Alagar menatap dengan kening berkerut saat Erresira membuka portal teleportasi gerbang dunia bawah. Ia merasakan getaran aneh di udara sekitar mereka, dan perasaan tidak nyaman mulai merayapi tubuhnya.
Begitu portal itu terbuka, energi sihir kegelapan yang sangat kuat mulai mengalir keluar, dan Alagar melihat bagaimana tubuhnya menyerap energi sihir kegelapan dengan cepat.Pedang kegelapan yang dipegang Alagar mulai bergetar hebat, seakan merasakan kekuatan baru yang muncul dari energi sihir kegelapan tersebut. Ia merasa seperti terhubung dengan dunia bawah yang menakutkan, dan hatinya berdegup kencang saat menyadari betapa besarnya kekuatan yang terserap masuk kedalam tubuhnya.Ekspresi wajah Alagar berubah menjadi lebih serius, matanya berkilau dengan kekuatan yang tak terkendali. Ia menggenggam erat pedang kegelapan, merasakan bagaimana energi kegelapan itu mengalir melalui tubuhnya, menguatkan sihirnya dan mengisi setiap sel tubuhnya dengan kekuatan yaErresira dengan tenang menyerap energi sihir dari pasukan Iblis yang berada di sekelilingnya. Tiba-tiba, cahaya putih yang menyilaukan menitupi wilayah hutan Arizon dan membentuk sebuah perisai cahaya raksasa yang menutupi seluruh wilayah hutan.Perisai tersebut berkilau terang dan memancarkan aura yang kuat, seolah-olah melindungi hutan Arizon dari kehancuran. Beberapa helai daun yang terkena sinar cahaya itu terlihat berpendar keemasan, menambah keindahan pemandangan tersebut.Suara telepati Dewa Agung menggema di benak para Dewa yang sedang berada di tengah-tengah pertarungan antara Alagar dan Erresira. "Kalian semua, cepat keluar dari sana, bantu kami menahan energi sihir mereka berdua dengan perisai cahaya!" perintahnya dengan tegas.Sunlong, Indra, dan para Dewa lainnya saling menatap dengan ekspresi terkejut dan cemas. Mereka segera berkumpul, menggabungkan kekuatan mereka untuk menciptakan portal teleportasi. Cahaya biru menyala di sekitar mereka, dan tanpa ragu, mereka mel
Alagar terhempas setelah menerima serangan dahsyat dari Erresira. Sihir kegelapan yang melindungi tubuhnya langsung mengeluarkan siluet perisai hitam layakannya manusia berjubah raksasa yang menyelimuti seluruh tubuh Alagar, melindunginya dari serangan Erresira.Kepulan asap tebal perlahan menyibak, dan sosok Erresira yang baru muncul di antara kabut. Penampilannya kini berubah drastis, hampir mirip dengan Alagar, namun ada perbedaan yang mencolok. Energi sihir kegelapan yang mengelilingi tubuh Erresira berwarna merah darah, berbeda dengan Alagar yang hitam pekat.Erresira mengangkat tangannya ke udara, memunculkan berbagai pola sihir kegelapan yang berjumlah banyak di depannya.Tak lama, puluhan siluet Naga bayangan muncul dari pola sihir tersebut, mengepulkan asap hitam dan bersiap untuk melancarkan serangan mematikan. Erresira mengepalkan tangannya erat, matanya menyala dengan kebencian yang mendalam. "Apa kau pikir hanya dirimu yang bisa meng
Yami, Verdas, dan para bawahannya terbang dengan cepat menjauh dari hutan Arizon, angin kencang menerpa wajah mereka dan rambut mereka berkibar liar akibat kecepatan yang mereka ciptakan. Mereka sadar betul bahwa hutan Arizon akan segera hancur lebur akibat sihir dahsyat yang dikeluarkan oleh Alagar. Ketegangan terasa di udara, dan saat itulah Verdas mengajukan pertanyaan yang menggantung di benak mereka semua."Yami, sihir apa itu sebenarnya?" tanyanya, nafasnya terengah-engah akibat terbang dengan kecepatan penuh. Matanya terpaku pada pola sihir besar yang melingkari seluruh wilayah hutan Arizon, seolah menelan hutan dalam pusarannya. Yami, yang terbang di samping Verdas, memicingkan matanya memerhatikan pola sihir tersebut, wajahnya terlihat khawatir namun tetap berusaha tenang.Wajah Yami tampak serius, dia menggeleng pelan. "Entahlah, aku tidak yakin seberapa kuat sihir pelahap yang dimiliki oleh Tuan, tetapi sepertinya sihir itu
