Yui memandangi Rafael yang terlihat begitu tenang dalam tidurnya. Wajahnya tidak terlihat kesakitan atau pun cemas, hanya tidur dalam damai. Kedua tangannya menelangkup di atas dada dengan sebuah boneka kayu berukir pola-pola rune rumit. Matanya tak henti ingin lebih lama melihat pria yang telah mencuri hatinya.“Jadi, apa yang akan membuat makhluk itu keluar tanpa paksaan?” tanya Alan. Dia melihat ada yang janggal dari cara pandang Yui kepada Rafael.“Namanya Yoru,” balas Yui mulai berbicara. Dia menyentuh boneka kayu yang ada di atas Rafael. “Pria itu, menyukaiku,” lanjut Yui yang kemudian menghela napas panjang berusaha mengatur ucapannya yang terasa bergetar. Ingatan akan serpihan Yoru yang menghilang di malam itu tetap menjadi kenangan pahit, meskipun dia tidak pernah mencintai pria itu, tetapi melihatnya menjadi serpihan tetap saja mengguncang jiwanya.Alan menyipitkan matanya, menatap perubahan ekspresi yang terlihat dari raut wajah gadis cantik di depannya. Ruangan itu hanya t
Kerajaan Cahaya sedang berbenah. Bangunan yang hancur segera diperbaiki. Dalam waktu seminggu sebagian besar kerusakan sudah mulai terlihat membaik. Satu bangunan yang belum juga selesai adalah Istana Mawar. Istana itu hancur lebur dan harus dibangun ulang dari awal.Hari ini persiapan penobatan raja yang baru sudah hampir selesai. Seorang pangeran yang akan menjadi raja sedang termenung melihat kesibukan para pelayan istana. dia memperhatikan kedua tangannya yang tidak terdapat luka sedikitpun.“Apa yang masih mengganjal, Pangeran?” Rosaline memberanikan diri bertanya melihat tunangannya yang tidak bersemangat sejak pagi.“Aku seperti kehilangan sentuhanku,” jawab Yuasa masih memperhatikan kedua tangannya kemudian mengepalkannya. “Ada yang hilang,” lanjut Yuasa.Rosaline masih berdiri di belakang sang pangeran sama seperti sebelumnya. Dia masih setia menjadi pengawal meskipun saat ini statusnya adalah tunangan sang pangeran.“Apa pangeran menyesal?” tanya Rosaline dengan nada lembut,
Benua Es, danau yang membeku terlihat mulai mencair seiring dengan perubahan suhu di benua itu. Istana yang pernah disebut dalam dongeng ternggelam di dasar danau. Seorang gadis dengan gaun biru muda dan mantel tebal terlihat sedang memainkan harpanya.“Kau sudah lebih mahir, Eirlys,” ucap Fey Varsha tersenyum dan mengusap punggung Eirlys. Wanita itu tersipu mendengar pujian dari ibundanya.Fey Varsha memandang ke atas, sebuah pelindung tebal seperti gelembung menutupi istana tersebut. Istana Es aman karena kekuatan Fey Varsha sang Ratu Es. “Lixue, bagaimana nasibnya?” gumam Fey Varsha teringat kepada anak laki-lakinya. Mereka berdua baru saja terbangun dari tidur panjangnya. Sejak istana mereka tenggelam, mereka juga ikut tertidur. Keduanya terbangun karena melodi harpa.“Ibunda!” seru Eirlys yang melihat ada makhluk lain yang berhasil menerobos perlindungan mereka. Makhluk itu kecil dan seperti kunang-kunang.“Itu spirit alam, Eirlys,” balas Fey mengulurkan tangannya dan makhluk kec
“Yui saljunya terlalu tebal dan ada yang aneh dengan salju ini.” Yuan menyentuh salju di atas ladang pertanian. Salju yang berbeda dari salju pada umumnya. Tanaman di bawah salju tidak mengalami kerusakan. Namun, sesuatu yang lebih mengerikan justru masuk ke dalam akar-akar tanaman. Yuan menggigit bibir bawahnya, dia tidak bisa membayangkan bagaimana jika tanaman ini termakan?“Ada apa Yuan?” tanya Yui yang mengeratkan kedua tangannya ke tubuhnya. Salju di tempat ini terlalu dingin. Gadis itu bertanya dengan gigi gemeretak menahan dinginnya cuaca hari ini.“Yui, kau kedinginan!” Yuan melepaskan baju luarnya, pakaian pangeran berlapis-lapis berbeda dengan gaun yang dipakai Yui yang hanya selembar tipis kain lembut yang sering disebut sutera. Dia memakaikan jas yang baru saja dia lepas untuk kembarannya.“Terima kasih, ini lumayan, bagaimana denganmu?” Yui merasa lebih hangat meskipun masih terasa dingin. Dia mengeratkan kembali kedua tengannya supaya lebih hangat.“Masih ada rompi, kur
