Share

155. Tragedi Malam Minggu I

Rabu melirik Katha yang sudah mengalihkan pandangan dan kembali fokus pada buku menu. Lebih tepatnya pura-pura fokus. Sebab, tubuh perempuan itu tidak bisa berbohong. Katha gemetaran dan wajahnya sudah memucat.

Sementara Rabu kembali mengamati wajah Brama sembari membiarkan Katha menyebutkan pesanan mereka. Lelaki itu setelah terkejut tadi, tampak biasa dan profesional. Seolah-olah dia tak mengenal Rabu dan Katha.

“Baik. Mohon ditunggu, ya.”

Setelah mengatakan itu, Brama berlalu dari meja mereka.

“Lo nggak apa-apa, Tha? Kita pindah restoran aja, yuk!” ajak Rabu. Dia menggeggam tangan Katha yang awalnya bertumpu di tas meja.

Katha menggeleng. “Gue nggak mau terlihat masih terpengaruh sama kejadian yang lalu, Bu. Itu sama aja bikin dia ngerasa menang,” jawab Katha.

Rabu menghela napas. “Dasar keras kepala,” gumamnya. Namun, tetap mengeratkan genggamannya di tangan Katha. Dia harap dengan begitu,

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status