Tak berselang lama, suara percakapan antara Tania dengan Gavin kembali terdengar.Hanya saja, kali ini dengan video."Tania, sekarang Widia bagaimana?""...""Kalau begitu, kututup dulu ya. Aku masih harus memikirkan cara untuk membodohi Widia lagi."Selanjutnya, terdengarlah suara gumaman Tania."Widia, kamu begitu kejam kepadaku, tapi kamu seharusnya nggak sangka kalau kamu akan dipermainkan olehku.""Pengemis Kecil apaan. Bisa-bisanya kamu percaya Gavin itu Pengemis Kecil. Lucu sekali.""..."Makin didengar, Widia makin memanas. Dia langsung mengambil ponsel Tobi dan menontonnya sendiri, lantaran ada video di dalamnya, apalagi sangat jelas.Saat ini, Tania terkulai lemas.Semuanya telah menjadi seperti ini, dia juga tidak punya kesempatan untuk berkelit lagi.Tak tahu malu!Sungguh tak tahu malu!Saking emosinya, tubuh Widia sampai gemetar.Dia tidak mengira Tania akan menggunakan rahasianya ini untuk melakukan begitu banyak hal. Padahal, rahasia ini tidak pernah dia ceritakan kepad
Benar, yang dilakukan oleh Tania membuatnya emosi, sebab sahabatnya justru menggunakan kenangan masa kecilnya.Namun, niatnya baik. Dia bisa melakukan semua ini karena Widia.Apa pun yang terjadi, Widia memutuskan untuk tidak berteman dengan orang seperti itu lagi. Dia berkata dengan dingin, "Tania, aku nggak akan membahas masalah masa lalu lagi, bahkan aku bisa melepaskanmu.""Tapi mulai sekarang, kita berdua juga bukan sahabat lagi.""Sekarang, silakan keluar dari Kediaman Lianto."Mendengar itu, ekspresi Tania berubah. Awalnya, dia hanya berharap bisa kabur dari sana dengan selamat. Dia tidak menyangka Widia akan percaya dengan kata-kata semua orang dan merasa Tania melakukan ini semua demi dirinya.Dia langsung berkata, "Widia, aku tahu kamu sangat marah, bahkan membenciku. Kamu nggak mau melihat wajahku lagi. Aku akan keluar, sekarang juga.""Tapi, dalam hatiku, kamu masih sahabat terbaikku. Setelah aku nggak ada di sampingmu, aku harap kamu bisa melihat wajah asli orang itu."Usa
Mendengar percakapan itu, Tania langsung terkulai lemas.Dia tidak menyangka Tobi juga merekam bagian ini.Sebenarnya, ini semua hanya bertepatan. Tobi sama sekali tidak bermaksud merekamnya, hanya saja semuanya terjadi secara kebetulan.Lantaran tidak menghapusnya, rekaman itu tetap tersimpan. Setelah menyadari tindak-tanduk Tania, Tobi pun membuat beberapa persiapan.Meski begitu, Tobi masih tidak berniat memutar rekaman itu agar tidak didengar oleh semua orang.Siapa sangka tindakan Tania makin kelewat batas.Saking malunya, wajah Tania merah padam. Dia berharap menemukan sebuah lubang agar bisa bersembunyi dalamnya.Menyadari tatapan aneh dari semua orang, dia tidak tahan tinggal di sana lebih lama lagi. Dia langsung berlari keluar seperti orang gila lantaran sudah kehilangan harga dirinya.Saat ini, Widia akhirnya tersadar kembali.Ternyata begitu!Widia memang tidak tahu sejak kapan Tania jatuh cinta kepada Tobi, tetapi dia juga tidak heran. Lantaran dirinya sendiri juga mulanya
Raut wajah Kakek Muhar juga berubah. Dia buru-buru menyela, "Tuan Gavin, jangan gegabah. Widia lagi emosi. Mari kita tunggu sampai dia tenang lalu, baru bicarakan masalah pertunangan lagi.""Huh! Kalau begitu, aku akan beri kalian waktu satu hari lagi untuk memikirkannya. Seandainya kalian nggak memberiku jawaban yang memuaskan, aku pasti akan memusnahkan Keluarga Lianto," ancam Gavin.Mendengar itu, ekspresi semua anggota Keluarga Lianto berubah drastis, termasuk Widia.Meski dia emosi, dia tahu betapa kuatnya Keluarga Gumilar. Dia juga tidak ingin Keluarga Lianto terseret gara-gara masalah itu.Kakek Muhar bertambah muram. Dia bersusah payah merintis bisnis Keluarga Lianto dengan tangannya sendiri, mana mungkin dia tega melihat hasil jerih payahnya lenyap? Terlebih lagi, setelah mereka runtuh, bagaimana nasib Keluarga Lianto?Hanya Tobi satu-satunya yang tampak menghina dan berkata dengan sinis, "Gavin, kamu pikir kamu itu siapa? Memangnya kamu bisa sembarang membunuh orang, tanpa me
