“Kau percaya hal itu?” kekeh Presley dengan wajah memerah. “Mereka sepertinya siap mencakarku karena tahu kau memilihku.”Mata Ariston memicing. “Kau mabuk Presley. Sebaiknya kau tidur.”Wajah Presley menekuk seperti roti lapis. “Aku tidak mabuk,” bantahnya.“Yah, itu kalimat yang biasa dikatakan orang saat mereka mabuk. Dan kau belum makan.” Ketidaksetujuan tergambar di wajah masam Ariston. Dia berjalan dan menarik Presley, memaksanya duduk.“Makan.”“Kau pasti bercanda,” sungut Presley dengan bibir mengerucut. Tubuhnya hampir mencium lantai marmer yang keras seandainya Ariston tidak sigap menangkapnya.“Kau baru minum satu gelas dan tubuhmu sudah bereaksi seperti ini?” decak Ariston jengkel. Dia mengangkat Presley yang terus menerus berbicara dengan kedua lengannya.“Kenapa kau tidak mau melepaskanku Ariston?” bisik Presley. Tangannya sudah mendarat di leher laki-laki itu. “Kau mau membuatku menderita?” Presley cegukan dalam usaha melanjutkan kalimatnya.“Kau yang memutuskan mendata
Entah apa yang terjadi dengan kepala Ariston. Mungkinkah peluru menembus isi otaknya? Atau kepalanya terbentur sesuatu? Hanya itu penjelasan masuk akal atas sikapnya yang tiba-tiba berubah. Well, tidak persis berubah seperti tokoh Hulk atau super hero lainnya, hanya saja sedikit perubahan atas sikap dingin Ariston itu berarti sesuatu.Tidak ada kata-kata kasar dan juga tatapan dingin sejak dia bangun pagi ini. Bukankah itu berarti sesuatu? Apa kejadian di penthouse itu berhasil mengubah sudut pandang Ariston?Presley mengamati Ariston yang tengah sibuk dengan laptop yang ada di pangkuan pria itu. Matanya yang fokus, gerakannya yang luwes berhasil menyemburkan rasa iri pada diri Presley. Kenapa dia tidak pernah bisa tampil penuh percaya diri seperti itu?Yah, kalau kau punya uang dan kekuasaan kau bisa bersikap sesuka hatimu, bisik suara hati Presley yang baru bangun dari tidur panjangnya.“Apa kau akan terus mengamatiku seperti itu?”Presley mengerjap dan segera memperbaiki ekspresiny
Presley menelan salivanya dengan susah payah. Apa dia sudah mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya dia katakan? Inilah kenapa dia tidak bisa bersahabat dengan alkohol. Bukan hanya mulut tapi pikirannya juga tidak akan bisa diajak kerja sama. Sialnya dia bahkan tidak ingat apa yang terjadi semalam.Pagi ini dia terbangun dengan pakaian yang sama dengan yang dia kenakan semalam. Itu berarti dia jatuh tertidur setelah minum obat yang diberikan Ariston.“Kau panik.”Presley mengangkat dagunya tinggi-tinggi. “Aku tidak bertanggung jawab pada sesuatu yang tidak kuingat,” gumamnya keras kepala. Ariston mengangkat bahunya. “Itulah masalahnya. Seandainya kau ingat apa yang kau katakan, aku penasaran bagaimana reaksimu akan hal itu.”Presley sudah berusaha menekan rasa penasarannya, tapi mendengar ucapan Ariston, dia tidak bisa mengontrol mulutnya.“Apa aku mengatakan sesuatu yang bodoh? Kau tahu kalau orang mabuk sering kali—““Apa yang membuatmu berpikir kalau kau mengatakan sesuatu yang b
Ariston tahu sebaiknya dia diam atau kalau tidak dia mungkin akan meledak yang akan berakhir membuat Presley ketakutan. Hanya saja sulit menahan diri jika itu berhubungan dengan Presley. Wanita itu selalu bisa mengejutkannya dengan hal-hal tak terduga.“Suatu saat, saat kau mungkin sudah siap menerima kebenaran Presley, aku ingin mendengar permintaan maafmu,” putusnya akhirnya karena tidak ingin memperpanjang perdebatan. Kejadian semalam masih menyisakan kegelisahan dalam dirinya. Sebelum dia menemukan pelakunya, dia tidak akan bisa tenang.Mereka berdua keluar bersamaan saat lift membuka dan membawa mereka ke lantai pertama hotel.“Mobil Anda sudah siap Tuan," ujar salah satu petugas hotel saat melihat kedatangan mereka berdua.Ariston mengangguk sambil lalu. Dia mengeluarkan ponsel dan langsung melakukan sederet panggilan.“Jane, kirimkan berkas yang kuinginkan lewat surel siang ini. Ya, aku menginginkan semuanya. Beritahu Jack aku tidak akan ke kantor selama beberapa hari. Dia yang
