Share

Bab 5 : Rencana balas dendam

Ruswanda terkejut ketika istrinya menunjukkan bekas lipstik di bajunya. Ia bingung harus berkata apa. "Ini apa, Pah?" teriak sang istri.

Ruswanda mencoba menjelaskan, "Dengarkan Papah dulu, Mah!" Namun, istrinya tidak mau mendengar. "Apa yang harus Mamah dengarkan dari suami bajingan sepertimu!" ucapnya dengan tajam. Air mata istrinya berlinang. "Kamu menusuk hatiku dan melukaiku, Pah! Sekarang, ini adalah bukti yang jelas. Aku minta cerai denganmu, Pah!" Istrinya pergi dan mendobrak pintu kamar dengan keras, mengagetkan Pak Ruswanda. Tanpa ragu, Pak Ruswanda mengejar istrinya, tak mau tinggal diam.

Konflik rumah tangga mereka semakin memanas, dan masa depan mereka pun kini tergantung pada keputusan yang akan diambil.

"Mah! Tunggu, jangan tinggalkan Papah!" teriak Pak Ruswanda, tapi istrinya tidak mau mendengar. Tanpa ragu, dia lari dan mengambil salah satu mobilnya, meninggalkan rumah mereka. Pak Ruswanda, sebagai direktur perusahaan dan kepala keluarga, merasa kebingungan. Entah apa yang harus dia lakukan saat ini. Istrinya pergi dengan mobil pribadinya, meninggalkan dirinya dalam keheningan yang mencekam.

Namun, tanpa sepengetahuan Pak Ruswanda, Nayla telah mengikuti dari belakang saat Pak Ruswanda pulang. Nayla hanya ingin memastikan bahwa keluarga Ruswanda benar-benar hancur dan terpisah antara istrinya dan Pak Ruswanda. Strategi Nayla rupanya berhasil, dan dia hanya bisa tersenyum saat mendengar suara kegaduhan di rumah sang direktur. Istrinya pergi dengan mobilnya, dan tak seorang pun tahu kemana dia akan pergi.

Nayla yang menyaksikan itu semua, ia merasa puas dengan hasil yang dicapainya. Keluarga Pak Ruswanda telah hancur, dan dia merasa berhasil. Dalam hatinya, dia bergumam, "Yes, akhirnya berhasil juga membuat keluarga Pak Ruswanda hancur." Namun, dia menyimpan senyumnya untuk dirinya sendiri.

Saat itu, selang beberapa menit, Pak Ruswanda rupanya mengejar istrinya dengan mobil pribadinya. Karena bagaimanapun juga, Pak Ruswanda berselingkuh dengan Nayla hanyalah bermain-main saja. Karena Ruswanda masih mencintai istrinya.

"Tin! Tin!" Suara klakson yang begitu kencang terdengar dari mobil Pak Ruswanda di belakang. Ia langsung menancapkan gas sehingga mobil istrinya bisa diapit oleh mobil sang direktur. Mobil yang dikemudikan istrinya langsung berhenti setelah suaminya menghalangi jalannya. Saat itu juga, Pak Ruswanda keluar dan mengetuk pintu mobil istrinya.

"Mah! Tolonglah beri kesempatan, Papah. Papah tak ingin pisah denganmu," teriak Ruswanda. Dan pada akhirnya, sang direktur pun bisa meluluhkan hati sang istrinya. Wati, itulah sebutan untuk istri Pak Ruswanda.

Wati, dengan hati yang terguncang, memandang suaminya. Air mata masih mengalir di pipinya, dan dia merasa bingung. Namun, ketika melihat ekspresi Pak Ruswanda yang penuh kerinduan dan ketulusan, hatinya luluh. Dia membuka pintu mobil dan keluar.

"Dengarkan baik-baik, suamiku," ucap Wati dengan suara lembut. "Aku tidak ingin perpisahan ini terjadi, tapi kita harus menyelesaikan masalah kita. Kita perlu bicara lebih lanjut."

Pak Ruswanda mengangguk, dan keduanya duduk di kursi mobil. Di bawah cahaya bulan, mereka berbicara tentang perasaan, kekhawatiran, dan masa depan mereka. Wati masih ragu, tapi dia tahu bahwa cinta dan komitmen mereka layak untuk diperjuangkan.

