Seseorang yang melewati Richard langsung terdiam sesaat, dia seperti mengenali wajah orang yang ada di tangan Richard.
"Kirana." gumam pria itu, dengan cepat dia membalikkan badannya, tapi terlambat, Richard sudah masuk duluan ke kamarnya dengan Kirana.
"Apa tadi Kirana? Ah ... mungkin aku berhalusinasi," ucapnya sambil menggaruk tekuk kepalanya yang tak gatal, dia pun masuk kedalam lift dan meninggalkan tempat itu.
Di dalam kamar, terlihat Richard sedang membaringkan tubuh Kirana diatas kasur, dia bisa melihat wajah Kirana yang natural tanpa make up.
Richard menggelengkan kepalanya, dia tak ingin memikirkan pikiran kotor yang akan membuat Kirana menjadi takut padanya.
Tak lama tiba-tiba bunyi ketukan pintu mengalihkan pandangan Richard, dia membuka pintu itu dan melihat Arnold dan Angelina yang membawa beberapa kantong obat.
"Apa Kirana sudah sadar?" tanya Angelina.
Richard menggelengkan kepalanya.
Angelina mengalihkan tatapan
"Kirana!"Langkah Kirana terhenti, dia menatap orang yang ada di depannya itu dengan kebingungan."Siapa?" batin Kirana.Orang itu langsung membuka topi yang dia pakai, Kirana yang menatap wajahnya langsung kaget seketika.Wajah yang sangat familiar baginya, wajah yang ingin dia lupakan seumur hidup, malah muncul di depannya seperti ini."Kamu gak kenal aku Kirana?" tanya Pria itu.Kirana masih agak shock, dia tak bisa menggerakan bibirnya, seakan-akan mulutnya enggan untuk berbicara."Aku Revano Admatja, pacar kamu dulu," ucap pria yang bernama Revano itu.Revano keluar dari lift dan berjalan maju kearah Kirana, tapi Kirana malah melangkah mundur karena belum terbiasa dengannya."Apa kamu takut sama aku?" tanya Revano, tapi Kirana masih tetap berjalan mundur dan menjaga jarak dengannya."Ternyata semudah itu kamu melupakanku Kirana? Sampai kamu menikahi Ceo games terbesar di asia, Richardo Elios." Revano me
TUTH!"Pliss ... angkat Revano," ucap seorang gadis yang tengah memakai pakaian seragam sekolahnya, dia baru saja lulus dari sekolah.Dia duduk di dekat taman yang agak jauh dari rumah, terlihat di sela-sela pipinya terdapat bekas air mata yang ia keluarkan tadi."Revano angkat dong ... kenapa disaat-saat seperti ini gak ada yang datang di saat aku butuh." Air mata gadis itu mulai mengucur kembali, dia menggigit kukunya hingga berdarah, rasa sakitnya tak sebanding dengan rasa sakit hatinya.TRING!Gadis itu menatap ponselnya yang berbunyi, dia berharap membaca sesuatu yang baik, tapi ternyata malah menghancurkannya."Maafkan aku Kirana, jangan telfon aku dulu dan sekarang aku sedang sibuk."Kirana membaca sms itu, hatinya menjadi sangat sakit, seseorang yang dia harapkan akan merangkulnya di saat seperti ini, malah menjadi penghancurnya."BRENGSEK! REVANO BRENGSEK!"Kirana menendang tanaman dan bebatuan kerik
KRING!!Bunyi suara telefon yang menggema di seluruh ruangan, bahkan sang pengguna menjadi pusat perhatian."Kenapa tidak angkat Revano?" tanya Ayahanda Surya Admatja.Revano menggelengkan kepalanya, dia mengambil ponsel dan mematikannya, pria yang baru saja lulus SMA itu, kini berhadapan dengan keluarga besarnya."Jadi apa Ayah akan memberikan 80% warisan kepada Revano?" tanya Rendy Admatja, kakak tertua Revano.Surya mengangguk pelan, dia menatap Revano dengan tulus sembari memegang tangan Revano."Bagaimana bisa? Revano masih kecil ayah, kenapa memberikan warisan sebanyak itu?" Hendra Admatja, kakak kedua Revano tak mau terima dengan semua omong kosong ini.Revano hanya bisa terdiam sambil meneguk ludahnya kasar, dia pikir setelah lulus dia akan bersenang-senang, ternyata tidak semudah itu."Apa kalian meragukan ucapanku?" Suara Surya terdengar datar dan dingin, hingga membuat kedua anak lelakinya menjadi diam.Hendra
