Reyhan panik.
Setengah berlari, dia beralih pada tas kantornya untuk mengambil charger. Diapun langsung mengisi ulang baterai ponselnya yang hampir sekarat. Bahkan tanpa sempat dia menutup kembali pintu apartemennya sepeninggal Yura tadi.
Dia mulai menyalakan kembali ponselnya yang masih tersambung pada kabel charger. Hatinya benar-benar cemas. Dia takut Katrina akan salah paham padanya.
Begitu ponselnya sudah kembali menyala, Reyhan langsung menghubungi Katrina saat itu juga.
Panggilan pertama tidak ada jawaban.
Panggilan kedua pun sama.
Tapi Reyhan tidak mau menyerah. Dia terus mencoba memanggil dan memanggil lagi.
Angkat, Trina... Angkat...
Bisik Reyhan dalam hati. Dia benar-benar khawatir.
Sampai pada panggilan ke dua puluh, Katrina tidak kunjung mengangkat Video Call dari Reyhan.
Reyhan menghela nafas panjang dan menghembuskannya dengan cepat. Dia membanting tubuhnya ke atas ranjang tempat tidur setelah menaruh kembali ponselnya di atas meja.
Reyhan menatap langit-langit kamar apartemennya yang bernuansa putih. Cukup lama. Hingga setelahnya dia justru memejamkan mata.
Bayangan Katrina seolah muncul di dalam pikirannya. Dia rindu Katrina. Dia rindu istrinya dan bayi mungilnya, Akmal.
Siluet-siluet indah saat-saat kebersamaan mereka terus berputar di memori ingatan Reyhan.
Terlebih malam-malam romantis saat dirinya dan Katrina sedang bercinta. Reyhan sadar dirinya hanya manusia biasa yang memiliki nafsu. Apalagi setelah tadi dia harus di suguhkan dengan panorama indah lekuk demi lekuk tubuh mulus nan mempesona milik Yura. Terlebih tatapan mata Yura yang seolah mengingatkannya pada tatapan sejuk milik seorang wanita yang sangat dia cintai.
Katrina...
Katrina...
Katrina...
Reyhan mengulang nama itu tiga kali dalam hatinya. Seperti yang biasa Katrina katakan kepadanya.
"Kalau Kakak rindu aku, panggil saja namaku tiga kali dalam hati, aku pasti akan datang,"
Reyhan jadi tersenyum-senyum sendiri.
Dia jadi merasa seperti anak kecil yang sedang bermain permainan konyol.
Hingga setelahnya Reyhan pun membuka mata. Dalam samar dia seperti melihat bayangan seseorang berdiri dihadapannya.
Awalnya dia tidak percaya. Tapi saat penglihatannya mulai jelas, Reyhan justru dibuatnya terperangah hebat, dia bangkit saat itu juga dari atas ranjang tempat tidurnya.
Reyhan mengucek matanya dua kali. Mencoba memastikan kembali bahwa penglihatannya kali ini tidak salah. Terlebih dia tidak sedang bermimpi.
Saat tiba-tiba dilihatnya seseorang yang kini tengah berdiri dihadapannya dengan pakaian tertutup.
Dia Yura.
*****
"Yura?" teriak Reyhan kaget.
"Maaf ya, aku langsung masuk, soalnya pintunya tidak tertutup tadi," ucap Yura, dia jadi tidak enak hati.
Yura masih mengenakan masker di wajahnya, hanya saja kini tubuhnya di tutup oleh sweater tebal selutut. Bukan pakaian tidur minim seperti tadi. Dengan pakaian seperti itu dia jadi terlihat seperti anak kecil. Imut sekali. Pikir Reyhan dalam hati.
"Ada apa lagi?" tanya Reyhan kemudian.
"Kran air di dapurku bocor, bisa minta tolong sebentar untuk menggantinya dengan yang baru? Aku sudah menelepon bagian engineering apartemen tapi lama sekali datangnya. Bahkan aku sudah menelepon sejak sore tadi. Bocornya lumayan besar jadi airnya mengalir terus," tutur Yura menjelaskan.
Reyhan berpikir sejenak hingga setelahnya dia bangkit untuk berdiri.