Malam itu, di bawah langit yang penuh bintang, mereka berjanji untuk saling mendengarkan dan mencari solusi bersama. Keputusan tentang kelanjutan pernikahan mereka akan diambil dengan bijaksana, dan mereka berdua berharap untuk menemukan jalan yang terbaik.

+++

Pagi yang sangat cerah menyinari gedung perusahaan pusat. Semua karyawan kembali ke rutinitas mereka, mencoba melupakan masa-masa sulit yang baru saja terjadi. Data keuangan telah diperbaiki, Mustafa dan Alex dipecat sebagai konsekuensi dari skandal yang mengguncang perusahaan.

Namun, Mustafa, anak angkat dari ayahnya Ruswanda, masih berada di luar jeratan hukum. Meskipun dia adalah biang kerok dari semua masalah ini, kasih sayang Ruswanda membuatnya terhindar dari konsekuensi yang seharusnya dia terima. Ruswanda memaafkan kesalahan Mustafa karena ayahnya telah memberikan kasih sayang padanya, Sehingga ia mengabaikan fakta bahwa anak angkat ayahnya sendiri telah merusak reputasi perusahaan.

Bagaimanapun dengan Mustafa, tidak akan berhenti sampai di situ. Dendamnya terhadap Sudarta semakin membara. Sudarta, yang kini telah membantu Ruswanda memulihkan perusahaan, menjadi target balas dendam Mustafa.

"Sialan kau, Sudarta! Aku akan membalas dendam atas perbuatanmu," Mustafa menggertakkan giginya, mata memerah karena amarah. Sudarta, musuh bebuyutannya, telah merusak segalanya. Namun, tiba-tiba suara anaknya memecah keheningan.

"Ayah! Apa ada di dalam kamar?" tanya Abidin.

Mustafa merenung sejenak. Ide balas dendam melalui anaknya muncul di benaknya. Dia tahu bahwa anaknya adalah kunci untuk menghancurkan Sudarta, musuh bebuyutannya.

Dengan hati-hati, Mustafa merencanakan langkah demi langkah. Dia akan memanfaatkan hubungan dekat antara Abidin dan Sudarta. Pertama, dia akan memancing Sudarta agar semakin dekat dengan Abidin. Kemudian, dia akan mengungkapkan rahasia yang dapat mengguncang dunia Sudarta. Mustafa tahu bahwa rencananya berbahaya. Namun, dendam dan keinginannya untuk membalas Sudarta telah menguasai pikirannya.

"Sebentar, ayah akan keluar, Nak!" kata Mustafa dengan suara bergetar. "Atau kamu masuk ke dalam saja," lanjutnya, matanya memandang tajam.

Abidin menatap ayahnya, wajahnya penuh pertanyaan. Dia memasuki kamar, dan suasana tegang semakin terasa.

"Abidin, apa yang ingin kamu lakukan hari ini?" tanya Mustafa, suaranya rendah.

"Ayah, apakah ayah tidak bekerja hari ini?" kata Abidin, mencoba memahami situasi.

"Tidak, Nak. Ayah sudah dipecat," jawab Mustafa dengan tegas.

Kemudian, Mustafa menceritakan segalanya kepada anaknya. Dari awal hingga akhir, dia menguraikan skandal dan tujuannya. Abidin akan menjadi pemain kunci dalam benang-benang balas dendam ini, dan semuanya tergantung pada keberanian dan kesetiaannya.

Abidin menatap ayahnya dengan mata terbuka lebar. Cerita yang Mustafa bagikan padanya mengguncang dunianya. Dia merasakan beban tanggung jawab yang tak terduga, seolah benang-benang skandal dan dendam telah mengikatnya.

"Apakah kita harus melakukan ini, Ayah?" gumam Abidin, suaranya gemetar. "Apakah ini benar-benar satu-satunya cara?"

Mustafa memandang anaknya dengan penuh harapan. "Kita harus mengakhiri ini, Nak," katanya tegas. "Sudarta telah merusak segalanya. Kita harus memulihkan kehormatan keluarga kita."

Abidin menggigit bibirnya, memikirkan apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Benang-benang skandal dan pengkhianatan semakin rumit, dan dia merasa seperti berada di ambang keputusan yang mengubah segalanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status