Rasa

Rasa

By:  Zahrazara  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
10
1 rating
32Chapters
2.5Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Sebuah kisah seorang gadis, bernama Kyra Bellona Ayara yang tinggal di salah satu pondok pesantren di Jakarta. Gadis dengan kepribadian ekstrovert dan sangat mudah sekali bergaul ini, suatu hari bertemu dengan remaja laki laki yang memiliki kepribadian berbanding terbalik dengan dirinya. Abian Airuz Aldari, kakak kelas Kyra yang sangat tertutup dan sulit sekali bersosialisasi. Rupanya, kepribadian yang keduanya miliki saat ini, dipengaruhi karena luka dan trauma di masa lalunya. Akankan semesta mengizinkan keduanya untuk merajut sebuah rasa? Enjoy the novel and happy reading-!! Attention! Kisah ini hanyalah fiktif belaka yang ditulis untuk memberikan dan menyampaikan pesan pesan positif baik secara tersirat maupun tersurat kepada pembaca.

View More
Rasa Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Novica Ayu
Semangat selalu Zahra... ditunggu next chapter
2021-10-27 09:34:30
0
32 Chapters
Chapter 1
"Baik anak anak, ibu cukupkan pembelajaran kita hari ini dengan mengucap Alhamdulillah." salah satu ustadzah menutup jam pelajaran nya di kelas. "Alhamdulillah," jawab anak anak serentak, suaranya mengisi ruangan itu.Ustadzah Ainun menutup daftar hadir yang ada diatas meja. "baik, setelah ini silahkan persiapkan hafalan kalian ya. Ustadzah persilahkan untuk lanjut ke jam pelajaran berikutnya, yaitu tahfidz." Anak anak santriwati menyiapkan Al Qur'an dan sebuah buku yang berisi laporan hafalan masing masing, tak lupa mereka menyiapkan sebotol air mineral untuk dibawa ke halaqahnya. "Aya, Aya, tunggu..." Kyra mengejar langkah Ataya yang semakin cepat berjalan ke arah luar. Kyra, salah seorang santriwati pondok pesantren Darul Haq yang terkenal sangat ceria. Saat ini, ia duduk di kelas 10. Dirinya sangat dekat dengan Ataya, gadis remaja yang sudah ia kenal sejak masih di bangku sekolah dasar dulu. Ataya, biasa dipanggil Aya disana. Ini buk
Read more
Chapter 2
/Tok tok"Assalamualaikum, yuk bangun yuk. Kita shalat tahajud." ketukan dan suara seorang kakak kelas terdengar dari balik pintu. Di sepertiga malam tepatnya pukul 03.15 pagi, kakak kelas yang bertugas hari itu, pergi berkeliling untuk membangunkan santri santri disana.  "Huaah, wa'alaikumussalam." Kyra menguap dan menjawab salam dari luar dengan lemas. Matanya masih cukup berat. Di kamar itu, biasanya memang Kyra yang bangun paling awal. Dirinya bergegas menuruni tangga, kebetulan tempat tidur Kyra ada di bagian atas. Tak lupa, ia merapikan kerudungnya dan pergi membangunkan teman teman sekamarnya yang lain."Ayaa, bangun bangun. Yuk bangun yuk bangun. tahajud , tahajud," ujar Kyra dengan suara yang sedikit keras hingga akhirnya mengusik telinga teman teman yang masih terlelap tidur."Ayo bangun yuk! Bangun guys, waktunya tahajjud," teriak Kyra sekali lagi, membuat teman teman yang masih tertidur pun akhirnya terganggu dan memilih bangun.
Read more
Chapter 3
Di gedung santriwan,Hari itu adalah hari pertama bagi Abi di pesantren Darul Haq. Dirinya sungguh tak terbiasa dengan suasana disana. Abi memang sangat pendiam dan sulit sekali bersosialisasi dengan orang lain. Apalagi, dengan orang baru."Nah, ini teman baru kalian ya disini. Coba perkenalkan diri dulu nak." salah satu ustadz yang mengisi pelajaran pertama abi, mempersilahkan abi untuk memperkenalkan dirinya. Abi cukup canggung, sejak tiba di pesantren Darul Haq kemarin, jumlah Abi berbicara bisa dihitung dengan tangan. Abi mengangguk pelan menyutujui permintaan ustadznya."Assalamualaikum." Abi memulai dengan salam, mata dan pandangan nya masih tunduk ke arah lantai. "Wa'alaikumussalam," jawab teman teman dan ustdznya serentak. "Nama saya Abian Airuz Aldari. Saya duduk di kelas 12," ujarnya sangat singkat. Tiba tiba ia terhenti, ia kebingungan memperkenalkan dirinya. Keringatnya pun mulai menuruni dahi, terlihat sangat gugup.
