Semua orang tertegun sejenak. Mereka tidak menyangka Tobi berani naik ke atas panggung. Seketika para penonton langsung mentertawakannya."Haha. Lucu sekali. Orang desa sepertimu masih berani membual.""..."Tobi tidak berniat meladeni mereka, dia langsung mengambil sebuah pedang dan mendesak lawannya, "Cepat mulai."Joni agak bingung. Setelah naik, dia bertanya, "Kamu nggak pakai alat pelindung?""Nggak perlu."Mendengar ucapan itu, Joni seketika marah. Dia tersenyum dingin sambil berkata, "Ya, jangan salahkan aku kalau kamu terluka nanti." Joni bahkan berpikir untuk mengambil kesempatan ini untuk melumpuhkan tangan dan kakinya.Tobi mengerutkan kening dan berseru, "Banyak omong kali."Bukan hanya Joni yang merasa marah, tetapi semua orang juga tidak bisa berkata-kata.Melihat postur Tobi memegang pedang, dia kelihatan seperti orang awam. Kenapa dia malah pamer seperti ini, bukankah dia cari mati?Widia juga merasa gugup. Meskipun dia tidak menyukai Tobi dan ingin mengusirnya, dia jug
"Oh?"Semua orang langsung tertarik untuk mendengarnya."Tahukah kalian, Pak Damar dari Serikat Dagang Lawana akan mengadakan jamuan makan untuk menyambut kedatangan orang penting malam ini?""Benarkah? Orang penting seperti apa yang membuat Pak Damar menyambutnya seperti itu?""Tentu saja orang penting yang sangat hebat. Saat ini, hanya keluarga yang telah bergabung dengan Serikat Dagang Lawana yang menerima pemberitahuan tersebut."Joni tersenyum dan berkata, "Widia, bukankah Keluarga Lianto sudah lama mendaftar untuk bergabung dengan Serikat Dagang Lawana? Malam ini kesempatanmu sudah datang."Hati Widia tergerak mendengarnya, lalu dia bertanya, "Bagaimana caranya?"Keluarga mereka memang telah mendaftar dan berhasil menempati posisi sepuluh besar, tetapi Serikat Dagang Lawana hanya menerima tiga kuota saja. Jadi, harapan mereka sangat tipis."Gampang, kok. Aku bisa ajak teman untuk jamuan malam ini. Kamu ikut saja denganku. Nanti aku akan memperkenalkan pejabat senior Serikat Dagan
Semua orang tampak terpengarah.Widia juga terkejut. Mungkinkah pria berpenampilan kolot ini adalah orang hebat?Namun, tiba-tiba Joni menerima sebuah berita dan tampak kaget, "Putri Keluarga Yusnuwa mendadak jatuh sakit. Dengar-dengar, penyakitnya sangat serius.""Apa? Ini masalah besar.""Ya. Aku dengar, Pak Damar sangat menyayangi putrinya dan selalu melindunginya. Selain kerabat dan teman-temannya, nggak ada orang yang tahu seperti apa rupanya.""Benar, tapi kudengar dia sangat cantik, bagaikan seorang dewi."Joni tiba-tiba sadar dan berseru, "Aku mengerti sekarang. Ternyata putri Pak Damar sakit, jadi dia membatalkan jamuan malam ini.""Benar, benar. Bukankah Pak Damar sangat menyayangi putrinya? Pasti itu alasannya!""Sudah kubilang, 'kan? Mana mungkin bocah ini bisa mengatur Pak Damar.""Benar. Hanya kebetulan saja. Hampir saja kita tertipu.""Dasar nggak tahu malu."Di saat itu juga, ponsel Tobi berdering. Sepertinya Damar meneleponnya untuk meminta bantuan.Tobi langsung menan
Tobi mengangguk dan menjawab, "Ya." Dia mengeluarkan sebuah kotak, lalu duduk dan bersiap untuk melakukan akupunktur."Tunggu! Apa yang kamu lakukan?" tegur Bima."Mengobatinya!""Siapa suruh kamu mengobatinya? Kuberi tahu ya, aku sudah mengundang Darwin Lesmana, Dokter Ajaib di ibu kota. Dia akan segera datang. Minggir."Bima bergumam dalam hatinya, 'Ayah pasti sudah pikun. Mana mungkin pria muda seperti itu adalah Dewa Medis. Dia pasti bohong.'Yenni hanya terdiam, tampaknya dia setuju dengan ucapan putranya.Tobi mengerutkan keningnya.Saat ini, ada dua orang muncul di depan pintu. Salah satunya adalah seorang pria tua berjanggut putih, tangannya tampak membawa sebuah kotak obat.Ketika Bima melihatnya, dia segera menyambutnya dengan gembira, "Dokter Darwin, akhirnya kamu datang. Mari lihat kondisi adikku."Dokter Darwin mengangguk dengan bangga. "Baik!""Kenapa kamu nggak keluar saja? Kalau pengobatan adikku tertunda, aku akan menghabisi nyawamu," cerca Bima.Tobi hanya menggelengk