"Kamu nggak takut sama mereka?""Tobi, kamu pikir kamu itu siapa? Apa otakmu bermasalah? Beraninya kamu meremehkan Keluarga Gumilar?""Kenapa? Kamu masih ingin minta bantuan Pak Damar hanya karena pernah menyelamatkan putrinya? Pak Damar sudah nggak peduli denganmu lagi, kalau nggak, dia nggak akan menikahkan putrinya dengan orang lain.""Sekalipun Pak Damar ingin membantumu, dia juga nggak bisa berbuat apa-apa. Kalau dia tahu yang kamu singgung itu Keluarga Gumilar, salah satu dari empat keluarga besar di Kota Sawarna, dia mungkin akan bergabung untuk melawanmu," ucap ibunya Widia sok tahu, seolah-olah dirinya yang paling paham dengan masalah ini.Kakek Muhar juga menanggapi dengan nada dingin, "Tobi, ini bukan saatnya kamu membual. Keluarga Gumilar jelas-jelas bukan lawan yang bisa kamu taklukkan.""Yang harus kamu lakukan sekarang adalah cepat cari Gavin, lalu berlutut, minta maaf dan mohon pengampunan kepadanya. Kalau nggak, nyawamu pasti nggak akan selamat.""Jangan harap kamu bis
Kata-kata itu seketika membuat Widia teringat dengan kejadian sebelumnya.Benar. Kejadian seperti ini bukanlah pertama kalinya terjadi, apalagi dia selalu tidak memercayainya, tetapi tak disangka, semua yang dikatakan Tobi akan menjadi kenyataan.Walaupun banyak di antaranya yang mengandalkan keberuntungan atau muncul orang yang membantu mereka, tetapi pada akhirnya, Tobi benar-benar menangani semuanya."Kamu punya solusinya?" tanya Widia penasaran."Aku punya informasi orang dalam. Keluarga Gumilar telah melakukan banyak kejahatan, apalagi masalah itu cukup besar. Tak lama lagi, mereka pasti akan hancur total," jawab Tobi.Mana mungkin keluarga seni bela diri seperti Keluarga Gumilar tidak pernah melakukan kejahatan?Terus terang, alasan sebenarnya adalah Keluarga Gumilar telah memprovokasi Tobi, jadi mereka sudah pasti ditakdirkan untuk hancur.Widia tertegun, seakan-akan tidak begitu percaya. Sejauh yang dia tahu, Keluarga Gumilar tengah berkembang pesat, sama sekali tidak seperti K
"Apa!"Kakek Muhar bahkan sempat mengira telinganya salah dengar. Dia langsung marah dan membentak cucunya, "Widia, apa maksudmu? Apa kamu sungguh nggak peduli hidup matinya Keluarga Lianto?""Aku bukan nggak peduli, tapi aku nggak harus menikah dengan Gavin," jawab Widia."Memangnya kamu masih ada cara lain?""Ya!""Apa itu?""Nanti kalian akan tahu sendiri." Widia mendadak teringat cara untuk membantu Tobi meningkatkan prestisenya."Kenapa harus tunggu nanti? Tahukah kamu seberapa gawat situasi saat ini? Keluarga Lianto bisa berakhir kapan saja," ucap Kakek Muhar dengan marah."Benar, Widia, kamu sadar apa yang kamu bicarakan? Apa Tobi menipumu lagi?" tanya ibunya Widia."Mana mungkin. Tobi nggak akan menipuku.""Aku beri tahu kalian saja, Tobi bilang dia akan menangani Keluarga Gumilar, tapi mungkin akan memakan waktu beberapa hari. Kita hanya perlu menunggu dengan sabar," ucap Widia dengan lantang. Seandainya terjadi sesuatu pada Keluarga Gumilar, dia pasti akan mengatakan itu semu
Saat ini, terdengar suara perkelahian di luar.Awalnya, Widia ingin kembali ke kamarnya, tetapi saat mendengar suara itu, dia mengira Tobi yang barusan pergi dari sana pasti telah ditangkap kembali oleh kakeknya.Meski seni bela diri Tobi cukup bagus, dia juga punya keterbatasan energi. Sulit baginya untuk menghadapi lawan sendirian, apalagi jika jumlah mereka banyak. Jadi, Widia pun tergesa-gesa pergi menghampiri sumber suara itu.Ternyata, di saat Tobi baru saja berjalan keluar dari aula, dia diadang oleh enam pria, bahkan sebelum dia meninggalkan vila.Pemuda yang memimpin itu memandang Tobi dan menghardiknya, "Tobi, apa kamu itu pengecut? Jago juga kamu bersembunyi, sampai aku kesulitan menemukanmu."Tobi mengerutkan kening dan bertanya, "Kamu mencariku?""Omong kosong. Kalau nggak mencarimu, siapa lagi? Tak disangka, di saat aku bersusah payah mencarimu, aku nggak menemukan petunjuk apa pun. Sekarang, aku malah bisa bertemu denganmu di sini.""Bisa dikatakan, kamu kurang beruntung