"Baiklah. Mari aku bantu," Reyhan berjalan di depan diikuti oleh Yura dibelakangnya.
Yura yang diam-diam terus menyembunyikan senyum licik di balik masker yang menutup wajahnya.
***
"Assalamualaikum sayang..." Reyhan tersenyum sumringah, karena pada akhirnya dia berhasil juga menghubungi istrinya.
Sehabis membantu Yura memasang kran air di dapur apartemen wanita itu tadi, Reyhan langsung kembali ke apartemennya dan menolak dengan halus tawaran Yura untuk mengobrol bersama terlebih saat Yura menyodorkan satu botol minuman beralkohol kepada Reyhan.
Reyhan tidak suka beer dan lagi dia juga tidak mau berlama-lama hanya berdua saja di dalam satu ruangan tertutup bersama wanita lain yang jelas-jelas bukan mahramnya. Meski setelahnya, Reyhan sempat mendapati ekspresi kesal dari tatapan mata Yura. Entah kenapa Reyhan merasa kalau Yura itu bukan wanita baik-baik.
"Waalaikum salam." Jawab sebuah suara di seberang. Nada bicaranya terdengar dingin.
"Marah ya?" tanya Reyhan to the point. Dia sangat paham sifat istrinya jika nada bicaranya sudah seperti itu.
Katrina tidak menjawab.
"Hallo? Trina? Kamu masih di situkan?" Reyhan menukar posisi ponselnya ke telinga kanan. Lalu dia merebahkan tubuhnya di atas ranjang tempat tidurnya.
"Gemes deh kalau udah ngambek? Jadi pengen cium kamu," Reyhan mencoba menggoda Katrina, mungkin dengan sedikit rayuan gombal ala recehnya hati Katrina bisa luluh. Pikir Reyhan membatin.
"Halo? Trina? Kok diem sih?" Reyhan kembali bicara ketika Katrina tak kunjung bersuara.
"Siapa wanita yang bernama Yura?" sambung Katrina cepat.
Reyhan tertawa pelan. Oh, jadi itu masalahnya?
"Yura itu, tetangga sebelah apartemenku di Busan. Kemarin ponselku tertinggal di apartemen Yura, makanya aku jadi tidak bisa menghubungimu. Maaf ya..."
"Tertinggal?" lagi-lagi Katrina memotong kalimat suaminya.
"Ya, kemarin malam itu ada masalah yang cukup serius menimpa Yura. Aku sendiri kurang mengerti apa masalahnya, tapi dari apa yang telah aku lihat, sepertinya Yura telah menjadi korban pemerkosaan," jelas Reyhan apa adanya.
Katrina cukup terkejut, meski dia merasa harus tetap melanjutkan interogasinya.
"Lalu, Jam berapa tadi kakak mandi?" tanya Katrina lagi.
Kening Reyhan berkerut samar. Mandi jam berapa? Dia mengulang pertanyaan Katrina dalam hati. Pertanyaan yang menurutnya sedikit aneh.
"Aku mandi jam..." Reyhan mencoba mengingat-ingat jam berapa tadi dia mandi.
"Jam delapan lewat, mau setengah sembilan. Memangnya ken..." apa.
"Kakak mandi dimana?" Katrina kembali menyela kalimat Reyhan. Dia bertambah gelisah.
Reyhan tertawa keras mendengar pertanyaan istrinya. Katrina ini kenapa sih sebenarnya?
"Aku mandi di kamar mandilah, masa aku mandi di tengah jalan? Nanti banyak yang minta foto lagi," Reyhan tertawa terbahak-bahak.
"Aku lagi nggak bercanda, Kak!" balas Katrina emosi.
"Oke-oke serius deh," ucap Reyhan lagi di sisa tawanya. Mungkin ini efek PMS. Biasalah wanita, pikir Reyhan lagi.
"Tadi, wanita yang bernama Yura itu yang angkat panggilan Video aku. Dia cuma pakai handuk yang bahkan keadaannya hampir melorot, terus dia bilang kakak sedang mandi, bahkan dia melongok ke dalam kamar mandi seolah-olah dia sedang berbicara dengan Kakak di kamar mandi... " Katrina menghentikan kalimatnya. Dia mulai menangis terisak dan sesenggukan seperti anak kecil.
