"Baik, silahkan ditutup bukunya, masukkan di dalam lokernya masing masing. Tidak ada buku di meja ya nak," ucap ustadz yang mengawasi pelaksanaan ujian akhir kelas 12. Hari itu, adalah hari pertama dilaksanakannya ujian akhir semester. Tak terasa, kini Abian sudah berada di penghujung semester. Tak lama lagi, dirinya akan lulus dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Setelah satu minggu sebelumya dipersiapkan, Abian siap melaksanakan ujian di hari itu.
"Silahkan dikerjakan, jangan lupa berdo'a, kerjakan dari soal-soal yang mudah terlebih dahulu," jelas ustadz. Kondisi kelas menjadi sangat hening. Semuanya memfokuskan perhatian pada lembar ujian yang ada di atas meja masing masing. Mata pelajaran yang diujikan hari itu adalah Sirah Nabawiyah dan Matematika. Dua pelajaran yang cukup disukai Abian.
"Waktunya masih tersisa banyak, silahkan kerjakan dengan teliti, tekun, dan bersungguh-sungguh, tidak perlu terburu-buru." Ustadz berjalan melalui
Di pagi yang cerah, matahari mengintip dari sela jendela yang terbuka. Hari itu adalah hari kenaikan kelas sekaligus hari kelulusan bagi kakak kelas yang duduk di bangku terakhir jenjang SMA. Hari yang ditunggu-tunggu oleh sebagian santri disana, karena hari ini para wali santri dapat menjenguk dan berjumpa dalam susunan acara yang sudah di rencanakan hari ini. "Deg-degan jujur, semoga nilai-nilainya gak ada yang merah ya. Semoga aja semuanya naik kelas," ujar Kyra. Kyra bersama teman santriwati lainnya berkumpul di ruang tunggu, menunggu orangtua mereka bertemu ustadzah di kelas. "Aamiin. Pesimis sih, tapi Bismillah aja. Kemarin pas ujian gak serius, ngeri nilainya juga gak serius." Ataya merapikan rambut-rambut kecil disekitar hijabnya. Satu persatu santri yang tengah asyik menunggu, dihampiri oleh orangtuanya dengan sebuah rapot di tangan kanan kemudian menuju ke aula tempat berlangsungnya acara pelepasan santri
/Drttt, drtttt Sebuah benda tipis berwarna rose gold itu bergetar. Getarannya menandakan ada panggilan masuk, dan harus segera diangkat. Kyra yang tengah asyik mengasuh dua adik sepupunya pun, segera berlari menuju sofa tempat handphone nya diletakkan. "Hallo? Assalamualaikum," ucap Kyra membuka percakapan dalam telepon itu. "W*'alaikumussalam, Kyr." suara gadis yang terdengar menjawab salam Kyra. "Eh, iya Aya, kenapa? Kirain siapa, nomornya gak Kyra save soalnya." Kyra duduk mengambil posisi nyaman setelah mengetahui bahwa yang menghubunginya adalah Aya. "Ahaha, ya maaf. Aku pake nomor abang, hp yang biasa Aya pake, gak ada pulsa. Mau nanya tugas bahasa arab itu dari halaman berapa aja, Kyr? Sama latihan berapa aja yang harus dikerjain?" "Oalah, bahasa arab, toh. Halaman 12 - 15 latihan 3,4,5, sama 7." ******************************************* &
Keesokan harinya,"Ataya, abang, sarapan dulu sini. Ini makanannya udah siap," panggil umma sambil meletakkan beberapa piring diatas meja tersebut.Ataya dan Abian menghampiri meja itu, untuk sarapan bersama disana. Menarik kursi untuk duduk dan mulai menyantap sarapan."Abang makan duluan," ujar Abian kemudian menyendok sesuap nasi."Iya, makan yang kenyang, sayang.""Umma gak makan?" tanya Ataya yang sudah mulai makan sedari tadi."Sebentar, adek makan aja.""Gimana? Enak gak masakan umma?""Enak," jawab Abian sangat singkat."BANGETT," timbal Ataya melengkapi."Alhamdulillah…." Umma mulai menyendok nasi dan ikut menikmati sarapan disana."Oh, iya, beberapa hari lagi kan kalian udah pada balik ke pondok nih. Abang udah mulai masuk masa pengabdian, setelah umma pikir-pikir, soal rencana abang semalam, ditunda dulu gimana, bang? Maks