Ledakan dahsyat yang berasal dari sihir penghancur mengguncang langit di atas hutan Arizon. Sihir hitam pekat memancarkan aura mengerikan yang menyelimuti seluruh wilayah hutan.Pepohonan raksasa yang telah berdiri selama berabad-abad tumbang satu per satu, bagaikan reruntuhan dominó yang tak berujung. Satwa-satwa yang tinggal di hutan berlarian ketakutan, mencoba mencari perlindungan dari kehancuran yang melanda temoat tinggal mereka.Udara menjadi panas dan pekat, asap hitam mengepul dari reruntuhan yang terbakar, menciptakan suasana mencekam yang menyelimuti seluruh hutan.Sihir penghancur yang begitu kuat dan dahsyat membuat semuanya hancur. Suara jeritan kesakitan terdengar dari para makhluk yang tinggal di sana sebelum lenyap.Hutan yang semula hijau dan subur perlahan berubah menjadi ruang hampa. sisa-sisa kehidupan yang pernah berkembang di hutan Arizon kini hanya tinggal kenangan.Seluruh pasukan Iblis berteriak frustas
Langit yang semula gelap pekat kini perlahan-lahan berubah menjadi cerah setelah pertarungan sengit antara Raja Erresira dan Alagar usai. Awan hitam yang menutupi langit kota mulai terpecah, sinar matahari kembali menembus dan menyeruak ke bumi, menyinari wajah-wajah para penduduk yang sebelumnya murung dan cemas.Begitu hebatnya pertarungan tersebut, hingga wilayah hutan Arizon yang subur kini berubah menjadi lautan luas. Air laut mengalir dengan deras memasuki kawah besar yang terbentuk akibat kehancuran daratan. Ombak menghempas pantai baru yang terbentuk, menciptakan pemandangan yang berbeda dari sebelumnya.Warga di seluruh wilayah kota sekitar hutan Arizon merasakan perubahan yang nyata. Beban di dada mereka seolah terangkat saat langit kembali cerah dan kehidupan kembali normal.Tampak senyum kelegaan menghiasi wajah-wajah mereka, menggantikan raut ketakutan yang sempat menyelimuti kota akibat energi kegelapan yang dikeluarkan Alagar.Suasana kota pun kembali ramai, anak-anak
Viona dan Alagar duduk berdampingan di ranjang, cahaya matahari yang masuk dari jendela menghiasi wajah mereka yang berbinar. Mereka terlihat begitu bahagia, seperti tak pernah merasakan kepedihan dan kesedihan yang sempat menyelimuti hidup mereka. Viona menatap Alagar dengan lembut, kemudian menundukkan kepalanya mengingat saat-saat air mata mengalir deras di pipinya ketika Alagar masih belum sadarkan diri."Alagar, apa kau masih ingat saat kita pertama kali bertemu?" tanya Viona dengan tatapan sedih.Alagar tersenyum kecil dan mengangguk, "Tentu saja. Aku tidak akan pernah melupakan saat pertama kali melihatmu. Wajahmu yang ceria itu berhasil membuat hatiku berdebar."Mereka lalu terdiam sejenak, menikmati kehangatan cinta yang kini menyatukan mereka kembali. Viona memegang tangan Alagar erat, ingin meyakinkan dirinya bahwa ini bukan mimpi, bahwa mereka kini benar-benar bersama."Viona, aku bersyukur kamu telah mengingat semu
Keesokan harinya, setelah dunia kembali aman, Viona dan Alagar menjalani kehidupan sehari-hari seperti biasa.Pagi yang cerah, Alagar mengantar Viona ke universitas dengan mobil mewahnya. Ketika mereka turun dari mobil, mata para mahasiswa dan mahasiswi langsung tertuju pada mereka."Astaga, apa itu benar-benar Tuan Muda Ruiz?" ujar salah satu mahasiswa dengan terkejut."Siapa wanita yang bersamanya?" tanya mahasiswi lainnya penasaran."Sepertinya mereka sangat dekat," tambah seorang mahasiswa lagi.Para mahasiswa dan mahasiswi yang melihat kedekatan Alagar dan Viona dari kejauhan, penasaran siapa wanita beruntung yang berhasil mendapatkan hati Alagar. Mereka terus berbisik-bisik dan memperhatikan setiap gerak-gerik Alagar dan Viona.Viona, yang merasa canggung dengan perhatian yang mereka terima, tersenyum malu dan menunduk. Alagar, yang menyadari rasa tidak nyaman Viona, menggenggam tangan Viona erat dan menatapnya dengan lembu
Setelah jam kuliah Viona selesai, terlihat dia pergi ke ruang rektor bersama dua sahabatnya seperti yang dikatakan Alagar."Viona, bagaimana bisa hubunganmu jadi sedekat itu dengan tuan muda Ruiz? Apa kau menggunakan guna-guna?" celetuk Clinton.Viona menghentikan langkahnya, menoleh ke arah Clinton dan langsung memukul perutnya dengan keras. Membuat pria gendut itu reflek langsung memegangi perutnya, menahan rasa sakit yang mendalam."Kau pikir aku perlu guna-guna untuk mendekati seseorang?" balas Viona dengan suara tegas, "aku tidak pernah mengharapkan hubungan apapun dengan tuan muda Ruiz. Kedekatan kami murni karena kebaikan hatinya, bukan karena aku menggunakan cara-cara licik seperti yang kau pikirkan!" tegasnya.Clinton tampak kaget dengan reaksi Viona, dia tersenyum getir melihat sahabatnya tersebut tampak marah.Hendri segera menenangkan situasi. "Viona, tenang saja. Clinton hanya bercanda. Kita harus segera ke ruang rektor sebel