Sementara Reyhan yang mulai menyadari kalau istrinya sekarang sedang menangis, hanya diam mendengarkan apa yang dikatakan sang Istri kepadanya.
"Lalu... Lalu dia bilang padaku katanya Kakak menyuruhku untuk menghubungi lagi nanti, karena Kakak belum selesai mandi. Semua itu bohongkan?" Tangis Katrina semakin pecah.
Reyhan sendiri jadi tidak mengerti, dia percaya istrinya tidak mungkin berbohong. Tapi, apa motif Yura melakukan itu semua? Reyhan benar-benar tidak habis pikir.
"Trina, seharian tadi sepulang dari kantor, aku tertidur di apartemenku sampai malam. Soalnya sejak sore tadi aku pulang dari kantor dan berniat untuk mengambil ponselku di apartemen Yura, tapi Yura belum pulang ke apartemennya. Dan baru malam ini dia mengembalikan ponselku. Percaya padaku Trina. Memangnya selama ini aku pernah membohongimu? Tidakkan?" tutur Reyhan yang mulai cemas.
Katrina terdiam untuk beberapa saat, hanya isakan tangisnya yang terdengar di telinga Reyhan.
"Sudah jangan menangis terus," pinta Reyhan.
"Benarkan Kakak tidak berbohong?"
"Astagfirullah al-adzim, Trina... Sumpah demi kamu dan Akmal, aku tidak berbohong!"
"Lalu bagaimana ceritanya ponsel Kakak bisa tertinggal di apartemen Yura?"
Reyhan mendesah berat dan terpaksa mengulang ceritanya tadi mengenai insiden yang terjadi di apartemen Yura kemarin malam.
Katrina mendengarkan sembari sesekali beristighfar. Dia jadi ikut prihatin.
"Sudah mengerti sekarang?" ucap Reyhan saat selesai dengan ceritanya.
"Iya. Maaf kalau aku sempat berpikir buruk tadi. Habis aku syok melihat Yura di Video Call itu. Kakak jangan terlalu dekat dengan dia. Aku tidak mau Kakak jadi terlibat dengan masalah orang lain yang ujung-ujungnya merugikan diri kakak sendiri,"
"Loh.. Kok kamu bicaranya seperti itu? Bukankah dalam Islam kita di ajarkan untuk saling tolong menolong antar umat beragama?"
"I-iya sih... Tapikan kalau malah merugikan diri sendiri juga tidak baik. Ya sudah, kalau begitu aku tidak jadi pergi ke Busan minggu depan,"
"Loh kenapa tidak jadi?"
"Kan aku sudah tahu kalau masalah Yura tadi tidak benar,"
"Oh... Begitu? Ya sudah kalau begitu aku buat menjadi benar saja, supaya aku bisa lebih cepat bertemu dengan istri dan anakku, bagaimana?" ancam Reyhan seraya tersenyum jahil.
"Enak saja! Awas ya kalau sampai macam-macam?" ancam Katrina balik. Reyhan kembali tertawa, membayangkan wajah istrinya dalam keadaan seperti ini pasti sangat lucu.
"Ya, aku sih tidak memaksa. Kesehatanmu jauh lebih pentingkan? Oh ya, Akmal sedang apa?"
"Baru habis pup, lalu aku ganti popoknya. Terus aku susui dia langsung tidur,"
"Kamu tidak tidur?"
"Kakak juga tidak tidur?"
"Aku merindukanmu, jadi tidak bisa tidur,"
"Kan sudah kubilang, kalau rindu aku,"
"PANGGIL SAJA NAMAKU TIGA KALI, AKU PASTI LANGSUNG DATANG!"
Reyhan dan Katrina mengatakan kalimat itu secara bersamaan dengan suara yang keras, hingga setelahnya merekapun tertawa bersamaan juga.
Malam ini, tak apalah mereka melepas rindu hanya melalui suara.
Meski jarak memisahkan tapi hati mereka tetaplah satu.
Itulah karunia sang Ilahi yang mampu mempersatukan dua hati. Berjuta maknanya indah, karena cinta yang sejati.