Yui hanya bisa menghela napasnya. Dia mengerti maksud kembarannya tanpa perlu kata. Gadis itu mengulurkan satu tangannya ke depan. Cahaya jingga lingkaran sihir terbentuk, semakin lama semakin besar hingga muncul makhluk menakjubkan yang membuat semua mata terpana.“Itu burung api!” seru warga desa yang melihat seekor burung dengan seluruh tubuh bagai api yang menyala-nyala. Makhluk itu terbang dan terdengar suara melengking dari makhluk itu. Suara burung yang luar biasa kencang namun terdengar nyaring.“Suzaku! Bersihkan salju!” perintah Yui dan burung api itu kembali mengeluarkan lengkingan suara merdu. Salju meleleh saat burung api ini melewati ladang-ladang di Pertanian Kecil. Mereka bisa melihat pucuk-pucuk hijau tanaman yang siap panen.Yuan bersiap di tempatnya. Dia mulai membuat lingkaran sihir di atas tanaman yang sudah tidak lagi memiliki salju di atasnya. Dia bisa saja membersihkan salju, tetapi hal itu akan menguras tenaganya lebih cepat. Pemurnian dilakukan, semua warga b
Gadis yang menurut Yuan bernama Eirlys tiba-tiba menatap Yuan seakan-akan dia melihat keberadaanya. Dia meninggalkan Lixue dan berjalan ke arah Yuan.“Siapa namamu?” tanya gadis itu.“Yuan,” jawab Yuan masih terpana melihat gadis yang ada di depannya. Mata biru shafire yang terlihat begitu indah seakan dia tenggelam ke dalam lautan biru itu.“Yuan.” Gadis itu tersenyum lembut dan memanggil namanya.“Yuan!” samar-samar suara gadis itu berubah. Suara yang terasa menyiksa telinganya hingga dia terpaksa mengerjap beberapa kali dan membuka matanya.“Yui! Suaramu menghancurkan mimpiku!” teriak Yuan melemparkan bantal ke arah Yui yang berdiri berkacak pinggang dan menghindari bantal yang dilempar Yuan dengan sempurna.“Ganti bajumu dan kita berangkat sekarang!” titah Yui tanpa ada jeda sedikit pun untuk Yuan membantah.Yuan hanya bisa pasrah dan melangkah turun dari tempat tidur dengan malas. Dia manarik setelan baju ganti yang sudah disiapkan, membawanya ke kamar mandi dan berencana langsun
Sesuai permintaan, mereka memberikan sebuah kamar paling ujung di gedung ibukota. Sebuah kamar dengan taman di depannya. Tempat itu tertutup dari luar sehingga cocok untuk persiapan mengumpulkan para spirit. “Aku tidak mau lagi mengenakan pakaian ini!” seru Yuan melepas syal yang menghias rambutnya dan membiarkan rambut hitam panjang itu tergerai bebas. Yui berkacak pinggang di depan Yuan yang sudah merajuk. “Sabarlah, hanya dua hari lagi dan kita bisa pergi dari sini. Kau mau menjadi pusat perhatian lalu mengundang pasukan kerajaan? Kita hanya bertiga dengan Kak Xavier, apa kau pikir bisa menghadapi ratusan pasukan kerajaan?” Yui membeberkan semua alasan kenapa Yuan tetap harus berpenampilan sebagai perempuan. “Baik, hanya dua hari,” balas Yuan dengan wajah ditekuk dan terlihat tidak nyaman dengan gaun yang dia kenakan. Tidak ada jamuan untuk kedatangan Yui dan Yuan meskipun begitu pemimpin pasukan kerajaan mengunjungi kediaman walikota. Dia mencurigai kabar adanya anak kembar yan
Xavier berdiri dan menyeringai lebih lebar, mengangkat tangannya dan jarum-jarum hitam itu mulai bergerak. Pemuda yang melihat jarum-jarum itu gemetar, merasakan kakinya kehilangan tenaga. Pelan-pelan kakinya melangkah mundur dan dia pun berbalik kemudian berlari.“Maafkan saya, Tuan Xavier!” teriak pemuda itu lari terbirit-birit karena ketakutan.Xavier tertawa lepas melihatnya. Dia tidak terlalu berharap dengan kemampuan orang-orang di Pertanian Besar yang masyoritas adalah petani. Mereka semua memiliki kemampuan pengolahan, baik dasar dengan manual serta pengendali dengan kristal terutama untuk pertanian. Beberapa pengawal, penjaga dan pasukan di wilayah ini merupakan orang-orang dari wilayah lain yang sengaja di sewa untuk menjaga Pertanian Besar.Saat ini, para pasukan Pertanian Besar merasa terintimidasi dengan kedatangan pasukan kerajaan yang jauh lebih mumpuni dari segala hal. Senjata yang lebih baik, pakaian pantas dengan baju jirah lengkap. Apalagi mereka adalah para petarun