"Kamu yang gila Richardo Elios, kenapa kamu melakukan sejauh ini untuk Kirana? Padahal kalian hanya menikah sebatas kontrak."Langkah Richard terhenti, dia kaget ketika Revano mengetahui perjanjiannya dengan Kirana, bahkan Arnold menutup mulutnya tidak percaya dengan apa yang dia dengar."Apa maksud kamu? Kirana istriku." Richard mencoba membalikkan suasana, dia takut Arnold akan mengetahui rahasianya."Istri? Bukankah kalian hanya menikah kontrak? Kamu pikir aku tidak tahu rahasiamu itu?" Revano tersenyum sinis ketika melihat wajah Richard yang panik."T--tunggu ... apa maksud kalian?" Arnold terlihat kebingungan, dia tidak mengerti dengan apa yang di bicarakan kedua orang ini.Arnold hanya tahu bahwa Richard dan Kirana menikah sah, dia tidak tahu bahwa ternyata temannya menikah kontrak dengan Kirana."Apa kamu tidak tahu?""DIAM!?" teriak Richard, dia dengan cepat menarik tangan Revano dan keluar meninggalkan Arnold yang kebingungan
"Kenapa kamu tidak bertanya tentang Revano?"Pertanyaan Kirana berhasil membuat pria di depannya menjadi diam, hening beberapa detik, hingga akhirnya dia kembali memakan makanan yang ada di depannya."Bukannya itu privasi kamu? Kenapa aku harus mencari tahu," jawab Richard sembari memakan satu gigitan steak.Senyuman pun mulai terlukis di pipi Kirana, gadis itu pikir Richard akan bertanya-tanya tentang Revano, apalagi mereka terlibat insiden tadi sore."Walau itu memang privasi kamu dengannya, aku gak mau lagi kamu berhubungan dengan pria brengsek itu," ucap Richard.Kirana mengangguk pelan. "Tentu saja, aku memang sudah tidak berhubungan dengannya, tapi entah kenapa dia tiba-tiba muncul kembali.""Kirana ... sesusah apapun kamu, jangan pernah berhubungan dengan dia, dia iblis."Perkataan Richard langsung membuat Kirana berpikir bahwa memang terjadi sesuatu antara Richard dan Revano.Kirana mengangguk pelan, dia tak ingin
Malam hari terasa dingin, air yang menyelimuti kedua insan itu bahkan tidak merasakan dingin pada tubuh mereka.Nafas kedua orang itu tak beraturan dan detak jantung mereka juga berdegup dengan kencang, bahkan suhu tubuh mereka benar-benar panas mengalahkan dinginnya air.Kirana tiba-tiba langsung berdiri dari pangkuan Richard, dia terlihat agak gugup dan bingun."Ma--masuklah, nanti kita kedinginan," ucap Kirana sedikit gugup.Richard tersenyum tipis, dia pun berdiri dari duduknya, dan berjalan mendekat kearah Kirana.Richard tiba-tiba melepaskan bajunya, dia pun menyandarkan baju itu kepada Kirana."Ayo masuk, nanti kamu kedinginan," ucap Richard dan berjalan menuntun Kirana.Mereka berdua pun melangkahkan kaki ke dalam hotel, walau sempat di tegur karena mereka basah dan di larang melewati lift, jadi Kirana dan Richard terpaksa berjalan melewati tangga.Kirana sedikit menggigil, padahal tadi dia bahkan tak merasakan di
Matahari terlihat sudah memancarkan sinarnya, terlihat burung-burung serta para wisatawan yang ikut meramaikan pagi ini."Apa sudah semuanya?" tanya Richard ketika matanya menatap gadis yang tengah selesai menutup kopernya.Kirana mengangguk pelan. "Sudah, apa Angelina dan Arnold sudah selesai yah?""Kita cek mereka saja," jawab Richard.Kirana langsung berlarian kecil sembari mengambil tangan Richard dan membuat mereka terlihat bergandengan tangan."Apa ini?" tanya Richard sambil tersenyum."Jalan saja," jawab Kirana malu-malu sambil menarik tangan Richard.Richard langsung tertawa lepas, baru kali ini dia melihat Kirana bertingkah seperti ini, padahal dulu Kirana selalu menjaga jarak dengannya.Mereka berdua pun keluar dari kamar, tapi langkah kaki mereka terpaksa terhenti ketika melihat seseorang di depan mereka.Senyuman Richard langsung memudar, wajahnya yang gembira menghilang dan di gantikan dengan wajah dat
KRINGG!!Sebuah panggilan telepon langsung mengalihkan pandangan kedua insan itu.Richard dengan cepat merogoh ponsel di saku celananya. Matanya menatap nama yang terpampang jelas di layar ponsel itu."Jessica Horen," batin Richard.Kirana bisa melihat perubahan wajah Richard, sepertinya dia sedang di telepon oleh seseorang yang tidak dia sukai."Siapa?" tanya Kirana.Richard dengan cepat langsung menyembunyikan ponsel yang ia genggam.Richard menggelengkan kepalanya pelan. "Bukan siapa-siapa.""Syukurlah ... aku pikir itu dari musuhmu, soalnya kamu terlihat seperti gugup," ucap Kirana merasa sedikit lega.Richard pun mematikan panggilan itu, dia langsung merangkul pundak Kirana."Jalan-jalan yuk, sebelum pulang," ajak Richard dan di jawab anggukan oleh Kirana.Mereka berdua pun saling membalas senyuman, dan melangkahkan kaki untuk keluar dari hotel.Saat keluar dari hotel, Kirana bisa merasaka