***
Pantai Haeundae terlihat perkasa dengan ombak yang relatif besar dan angin yang kencang. Karena daerah Busan ini di kelilingi pegunungan dan pantai, suasana pantainya dingin dan sejuk. Pantai ini bersih dengan lautan pasir yang menambah daya tariknya. Cocok bagi mereka yang ingin menghabiskan waktu liburan bersama keluarga. Menikmati keindahan pantai dan pemandangan gedung-gedung tinggi serta beberapa resort disekitar Pantai Haeundae. Semua panorama itu membuat suasana pantai terasa agak berbeda.
Suara ombak yang menghantam pantai sangat merdu di telinga Reyhan. Dentumannya menenangkan hati.
Weekend ini, Reyhan bosan berada di apartemen seharian.
Sendirian.
Maka jadilah, dia meminta Pak Satoshi mengantarnya berkeliling sejenak untuk mengusir penat.
Reyhan masih duduk sendirian di bibir pantai Haeundae saat matahari senja mulai beranjak turun dari peraduannya. Dia masih asyik berkhayal dengan imajinasinya sendiri.
Reyhan membayangkan sore ini dia dan Katrina ada di sini, beserta Akmal. Pasti rasanya akan sangat menyenangkan. Bisa bermain air di tepi pantai. Membangun istana pasir serta berlarian bebas dan tertawa bersamaan. Meski hanya sebatas khayalan. Tapi cukup untuk mengukir senyuman. Dan rasanya sangat nyaman.
Reyhan kembali teringat dengan permainannya dengan Katrina. Saat rindu, dia bisa memanggil nama istrinya tiga kali. Hal itu sudah seringkali dia lakukan dan bisa dikatakan cukup berhasil untuk membunuh rasa rindunya yang semakin hari semakin menyiksa.
Reyhan mulai menutup mata dan mengucapkan lagi dan lagi, satu nama itu di dalam hatinya. Tiga kali.
Hingga sesuatupun terjadi.
Reyhan membuka matanya dan mendapati sesosok wanita kini duduk tepat disampingnya seraya memandang ke arahnya.
"Hai?" sapa wanita itu. Dia tersenyum manis dibalik masker wajahnya.
Reyhan yang terkejut, reflek melepas kacamata hitam yang dia gunakan.
"Yura?"
"Kenapa? Setiap melihatku seperti melihat hantu saja?" ucap Yura cemberut.
Reyhan tersenyum tipis. Dia pikir, Yura tidak akan berani mendekatinya lagi setelah kemarin, Reyhan memarahi wanita itu karena kelakuannya hampir membuat hubungan Reyhan dengan Katrina berantakan. Dan Reyhan jelas tidak menyukainya. Ditambah lagi, setelah Yura mengatakan dengan sangat santainya, bahwa apa yang dia lakukan waktu itu di dalam Video Call dengan Katrina hanya iseng belaka. Yura bilang, dia hanya ingin melihat sejauh mana hubungan Reyhan dan Katrina itu bisa terjalin dengan baik disaat mereka harus hidup saling berjauhan. Padahal diam-diam, Yura tak henti-hentinya memaki dalam hati karena rencananya kembali gagal. Termasuk rencananya saat dia ingin membuat Reyhan mabuk. Nyatanya laki-laki itupun tidak suka meminum-minuman beralkohol. Sungguh sosok laki-laki yang sangat ideal.
"Aku sudah dimaafkan belum?" tanya Yura lagi, memulai percakapan.
"Apa? Maaf?"
"Iya, maaf? Masalah video call itu?"
"Asal kamu tidak kembali macam-macam untuk terlalu ikut campur dalam masalah rumah tanggaku, aku sih fine-fine saja."
"Oke, janji. Aku tidak akan iseng lagi," Yura mengacungkan jari kelingkingnya di depan hidungnya.
Reyhan tersenyum tipis dan kembali menatap arah laut.
"Katrina itu pasti sangat beruntung ya?" ucap Yura saat mereka sempat terdiam untuk beberapa saat. Yura mengikuti arah pandang Reyhan.