Read more
Chapter 4
"Eh, besok bahasa indonesia bukan?" Kyra memulai pembicaraan di kamarnya. Para santriwati kini sudah berada di kamarnya masing masing, sebenarnya ini sudah waktunya mereka untuk tidur. Bel pun sudah berbunyi, tapi Kyra dan teman teman sekamarnya belum mengantuk."Eh, iya.""Ho oh.""Iya," jawab Ataya dan beberapa temannya berbarengan."Wawancara kan berarti?" Kyra mengangkat tubuhnya bangun, ia terlihat cukup antusias."Yoi.""Iyap.""Ho oh.""Iya kayaknya," jawab Ataya mengikuti temannya yang lain."Yeah, gak sabar, ah." Kyra kembali berbaring. Kini punggung bagian belakangnya sudah bersentuhan dengan ranjang mpuk yang diselimuti sprei polos."Dih, kamu mah suka ya kalo ada tugas wawancara?" tanya Ataya."Tau ih, suka banget keknya kalo ada tugas wawancara," sambung temannya."Ho oh, aku tak tertarik. Malas kali lah," ujar teman lainnya melengkapi"Seru lah, bisa keliling keliling pondok. Ket
Read more
Chapter 5
"Kyr, Kyr. Tugas yang ini udah selesai?" tanya seorang teman yang tiba tiba datang ke mejanya. Sebuah buku tulis terbuka di hadapan Kyra. Beberapa soal ditulis menurun dan masih kosong tanpa jawaban."E-eh, udah kok." Kyra yang tengah sibuk merapikan meja pun terkejut."Tuh ambil aja buku latihan Kyra. Jawaban Kyra bener tadi Alhamdulillah." dagunya sedikit ia angkat, mengarah pada buku tulis di pojok mejanya."Sip, makasih," jawab teman itu, kemudian membawa buku catatannya pergi. Itu bukan masalah yang besar bagi Kyra. Gadis kecil ini sangat suka jika bisa membantu teman teman sekelasnya./Tokk, tokkk"Assalamualaikum, haii hai. Coba liat sini dulu." Kyra bangkit dari duduknya. Ia mengambil sebuah penghapus papan tulis dan sesekali mengetuknya ke atas meja guru, ia mencoba meraih perhatian teman temannya sebentar."Wa'alaikumussalam," jawab teman temannya serentak. Seketika, mereka menghentikan aktivitasnya, dan memfokuskan perhatian pada
Read more
Chapter 6
"Ini sampai kapan sih kayak gini?" tanya seorang santriwan dalam pikirannya sebelum menikmati tidur malam yang panjang. Ya, itu Abian. Abian memang jarang berbicara, namun sebenarnya seribu satu pertanyaan sedang berlalu lalang di pikirannya. Santriwan lain sudah mulai bermain dalam dunia mimpinya masing masing. Tapi tidak dengan Abian. Menatap langit langit kamar yang luas, ia berbaring diatas ranjangnya. Hari itu, Abian mendapat tempat tidur di bagian atas. Ia sebenarnya, sangat tidak nyaman tidur di kasur yang tinggi, ia juga tak bisa bebas bergerak, karena kayu yang menyangganya itu sering kali berbunyi, ia tak mau mengganggu teman di bawah yang sedang tidur. Perlahan Abian bangun, kamar sebenarnya sudah gelap, tapi Abian sangat menyukai suasananya. Suasana yang jarang sekali ia dapatkan semenjak menjadi santriwan di pesantren itu. Abian gunakan waktu malamnya untuk introspeksi diri, mencoba menyelesaikan pertanyaan pertanyaan seputar hidup yang sejak tadi berlari lari di pikira
Read more
Chapter 7