Kenapa tidak ada yang terjadi? Mungkinkah mobil yang mereka kendarai ini bisa terbang saking canggihnya? Atau mungkin saat kematian menjemput kau tidak lagi bisa merasakan rasa sakit?“Presley.”Ariston?Presley memicing, mengintip lewat bulu matanya. Tidak ada yang berubah, mobil-mobil masihberseliweran seperti biasanya. Presley akhirnya memberanikan diri membuka matanya lebar-lebar.“Apa yang terjadi?” tanyanya heran. Mobil itu menghilang? Begitu saja? ketika dia menoleh, Ariston sedang sibuk menelepon.“Lexus, aku ingin pemilik mobil ini ditemukan dan aku sedang bersama seseorang saat ini,” ujarnya memperingatkan.Presley yang bisa mendengarnya berusaha terlihat tak acuh, meski begitu dia memasang telingnya lebar-lebar.“Bisa sebutkan ciri-ciri mobilnya?”“Ferrari Portofino 3.9T V8, hitam, kecepatan maksimum 320km/jam, produksi tahun 2019, convertible, ada lagi yang kau butuhkan? Atau kau butuh perusahaan yang memproduksinya? Sekaligus pengemudinya mungkin?” geram Ariston, jelas t
“Kau pasti bercanda!”“Apa kau pikir hidupku dipenuhi dengan lelucon, Presley?”“Tapi ini tidak masuk akal!” pekik Presley histeris menatap gaun putih yang disodorkan padanya dengan mata melebar panik. Meski gaun itu indah dan dia menyukainya, tetap saja dia tidak akan mengenakannya untuk alasan yang sudah jelas.“Aku tidak mau menikah,” sambungnya. Bahkan jika dia harus menikah Ariston tidak pernah masuk dalam daftarnya. Apa yang dipikirkan laki-laki ini?“Siapa yang mengatakan kalau kau mau menikah?” giliran Ariston yang terlihat ngeri mendengar kalimat Presley.“Lalu gaun itu ….”” Itu jelas gaun pernikahan. Panjang, putih dan indah.“Kita akan tunangan malam ini.”Satu kalimat sederhana tapi berhasil membuat Presley menganga sebelum tawanya meledak. Dia tidak peduli jika tindakannya membuatnya menjadi pusat perhatian, kalimat Ariston benar-benar berhasil menghiburnya.“Menurutmu itu lucu?”Presley yang masih dikuasai oleh tawanya hanya bisa mengangguk.“Aku tidak percaya kau berbak
Sesuatu yang serius baru saja terjadi, batin Presley yakin saat dia duduk di kursi belakang dengan Piers mengemudikan mobil. Ariston sudah menghilang entah ke mana dan tidak ada seorang pun yang berniat mengatakan padanya ke mana pria itu pergi.Ketika mobil yang membawanya terus berjalan Presley segera menyadari ada yang salah.“Kita mau ke mana, Piers? Ini bukan jalan menuju hotel,” gumamnya menatap punggung tegak Piers. Dia yakin Pria itu menyembunyikan senjata di balik setelan hitamnya.“Kita akan ke rumah baru, Mam.”“Rumah baru?”Piers mengangguk tanpa menoleh. “Tuan Ariston tidak akan bersama kita selama beberapa hari, Anda akan tinggal di rumah baru demi keselamatan Anda, Mam.”“Mungkin kau lupa kalau yang mereka incar Ariston, orang yang seharusnya kau lindungi?”Presley bisa melihat kalau ucapannya cukup menghibur, meski pria bertato itu tidak tersenyum. Mata biru itu hanya sedikit melembut.“Anda akan menjadi prioritas saya selama Tuan Ariston memerintahkan demikian, Mam.”
“Tidak ada sidik jari, tidak ada jejak. Dia melakukannya dengan sempurna. Kita harus menemukannya secepatnya, Ariston.”“Bagaimana kejadiannya?” Ariston menatap mayat yang terbujur kaku dengan luka bakar disekujur tubuh itu dengan dingin. Wajah itu tidak lagi dikenali karena sudah menghitam nyaris seperti arang, tapi Ariston bisa melihat jejak kengerian di wajah menghitam itu. Kekejaman tanpa belas kasih.“Dia menyiksanya sebelum memutuskan membakarnya hidup-hidup.”Hidup-hidup?“Dia semakin berbahaya, Ariston. Sejak melarikan diri dari rumah sakit dia semakin menggila. Aku takut, dia akan melakukan apa pun untuk membalasmu. Kau lihat pria ini?”Ariston tidak mengatakan apa pun. Tentu saja dia melihatnya, tapi dia tahu bukan itu maksud Lexus.“Dia membakarnya hidup-hdup setelah menyiksanya hanya karena pria ini mengatakan kalau kau baik.”“Baik?” dengus Ariston seolah kata itu racun berbahaya. Tentu saja dia bukan orang baik, dan dia tahu siapa pun yang mengatakan dia orang baik orang