Share

- 28 -

Airen berjalan mondar-mandir di depan pintu. Sorot matanya terus tertuju pada lantai. Mulutnya menggigiti jari tangan kanan, sedangkan tangan kirinya terlipat ke dada menopang siku kanan. Wajah gusarnya tak bisa ia tutupi. Sesekali ia mengecek lagi ponselnya dan melakukan panggilan, namun semuanya berakhir nihil. Ia tak mendapati sesuatu yang bisa membuatnya tenang.

Jarum jam terus berputar dan menunjukkan pukul dua pagi. Airel yang duduk di ruang tamu hanya bisa memperhatikan kegelisahan adiknya. Ia tahu sikap Airen menjadi demikian karena ucapannya mengenai sketsa wajah yang telah ia lihat.

"Kenapa sikapmu aneh, Ren?" Airel membuka suara dan memecah keheningan. "Kemarin kau keluar ruangan Inspektur Yoga sesuka hatimu, sekarang kau begitu khawatir mengenai Paman Alfie. Apa yang sebenarnya kau pikirkan?"

Airen mengangkat wajahnya dan melempar pandangan ke Airel. "Bagaimana aku tidak khawatir setelah mendengar ceritamu? Apa kau lupa dengan ekspresi paman saat men

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status