"Bukan Katrina yang beruntung, tapi aku yang beruntung bisa memiliki dia." ucap Reyhan dengan penuh keyakinan.
"Aku sudah melewati ratusan purnama, mengarungi luasnya samudra, menerjang ribuan badai nestapa dan menunggu di ujung getir asa yang hampir binasa, hanya demi mewujudkan mimpiku menjadi nyata, yaitu hidup bersama Katrina, sampai akhirnya aku harus menutup mata,"
"Wowww... Syair yang hebat tuan Reyhan. Pujangga cinta ternyata?" puji Yura takjub. Dia sempat bertepuk tangan beberapa kali.
"Itukan hanya sekedar kata-kata. Ada yang lebih hebat dari itu, kamu mau tau?"
"Apa?"
"Rasa cintaku pada Katrina. Tidak dapat diungkap dengan bahasa apapun, kata apapun, kalimat apapun, bahkan dengan apapun yang ada di dunia ini."
Yura tertegun.
Kalimat itu dirasanya sangat berlebihan hanya untuk mengekspresikan sebuah perasaan yang kita miliki pada seseorang. Tapi, hal itu jadi terasa pas saat seorang Reyhan yang mengatakannya. Kalimat itu terdengar tulus dengan tatapan mata yang penuh dengan kejujuran. Bahkan Yura sampai dibuatnya tidak dapat mengalihkan pandangannya selain ke arah Reyhan. Sedikitpun.
"Katrina itu seperti bidadari bagiku. Dia sempurna. Dia cantik, dia manis, dia baik, dia wanita yang sholehah, dia pintar, dia anggun. Aku mengenalnya sejak SMA. Dia cinta pertamaku. Tapi saat itu, sayangnya, aku dan dia berbeda agama. Katrina itu seorang muallaf. Dulu agama Katrina sama dengan agamamu sekarang, Katolik. Sampai akhirnya dia mendapat hidayah lalu masuk islam. Kamu percaya tidak, kalau aku bertahan dengan status jomblo sampai lebih dari sepuluh tahun, cuma demi Katrina. Perjalanan cinta kami itu begitu rumit dan panjang, sangat panjang bahkan. Tapi, pada akhirnya, aku dan dia kini dipersatukan juga. Dan aku sangat bersyukur bisa memiliki Katrina dalam hidupku. Aku merasa jadi laki-laki paling beruntung sedunia." Senyum terus terukir di wajah Reyhan saat dia kembali flashback pada cerita panjang masa lalunya bersama Katrina.
Tanpa sedikitpun dia menyadari, bahwa ada hati lain yang patah mendengar semua perkataan itu. Ada hati lain yang membenci saat mendengar semua kenyataan itu.
Yura mengerti sekarang, mengapa Reyhan sangat sulit didekati. Dan semua itu karena perasaan cinta laki-laki itu yang begitu besar dan luar biasa untuk Katrina, saudara kembar Yura sendiri.
Lantas, mampukah Yura menembus dinding pembatas cinta suci mereka?
Mampukah Yura memutus tali cinta yang kokoh yang telah mereka bentangkan selama ini? Mampukah Yura membunuh perasaan mereka yang telah terjalin abadi di dasar sanubari? Dan mampukah Yura menemukan apa arti dibalik kata cinta sejati?Meski sulit, meski rumit, meski harus sakit dan terbelit cinta yang pahit, tapi Yura tidak akan berhenti, apalagi menyerah. Kata menyerah tidak ada di dalam kamus kehidupan seorang Souyura Yeon Jin.
Dan untuk mewujudkan apa yang ingin diraih, tentu harus ada usaha dan pengorbanan.
Yura akan terus mencoba.
Meski harus dengan cara kotor sekalipun.
Sebaik apapun seorang Reyhan, dan se-setia apapun dia pada istrinya, dia tetaplah seorang lelaki yang butuh belaian wanita.
Mungkin Yura hanya perlu sedikit bersabar.
Yura pastikan, cepat atau lambat, Reyhan pasti jatuh dan bertekuk lutut dihadapannya.
Jangan lupa vote dan komentar ya supaya author semangat update...
