Pierce tidak tahu bahwa Nick sedang terpekur membaca pesan yang baru saja masuk dari Kania. {Aku tidak tahu apa yang Bella katakan, abaikan. Goodbye.}Nick berusaha menahan rasa sakit yang tiba-tiba menyerang dadanya, hatinya. Kania mengirim pesan tanpa salam dan tanpa menyebut namanya sama sekali lalu diakhiri dengan 'goodbye'. Nick tahu pasti Kania kecewa, tersinggung, marah bahkan mungkin kini mulai membencinya, itu yang diinginkannya bukan? Itu yang direncanakannya dari awal dia pergi dari rumah sakit tanpa pesan? Tapi kenapa rasanya SAKIT SEKALI?!Ingin Nick berteriak sekencang-kencangnya untuk melepaskan rasa sakit di hatinya. Dia terlanjur memilih jalan ini, tapi ternyata dia tidak pernah mengira begitu berat menanggung rasa sakit ini...Bagaimana dia akan menjalani hari-hari nya ke depan, membayangkan kesepian yang panjang tanpa ada Kania di dalamnya saja sudah membuatnya hancurrr. "Nick?" Suara kakaknya terdengar di seberang. "Sorry PS, bye." Nick menutup teleponnya l
Tengah hari saat sedang berada di tengah-tengah pertemuan memasuki saat genting pengambilan keputusan dan penandatanganan Perjanjian Kerjasama, pesan abangnya masuk. (PT Nikelindo dahulu milik ayah Kania, tiba-tiba jadi milik Bramantyo dan Emmy, ibu tiri Kania yang sekarang jadi Ibu mertua Bram, kini Kania menuntut balik haknya){Kasusnya sampai mana?}(Minggu depan sidang kedua){Sidang pertama?}(Tertutup){Cari salinanya}(Sudah, mempertaruhkan leherku, jadi jaga baik-baik){Thank you, kirim segera}Nick memberi tanda agar wakilnya mengambil alih perundingan. Kini Nick sedang mengamati jalannya sidang pertama. Nick menguatkan diri untuk melihat wanita pujaannya, ternyata setelah sekian lama menahan rindu tak jua berkurang rasa cintanya. Melihat Kania memasuki ruang sidang darah Nick berdesir kencang. Kania lebih kurus, dan wajahnya yang lembut lebih tirus, ada kesedihan yang dalam menghiasi wajah tanpa senyum itu, wajah le
Nick tidak mendengar suara Kania, hanya helaan nafas lalu sambungan terputus. Nick terpekur menatap lantai. Lalu denting perlahan menandakan ada pesan masuk. Kania!(Jangan hubungi aku lagi)Nick memandang pesan Kania, kenapa Kania tidak memakinya langsung? Kenapa Kania tidak mendampratnya habis habisan di telepon? Kenapa harus menegurnya lewat pesan? Hanya ada satu jawaban dari dua kemungkinan.Kania sangat membencinya atau ...Kania menangis. Nick kembali menekan nomor Kania. "Nia, kau baik baik saja?" Kembali sambungan terputus. Pola berulang.Lalu pesan Kania masuk. (Aku serius Nick! Jangan hubungi aku lagi)'Akhirnya dia menyebut namaku!' Batin Nick. Kembali Nick menelepon. "Bram, mengancammu? Melukaimu? Menyakitimu?"Nick menunggu telepon terputus, ternyata perkiraannya meleset. "Aku serius! Jangan pernah meneleponku , aku mampu menjaga diri, dulu pun kami sendiri!" "Nia.." "Aku berterima kasih kau menyelamatkanku, suatu hari aku akan membayarnya, sampai saat itu ti
"Kalau kami bersama mungkin awalnya dia akan bahagia, tapi bagaimana jika dia mulai merindukan rumah yang ramai dengan celoteh anak-anak?" "Biarkan Kania sendiri yang memutuskan!""Dia sangat murah hati, pasti dia akan langsung mengasihani aku, bisa bayangkan pria yang hidup dalam belas kasihan? Pria itu bukan lagi pria! Aku tidak bisa hidup bersamanya hanya karena dia kasihan padaku, PS!""Cinta memang memiliki kekuatan yang luar biasa, orang pintar bisa jadi bodoh, orang bernalar sehat bisa jadi sakit! Coba pikir jika Kania tahu apa yang telah kau coba lakukan? Kau pikir dia akan berterima kasih padamu? Dia wanita dewasa, dia BERHAK ATAS HIDUPNYA, dia berhak memutuskan JALAN MANA yang dia PILIH, bukan orang lain!"Pierce menyelesaikan ceramahnya lalu menghela nafas panjang. "Aku tunggu, kabari jam berapa mendarat."Nick memikirkan apa yang abangnya katakan. Dia seolah-olah sedang berada di persimpangan, tidak ada yang bisa dia lakukan. **Kania tidak menyangka ternyata Bram m