“Abi, nanti ke ruangan ustadz ya. Ada yang ingin ustadz sampaikan.” ujar ustadz yang selesai menyimak setoran hafalan Abi pagi itu. Abi hanya diam mengangguk dan pergi kembali ke tempat duduknya di halaqah. Kali ini Abi duduk menyendiri di pojok sambil bersandar ke pagar. Tak heran jika itu menjadi bahan perbincangan santriwan lain, Abi memang sependiam itu. Memang tak sedikit yang mencoba mengajaknya mengobrol, tapi hasiulnya sama saja. “Eh, ajak ngobrol sana. Kasian sendirian si Abi,” ujar salah seorang teman memperhatikan Abi duduk sendiri menggenggam mushafnya.“Lah, biarin aja udah. Dari kemarin juga udah diajak ngobrol sama aja. Emang gitu kali anaknya.“ balas temannya. Sepertinya, banyak santri lain yang malas menanggapi Abi. Sikapnya sangat dingin.“Ho oh, biarin aja udah. Emang dia nyamannya sendiri gitu kali. Ustadz juga ngebiarin. Udah, biarin aja.” Saut teman lainnya yang mendengar. A
Read more
Chapter 8
“Kyr, nanti temenin ya ke gedung santriwan,” cetus Ataya saat sedang fokus menyelesaikan tugas prakarya.  “Mau ngapain ke gedung santriwan?” tanya Kyra terkejut.  “Biasa, uang saku Ataya abis. Kemarin Umma titipin ke abang. Ya, jadi mau ngambil uangnya ke abang.”  “Owalah, jadi kamu gak megang uang saku sekarang?”  “Sekarang masih, tapi tinggal dikit. Ya mungkin besok atau nanti sore. Ataya juga lupa uang yang sisa ada berapa.” “Oke, oke. Nanti Kyra temenin. Bilang aja kalo mau ambil ke gedung santriwan.” “Oke, thanks. Tapi eh tapi, Ataya gak tau kamar Abang sebelah mana. Haish, males sebenernya harus ngambil uang ke sana. Kudu nyari nyari kamar atau paling gak tanya sama ustadz.” Keluh Ataya. “Ya nanti ku temenin. Sanss, kita keliling gedung santriwan nanti.” “Jiakh, cuci mata ya kamu. Wuuuhh, iyooo makasih sebelumnya.” “Gak, astaghfirullah. Yooo, masama.”  Selesai sudah obrolan
Read more
Chapter 9
“Abangmu pendiem banget yaa, dingin dingin gimanaa gitu. Ngerii!!” ujar Kyra saat perjalanan kembali ke gedung santriwati. “Ho oh, emang gitu anaknya. Ngeselin kadang kadang, diajak ngomong kayak gak punya mulut. Diem aja,” balas Ataya merapikan kerdungnya yang sedikit berantakan. Keduanya pergi menuju kantin untuk membeli basreng favorit mereka. Anehnya, Kyra kini menjadi penasaran dengan sosok Abian yang sebenarnya, setelah tadi bertemu. Dia sebelumnya tak pernah melihat laki laki seperti Abian, sosok laki laki yang sangat menjaga pandangannya, dan sedikit berbicara. Benih benih kagum mulai tumbuh dalam benak gadis yang bernama Kyra itu. “Eh, iya abang mu kelas berapa? Lupa Kyra,” tany Kyra penasaran. Sebelumnya, Ataya sudah memberi trahu ia sepertinya, tapi sayangnya Kyra sangat pelupa. “Kelas 12, dia disini cuma setahun doang, habis itu lulus.” “Owalah, dah kela
Read more
Chapter 10
Sementara itu,Abian dengan kaus polosnya masih sibuk membaca Al – Qur’an di Masjid. Abian memaksakan dirinya untuk keluar kamar sendiri dan menghabiskan waktu di Masjid. Besok sudah masuk pekan ujian tahfidz, Abian ingin mempersiapkan hafalannya semaksimal mungkin. Ia sangat menyukai suasana yang tenang disana. Jarang sekali Abian bisa menghabiskan waktunya untuk bisa napas tenang dan lega seperti ini. Seseram itu orang lain di mata Abian. Di pertengahan Abian membaca A- Qur’an, ia teringat adik perempuan yang menghampirinya sore tadi. Adik perempuan dengan seorang temannya,“Tadi siapa ya yang ngucap salam ke saya?” tanya Abi memutus fokusnya dengan mushaf yang ia genggam.“Kok saya risih kalo inget,” “Kayaknya, temen deket Aya,”Ucapnya dalam hati, sikap teman Ataya yang berjumpa dengannya tadi sore, cukup mengganggu Abian. Mungkin, karena lawan jenis. Sebelumnya, Abi belum
Read more
DMCA.com Protection Status