Yura terlihat gelisah. Dia kehabisan akal. Dia bingung. Dia kalut. Dia frustasi. Karena itulah dia terus mundar-mandir kesana kemari tidak jelas sejak tadi di dalam apartemennya sendiri. Dia terus berpikir dan memutar otak untuk mencari cara jitu demi menaklukan hati Reyhan. Segala usaha sudah dia lakukan, segala cara sudah dia tempuh untuk mendekati Reyhan, tapi kenyataannya laki-laki itu memang ajaib, susah sekali di rayu atau di goda. Reyhan terus menolak ajakan Yura setiap kali Yura mengajak laki-laki itu keluar untuk sekedar berjalan-jalan berkeliling menikmati indahnya kota Busan. Jangankan berjalan berkeliling, bahkan saat Yura hanya mengajaknya untuk sekedar duduk-duduk dan mengobrol di loby apartemenpun, lelaki itu menolaknya dengan halus. Sejauh ini, Reyhan itu lebih sering mengurung diri sendirian di ap
"Rencanamu ini gila, Yura! Aku tidak setuju!" tegas Keke pada Yura. Keke baru saja memastikan apakah Yura benar-benar akan melancarkan aksi terlarangnya itu. Kini mereka sedang berada di dalam ruang make up aktris. "Aku tidak punya pilihan lain. Reyhan harus aku dapatkan sebelum wanita bernama Katrina itu datang ke sini," Yura berbicara tanpa menatap wajah Keke. Dia sudah tersesat oleh pesona Reyhan. Dia tidak mau gagal. "Jangan melampiaskan dendammu terhadap Soumi pada orang lain. Apalagi dia saudara kembarmu sendiri. Lagipula, Reyhan itu berbeda dengan Min Hyuk. Reyhan itu laki-laki baik. Jika rumah tanggamu pernah di rusak oleh orang lain, lantas, apa dengan merusak rumah tangga orang lain bisa membuat perasaanmu jadi lebih baik? Ayolah... Yura, jangan persulit hidupmu sendiri," "Tapi aku mencintai Reyhan. Katrina sudah memiliki segalanya yang bahkan tidak satu pun aku miliki. Lalu, apa salah jika aku hanya mengingin
Suasana kantor sore itu sudah sepi. Tapi Seo Jun belum juga mau beranjak dari kursi kerjanya di ruangan meeting. Seo Jun membaca kembali isi surat yang di berikan Keke kepadanya. Teruntuk Seo Jun. Selama dua minggu ke depan tolong awasi gerak gerik Yura dengan seorang laki laki tetangga apartemennya. Aku ada keperluan mendesak selama dua minggu ke depan. Untuk sementara waktu tugasku sebagai asisten pribadi Yura akan kuserahkan pada orang lain dulu. Aku sudah menghubungimu berkali-kali tapi tidak ada jawaban. Aku tahu kamu masih marah pada Yura, tapi Yura membutuhkanmu Seo Jun. Kunjungilah Yura di apartemennya selagi kamu ada waktu senggang. Hibur dia Seo Jun, seperti dulu kamu selalu memberinya perhatian. Yura merindukanmu. Aku
Seorang laki-laki dengan bahasa tubuhnya yang lemah gemulai dan feminim, terlihat histeris saat melihat seorang wanita masuk ke dalam salon miliknya. "Hai, Yura? Apa kabar? Sudah lama kamu tidak mampir? Hm, mentang-mentang sudah menjadi selebriti ngetop, somse deh," sapa Min Ho, alias Mimi. Dia termasuk salah satu Hair Stylish yang cukup populer di kalangan aktris dan aktor di Industri hiburan Korea. Bahkan salonnya sudah masuk ke dalam daftar lima salon terbesar di Korea. Mimi terlihat begitu sumringah menyambut kedatangan Yura. "Hari ini aku merasa sangat baik. Coba lihat, aku baru saja selesai berbelanja. Nanti malam, aku ada kencan spesial," bisik Yura. Dia tersenyum lebar. Mimi memperhatikan seluruh belanjaan Yura. Banyak sekali memang. Lalu pandangan Mimi mulai jatuh pada sosok Yura. Sepanjang sejarahnya dia mengenal sosok Yura, Yura itu termasuk dalam salah satu daftar aktris korea yang di bilan