"Tiba-tiba aku membayangkan..kenapa harus susah payah jika ayah Nicho adalah seorang Miliarder, tinggal mengaku..ceritakan masa lalu, lalu berdamai, pasti mereka semua mundur begitu tahu siapa yang ada di belakangmu." "Kayaknya salah kalau kita ngobrol saat ini, udah waktunya tidur sepertinya, jadinya ngelanturrrr." "Sorry ya kalau jam segini gue tidur, lagian mana bagian ngelanturnya, emang bener kok apa yang gue bilang." "Saran terselubung." "Mau terselubung kek, terbungkus, tertutup, terserah..yang penting tulus aku tuh nyaranin agar temen aku tercinta kembali ke jalan yang benar."Kali ini Kania terdiam. "Sudah terlanjur jauh, Bel." "Better late than never, Nia. Ayolah." "Oke akan aku pikirkan. Doain sidangku berikutnya ya." "Sidang berikutnya kapan Nia?" "Minggu depan." "Hari?"Terdengar suara Bella seperti mencicit. "Nggak apa apa Bel, kalau ada urusan lain, doain aja dari jauh." "Hari apa Nia?" "Rabu, Bell." Terdengar Bella mengumpat-umpat. "Bell, nggak apa apa,
Kania sedang berada di kantor ketika pintu kantor terbanting dengan keras. "Hai jalang, keluar kamu!" Bentakan keras suara seorang wanita membuat seisi kantor kaget. Ibu tirinya! Kania berusaha menenangkan emosinya. Berani sekali ibu tirinya datang melabraknya ke kantor. Kania keluar dan berdiri tenang menghadapi wanita setengah abad yang sedang kalap. Penampilan ibu tirinya beda dari biasa, mungkin karena dia begitu cemas dan takut kehilangan harta yang selama ini dibangga-banggakannya.Harta yang didapatkannya dari ayah Kania, yang Kania yakin di dapat dengan cara kotor bukan cara normal."Hei Kania, kurang ajar sekali kamu ya, kamu pikir kamu siapa? Berani sekali menggugat kami? Kamu akan menangis mengais-ngais tanah seperti binatang setelah semua ini berakhir." Bentak Emy, si ibu tiri keji nan tamak itu.Kembali pintu terbanting untuk kedua kali dan kini muncul dihadapannya Bram dan istrinya. "Kamu tuh ya nggak tobat-tobat, udah sendirian di dunia masih juga cari musuh,
Terlihat Bram ingin melawan ketika ibu tirinya menarik tangannya keluar dari kantor Kania. Sepeninggal mereka, perlahan Nick memutar tubuhnya, kini dia memandang Kania, memuaskan kerinduannya. "Nia.." Mata Kania berkaca-kaca. Nick bergerak maju akan tetapi langkahnya terhenti karena tangan Kania terangkat, melarangnya mendekat."Kania..." "Kau juga keluar, kembalilah ke tempatmu, aku tidak butuh bantuan mu." Bertolak belakang dengan ucapannya yang tajam, air mata Kania mengalir sangat deras. "Nia, aku tahu kamu marah...aku_""Aku jauh dari marah, pulanglah ke duniamu, Nick." Nick menggeleng, lalu kembali maju dan merengkuh Kania masuk dalam pelukannya. "Lepaskan aku, aku benciiii, kamu jahatt, lepaskan." Kania meronta dan menangis bersamaan. Nick tidak rela melepaskan Kania, hingga akhirnya Kania rebah dan menangis pilu di dadanya. Nick merasa hatinya tersayat-sayat melihat kesedihan Kania, betapa dalam dia melukai Kania sedalam kesedihannya. "Maafkan aku, maafkan aku Ni
Nick tidak menjawab. Tiba-tiba mobil berbelok masuk ke Basemen, lalu perlahan berhenti. Nick turun, membuka pintu Kania, dan menunggu Kania yang masih belum bergerak. "Pilih salah satu, jalan atau gendong..satu, dua_""Jalan sendiri!" Kania memotong kalimat Nick dengan kesal.Begitu sudah berdiri tegak, Kania membanting kakinya. "Aku tidak suka diancam ancam, Nick." Nick meraih dan menggenggam jemari Kania mengabaikan protesnya. Mereka masuk private lift. Begitu pintu tertutup kembali Nick merengkuh Kania, mencium wajah, leher, lalu kembali ke bibir, mereka berciuman hingga pintu terbuka di lantai penthouse Nick.Nick tidak membiarkan Kania melepas bibirnya. Mereka tetap saling memagut hingga kaki Kania menabrak ranjang.Kembali Nick mengangkat Kania lalu merebahkannya dengan lembut.Nick melepaskan kerinduannya dengan segenap rasa di dada hingga rintihan Kania membuatnya sadar. Nick berguling, turun dari tempat tidur lalu menghilang di balik pintu kamar mandi. Begitu kemba