya. "Apa yang kau inginkan, Nia? Ka-ta-kan." Kalimat Nick terpatah-patah.Nia menjawab dengan menghisap leher Nick, Nia memandang bahu dan wajah Nick yang menegang ketika Nick bergerak, dan terus bergerak di dalam dirinya. Lalu Nia mendaratkan bibirnya di telinga Nick dan berkata, "Aku ingin kau bergerak lebih kuat, lebih cepat, lebih dekat, ayolah." Nick pun bergerak dengan cepat dan makin kuat, mengabulkan keinginan Kania."Apa yang kau rasakan?" Tanya Nick parau. "Keras...dan... basah." Jawab Kania dengan wajah merona. Shittt..'Begitu memukau, wanita jelita dengan pribadi menakjubkan, bagaimana mungkin kemaren aku bisa memutuskan untuk melepaskannya?'Tatapan Nick makin panas, udara d
Satu jam kemudian. Ketika sedang berganti pakaian, Kania diserang oleh kepanikan, kecemasan tingkat tinggi. Kekhawatirannya muncul karena dia tahu dia belum mengakui dosanya terhadap Nick tentang keberadaan Nicho, lalu sekarang mereka malah telah kembali bercinta, dan yang paling mengerikan dan menyita pikirannya, mereka bercinta tanpa pelindung, bagaimana kalau dia hamil? Belum habis masalah satu sudahmuncul masalah yang lain.Kini giliran Nick yang sedang mandi, sambil menunggu Nick selesai mandi, Kania menelepon sahabatnya, Bella. "Bel," "Hai Sayangku." "Kamu lagi dimana?" "Mager, jadi rebahan dari tadi." "Bel..." "Ya? Ada apa Sistha?" "Aku punya masalah, Bel " "Ceritakan." " Aku...kami...kamu tahu." Kania tidak sempat menyelesaikan kalimatnya karena dia sendiri sedang memutar otak untuk mengumpulkan konsentrasinya. "Nia, aku kamu kita mereka itu semua kata ganti, pertanyaannya kata ganti untuk siapa? Kalau bingung ya langsung aja sebut nama ... contoh: Nia, kenapa geli
"Aku dan Dia?" "Yah..bagai langit dan bumi." "Dia siapa?" Nick merasa tidak nyaman membicarakan 'dia' yang Kania maksud, dia ingin memastikan orangnya jika 'dia' itu akan menjadi lawannya. "Tora...sangat memaksakan kehendak, tidak tahu kapan harus mundur, memaksakan kehendak sampai tidak masuk akal." 'alamak kalau Tora ya pasti lewatlah, masak aku disamakan sama anak kemaren sore itu.' "Salahnya tidak sepenuhnya berada di pihak pria." "Maksudmu?" "Emang ada orang yang tidak jatuh cinta padamu, Nia? Sepertinya nggak ada." Kania hanya tersenyum samar."Rayuan gombal." 'astaga, gadisku tidak tahu kekuatan daya pukau yang dimilikinya!' "Buat apa aku meluncurkan rayuan gombal, kau milikku, kita sudah saling memeteraikan diri kita, hanya tinggal pengesahan maka kau adalah istriku." "Itu masih AKAN, belum terealisasi.""Oke, kalau tergantung aku sudah jauh-jauh hari itu bukan lagi 'akan' tapi sudah terjadi! Sebenarnya masih belum terlambat, selagi pesawatku memang lagi parkir di s
Hari ini Nick yang mampir ke kantor bekerja dengan setengah hati. Sepanjang sejarah tidak pernah ada yang bisa mengalihkan perhatian dan konsentrasinya dari bisnis. Akan tetapi itu dulu, sebelum Kania hadir dalam hidupnya. Sepanjang pagi, hingga siang Nick gelisah karena akan menemani kania ke pengadilan pukul 11.00 wib. Belum pukul 10.00 wib Nick telah meninggalkan kantornya menuju ke kantor CV SayOnTrack. Alasan pertama, utama dan satu-satunya adalah adalah karena Nick rindu melihat wajah kekasihnya. Begitu sampai di kantor, Nick hanya memberi tanda pada sekretaris Kania untuk tidak repot-repot memberi tahu Kania, Nick masuk dan langsung mengunci pintu di belakangnya. Kania yang sedang menelepon terkejut dan bertanya dengan sorot matanya sambil masih tetap melanjutkan percakapannya. Nick maju terus hingga berada di sisi Kania. Nick bersandar di meja sambil menghadap Kania. Selagi Kania menelepon, Nick membelai rambut indah yang dia tahu begitu lembut dan harum. Ingatan p
Kania duduk dengan tenang. Dia berusaha sesedikit mungkin menarik perhatian banyak orang, jadi Kania tidak melirik Nick yang dia tahu mengawal ketat disampingnya. Akan tetapi usaha yang Kania lakukan sia-sia saat dia merasakan Nick berdiri di belakangnya dengan kedua tangan di atas bahunya. Jemari Nick meremas lembut bahu Kania. Kania yakin, saat ini pasti sebagian orang memandang mereka. Pikiran Kania masih mengembara ketika dia merasakan kecupan lembut di rambut ya. OMG...Fix!! Bukan hanya sebagian tapi semua mata pasti tertuju pada mereka. Kania ngeri membayangkan tag line yang akan segera bermunculan di medsos. Kania menegakkan kepalanya lalu memandang ke samping, dia melihat mata Sonya seakan mau keluar dari rongga matanya. Kalau manusia bisa membunuh hanya dengan tatapan jarak jauh pasti saat ini dia telah terkapar. Lamunan Kania buyar saat Nick duduk di sampingnya. Kania baru sadar kalau kursi disampingnya kosong! Lalu...kenapa tadi Nick berdiri di belakangnya??Pa
Bram menerangkan dengan wajah yang bersedih seakan menceritakan kematian calon ayah mertua masih membawa kesedihan yang dalam di hatinya.Kania merasa muak melihat drama dengan pemeran utama Bramantyo, ibu tiri dan adik tiri Kania. Memang mereka bertiga sangat hebat dalam berpura-pura.Kembali sidang digelar, sekarang yang terjadi masih sama dengan sidang sebelum-sebelumnya, mereka semua masih terlihat jelas-jelas tidak bersikap netral. Nick yang sedari tadi hanya melihat saja menjadi geram, Nick segera mengangkat ponselnya lalu menghubungi seseorang di seberang sana. "Beri mereka pelajaran sampai mereka sadar bahwa di dunia ini ada banyak hal yang harus dipertimbangkan!" Perintah Nick dengan gusar. Tak lama ada seorang petugas yang masuk dan membawa secarik kertas yang disodorkan ke hadapan sang hakim. Perlahan raut wajah sang hakim berubah lalu dia mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Begitu melihat wajah Nick Sebastian, raut wajah sang hakim langsung memucat. "Sidang a