"Saya sudah melihatnya di Bandara. Dia datang bersama empat orang wanita dewasa dan tiga orang balita, Nona Yura. Mereka baru saja keluar dari Bandara. Sepertinya mereka baru akan memesan taksi. Saya akan menghampiri mereka dan menawarkan jasa taksi pada mereka." "Oke, terima kasih. Pastikan hubungi aku kembali saat kalian sudah sampai di parkiran gedung apartemenku," "Baik, Nona Yura." Klik. Percakapan di telepon itu pun di putus. Yura menatap pantulan dirinya sekali lagi di depan cermin. Yura dengan pakaian lengkapnya ala wanita muslim kebanyakan, berwarna serba hitam dengan cadar yang menutupi wajah cantiknya. Apa ini benar-benar diriku sekarang? Sungguh seperti mimpi saja! Pikirnya membatin. Yura pun melangkah ke arah pintu apartemennya setelah dia mengambil tas tangan dan koper palsunya. Dia
"Katrina?" ucap Reyhan senang sekaligus tak percaya. Dia melongok keluar tak ada siapa-siapa lagi. Itu artinya, Katrina hanya datang seorang diri. "Mana Akmal?" tanya Reyhan seraya menutup pintu apartemennya. Dia mengikuti langkah istrinya yang mulai berjalan memasuki apartemennya. Reyhan pun tak lupa menarik koper Katrina dan membawanya ke dalam kamar. "Akmal masih demam. Besok kalau dia sudah membaik, Luwi akan menyusulku ke sini membawa Akmal," "Tapikan kamu masih harus menyusui Akmal? Kenapa kamu malah meninggalkan Akmal yang sedang sakit, Trina?" tanya Reyhan yang dibuat bingung oleh sikap istrinya. "Ketika kamu melihat dengan mata kepalamu sendiri saat suamimu tiba-tiba dipeluk oleh wanita lain, apa aku masih harus tetap berdiam diri? Aku sudah mengirimkanmu pesan kalau aku akan datang hari ini. Jadi aku tidak akan ingkar janji," Ternyata benar dugaan Reyhan. K
Setelah mendapat pesan dari Keke, Seo Jun langsung berniat mendatangi Yura ke apartemen sang adik angkatnya itu.Namun anehnya, ketika dia datang ke sana, Seo Jun justru mendapati sesosok wanita bercadar yang keluar dari dalam apartemen itu.*"Assalamualaikum, maaf anda cari siapa?" tanya si wanita bercadar yang baru saja keluar dari apartemen Yura."A-aku mau mencari Yura, setahuku ini apartemen Yura, adik angkatku," jawab Seo Jun sedikit terbata."Maaf, saya baru dua hari tinggal di sini dan tidak tahu menahu soal Yura," jawab si wanita bercadar tadi.Hingga setelahnya Seo Junpun memilih untuk pamit.*Lelaki itu pergi menuju pusat informasi untuk mempertanyakan mengenai kepemilikan apartemen milik sang adik."Tapi itu memang nomor apartemen Nona Yura, Pak. Dia belum pindah d
"Siapa kamu?" tanya Reyhan sinis. Tatapan matanya menghujam tajam pada sosok wanita yang terlihat bangkit dari lantai karena Reyhan baru saja mendorong tubuh wanita itu secara tiba-tiba dengan sangat keras.Pening dikepalanya akibat hasrat sesksual yang sedang tinggi terus berusaha ditepisnya. Reyhan terus beristigfar dalam hati. Dia tidak mau kalah dengan nafsu duniawinya. Meski sadar hal itu begitu sulit dia tahan, saat ini.Kini mereka berdiri saling berhadapan."Kamu bukan Katrina!" tegas Reyhan lagi.Yura tersenyum sinis."Ayolah Reyhan, jangan merusak suasana! Mau aku Katrina atau bukan, wajahku dengan dia samakan? Tidak usah munafik!" ucap Yura. Dia berjalan mendekat ke arah Reyhan."Jangan mendekat! Jawab pertanyaanku? Siapa kamu sebenarnya? Dan apa maksud semua ini?" bentak Reyhan lagi. Dia ter