Hari-hari berjalan seperti biasanya. Tak ada hal menarik baru yang seru untuk dibicarakan. Semua menjalankan aktivitas seperti orang-orang pada umumnya. Hari itu, hari yang baik seharusnya. Tapi, tidak dengan Kyra dan Ataya. Atas hal sederhana yang entah mengapa akhirnya membuat dua gadis ini, saling menjauh. Tak ada aba-aba sebelumnya, Ataya menjauhi Kyra bagai senja yang meninggalkan langitnya.Pelajaran Fisika di jam pertama kelas Kyra. Ustadzah Yuni mulai memasuki kelas setelah bel berbunyi pertanda kelas akan dimulai. Kyra dan Ataya duduk cukup berjauhan hari itu. Sudah 2 hari ini, Ataya tak menyapa Kyra."Baik, untuk hari ini, seperti yang sudah ustadzah sampaikan sebelumnya, kita akan masuk ke materi baru yaitu resonansi bunyi yang meliputi pengertian, rumus dan juga contoh soal, silahkan disiapkan buku dan alat tulisnya."Kegiatan belajar mengajar sudah dimulai. Para santriwati memperhatikan pen
"Cepet sehat, Kyra.""Istirahat yang cukup, Kyr.""Semoga cepat membaik ya, Kyr,"Ujar teman-temannya sebelum meninggalkan Kyra dan memasuki kelas untuk memulai pembelajaran."Kyra istirahat yang cukup ya disini, jangan lupa obatnya diminum ya, sayang. Banyakin minum air putih juga," ujar ustadzah asma yang kemudian meninggalkan Kyra seorang diri di kamar.Hari itu, kabar Kyra sedang tidak baik. Tubuhnya demam dan disertai sakit tenggorokan. Gadis itu tidak bisa mengikuti pelajaran, dan hanya berdiam diri di kamar. Dengan benda kecil yang dikenal dengan sapu tangan di atas dahinya.Beberapa hari sebelumnya, Kyra memang sudah merasakan tubuhnya yang kurang fit dalam beraktivitas. Namun,
Hari itu, adalah hari Ahad. Hari dimana para santri libur dan tak ada kelas. Namun, mereka tetap memiliki jadwal dan rangkaian kegiatan meski libur. Semalam, kondisi Kyra masih dalam kondisi yang lemah dan belum bisa hadir di pondok seperti teman-teman yang lainnya. Dua hari lamanya, gadis itu terbaring diatas ranjang di kamarnya. Gadis itu enggan meminum obat dan mengisi perut. Tenggorokannya yang belum bisa bekerja dengan baik, membuat dirinya kesulitan untuk menelan makanan. Bahkan, untuk sekedar minum air putih, tenggorokan Kyra terasa seperti terdapat luka disana, perih dan sakit. Namun, setelah dipaksakan oleh sang nenek, hari itu, Kyra merasa tubuhnya sedikit membaik setelah meminum satu tablet obat pagi tadi. Walaupun, masih lemas dan tak bertenaga."Kyra, mau makan apa untuk nanti siang? Biar omah masakin," ujar omah sesekali mengelus pelan kepala gadis itu.Kyra hanya menjawab dengan gelengan kepala, sama sekali tak ada
Pagi yang cerah itu, matahari menerangi kota itu. Seluruh orang sibuk beraktivitas. Ada yang bersiap untuk kerja, beberapa juga ada yang sedang dalam perjalanan menuju sekolah dengan sebuah seragam, ada juga para ibu-ibu hebat yang berkumpul di pasar sejak udara masih sejuk, untuk menyiapkan masakan bagi keluarganya.Kyra sudah sehat. Kondisi tubuhnya sudah membaik. Tapi, dirinya masih harus beristirahat di rumah, karena masih berada dalam masa pemulihan. Setelah kurang lebih 5 hari, gadis itu berdiam diri di kamarnya, hari itu, Kyra kembali bisa berjalan dan menghirup udara segar diluar.Sayang saja, hari itu, Kyra harus mengikuti kelas sendiri di rumah. Mengejar pelajaran yang tertinggal, serta berusaha untuk menyelesaikan tugas-tugas yang menumpuk akibat penyelesaiannya ia tunda kemarin."Kyra jangan capek-capek dulu, ya. Tetep istirahat yang cukup, dan gak lupa jaga pola makan juga, supaya bisa kemb
"Kyra, Kyra.""Kyra…, udah sembuh?""Apa kabar, Kyr?"Tanya teman-teman Kyra begitu melihat gadis itu kembali hadir dan bergabung bersama mereka di kelas."Iya, Kyra udah sembuh Alhamdulillah," jawabnya kemudian menghampiri tempat duduknya. Kebetulan, Ataya duduk berdekatan dengan Kyra hari itu. Kyra duduk tepat di sebelah Ataya."Pagi, Kyr," sapa Ataya melihat Kyra yang menarik kursi untuk duduk di sampingnya."Pagi," jawab Kyra sangat singkat. Gadis itu kemudian mengeluarkan beberapa tugasnya yang belum sempat ia kumpulkan karena sakit kemarin."Mau ditemenin ke ruang ustadzah buat ngumpulin tugas-tugas itu?" Ataya menawarkan diri untuk menemani Kyra mengumpulkan tugas ke ruang ustadzah."Gak usah, gak papa." Kyra kemudian beranjak dari kursi duduknya, dan pergi ke arah luar menuju ruang ustadzah seorang diri."Ekhem, Kyra masih marah, A