"Sial! Kenapa kamu nggak tahu? Bukankah kamu Dokter Ajaib?" omel Bima. Dia mengira bisa memberikan kontribusi baik, tapi ternyata hasilnya malah begini.Jika terjadi sesuatu kepada Jessi, ayahnya pasti akan mengulitinya.Pada saat ini, getaran tubuh Jessi makin berkurang, bahkan hampir tidak ada gerakan sama sekali. Sepertinya dia sudah sekarat.Wajah Bima bertambah kusut. Setelah dipikir-pikir, ternyata ucapan Tobi benar. Dia mungkin sudah melakukan kesalahan besar.Dia teringat tadi Tobi telah mengatakan bahwa dia akan menyesal.Benar, sekarang dia sangat menyesal.Akhirnya, Damar pulang juga. Begitu dia masuk dan melihat Tobi, dia bertanya dengan cemas, "Ra ... Tuan Tobi, bagaimana kondisi Jessi?"Tobi menggelengkan kepalanya. Dia menatap ke arah Bima dan berkata, "Tanyakan kepadanya!"Damar bisa merasakan kepanikan mereka. Saat melihat Dokter Darwin masih memegang jarum, sepertinya dia telah menebaknya. Lalu, dia bertanya dengan marah, "Bima, katakan apa yang terjadi!"Begitu diben
Tobi merasa seperti menyelesaikan masalah sepele. Sebenarnya, energi dingin di tubuh Jessi sangat luar biasa dan butuh banyak usaha untuk mengeluarkannya.Semua orang terpengarah. Bahkan, Damar pun tak kalah kagetnya. Pria itu langsung berseru, "Terima kasih, Tuan Tobi!"Apalagi, dia paling mengetahui kondisi putrinya. Sudah banyak dokter yang angkat tangan, tetapi Raja Naga bisa menyembuhkannya dengan mudah."Keterampilan medis Dokter Tobi benar-benar luar biasa. "Tadi saya nggak sopan. Seharusnya saya percaya kalau keterampilan Anda begitu hebat."Dokter Darwin yang awalnya merasa terkejut, lalu segera meminta maaf.Merasa keterampilan Dokter Darwin juga tidak terlalu buruk, Tobi pun menjawab dengan sopan, "Nggak masalah!"Dokter Darwin segera membungkukkan badannya lebih dalam lagi dan bertanya, "Kalau begitu, maukah Tuan menerima saya sebagai murid Anda? Biar saya bisa belajar ilmu medis dari Anda?”Dilihat dari penampilannya, sepertinya Dokter ingin segera berlutut dan berguru kep
Setelah acara makan-makan selesai, Damar tidak hanya memberi Tobi hadiah, tetapi dia bahkan sengaja mengantar pria itu pulang ke Vila Distrik Terra 1 yang letaknya di tengah gunung itu.Melihat Tobi berlalu, Dokter Darwin diam-diam merasa tidak rela.Jika memungkinkan, dia ingin mengikuti Tobi pulang.Di saat yang sama, Tania yang sedang berjalan-jalan di sekitar Distrik Terra itu tampak merasa iri, "Indah sekali. Kapan aku bisa punya vila seperti ini?""Area sini masih kalah dengan Vila Distrik Terra 1 yang berada di tengah gunung itu. Meski punya uang, kamu juga nggak bisa beli," ujar Joni yang berada di sebelahnya."Keluarga kalian juga nggak bisa?"Joni menggelengkan kepalanya, "Nggak bisa." Kali ini, dia tidak menyombongkan diri lagi."Astaga. Bahkan Keluarga Luhardi yang begitu hebat pun nggak bisa memilikinya. Kira-kira siapa yang bisa? Aku penasaran.""Jangan bermimpi. Kamu nggak mungkin punya kesempatan untuk berhubungan dengan orang seperti itu seumur hidupmu."Tania mengangg
Memikirkan apa yang dikatakan kakek tua itu di telepon, pria itu sudah bisa menebaknya, "Kenapa wajahmu memerah? Jangan-jangan Kakek ingin kita tidur bersama malam ini?""Ku ... kurang lebih seperti itu," jawab Widia gugup.Setelah berpikir sejenak, Tobi segera menggelengkan kepalanya dan berkata, "Nggak bisa. Apa tubuhmu hanya bernilai 200 juta?"Widia merasa malu sekaligus kesal, lalu berkata dengan kasar, "Apa kamu bilang! Meski kamu setuju, aku nggak akan membiarkan kamu memperoleh apa yang kamu inginkan. Sebaliknya, kalau kamu menolak, aku bisa memberimu uang.""Baiklah," janji Tobi."Kamu setuju?""Ya, tapi 200 juta nggak cukup. Aku mau 2 miliar."'Tak tahu malu', diam-diam Widia mengutuknya dalam hati. Namun, wanita itu tetap menyetujuinya. Widia mengeluarkan cek dan menulis 2 miliar di atasnya, kemudian menyerahkannya kepada Tobi.Mereka berdua pun berjalan masuk. Di ruang tamu, hanya terlihat ayah dan ibunya Widia.Melihat Tobi mendekat, tanpa basa-basi, Yesa langsung mencerca