Yura terlihat gelisah.
Dia kehabisan akal.
Dia bingung.
Dia kalut.
Dia frustasi.
Karena itulah dia terus mundar-mandir kesana kemari tidak jelas sejak tadi di dalam apartemennya sendiri.
Dia terus berpikir dan memutar otak untuk mencari cara jitu demi menaklukan hati Reyhan.
Segala usaha sudah dia lakukan, segala cara sudah dia tempuh untuk mendekati Reyhan, tapi kenyataannya laki-laki itu memang ajaib, susah sekali di rayu atau di goda.
Reyhan terus menolak ajakan Yura setiap kali Yura mengajak laki-laki itu keluar untuk sekedar berjalan-jalan berkeliling menikmati indahnya kota Busan. Jangankan berjalan berkeliling, bahkan saat Yura hanya mengajaknya untuk sekedar duduk-duduk dan mengobrol di loby apartemenpun, lelaki itu menolaknya dengan halus.
Sejauh ini, Reyhan itu lebih sering mengurung diri sendirian di apartemennya dan dia hanya akan keluar di hari weekend saja. Itupun dia selalu di temani oleh seorang laki-laki tua bangka yang menjadi supir pribadinya.
Logikanya, di jaman sekarang ini, apa iya masih ada seorang laki-laki yang harus tinggal berjauhan dengan istrinya berbulan-bulan tapi masih mampu bertahan dari godaan wanita lain?
Mustahil bukan?
Bagi Yura itu adalah hal yang mustahil, sangat-sangat mustahil.
Apalagi saat kesempatan untuk berselingkuh itu terbuka begitu lebar, kebanyakan lelaki pasti akan memanfaatkannya sedemikian rupa.
Yura sudah memberikan perhatiannya, menghabiskan seluruh waktu luangnya, bahkan sampai rela menyuguhkan tubuhnya dengan cuma-cuma, tapi apa?
Hasilnya nol besar!
Yang Yura tahu, sejak Reyhan tinggal di sebelah apartemennya, Yura seringkali mendengarkan lantunan ayat-ayat suci Al-Quran dari dalam apartemen laki-laki itu. Bahkan pernah hampir sepanjang hari suara itu terus terdengar. Hingga membuat Yura begitu penasaran dan mendatangi langsung, apa sebenarnya yang sedang dilakukan Reyhan di dalam sana.
"Aku sedang memutar murottal Quran untuk membantuku memperbaiki ilmu tajwidku. Maaf kalau kamu merasa terganggu, nanti biar aku kecilkan volumenya,"
Itulah kalimat jawaban dari mulut laki-laki bernama Reyhan itu.
Baik Reyhan maupun Katrina sungguh kompak dalam hal agama. Apa mungkin karena alasan itu, Reyhan menjelma menjadi sosok laki-laki setia yang sulit untuk ditaklukan?
Entahlah, Yura sendiri tidak mengerti, karena sepanjang sejarah kehidupannya dia bertemu dan mengenal begitu banyak laki-laki, belum ada satupun laki-laki seperti Reyhan yang dia temui. Hampir semua laki-laki itu adalah laki-laki bejat yang haus akan seks. Laki-laki yang tak menghargai arti kesetiaan. Laki-laki yang selalu mengobral nafsunya pada sembarang wanita. Laki-laki dengan tutur kata menjijikan dan perilaku biadab yang seringkali membuat Yura muak dan ingin muntah.
Tapi Reyhan berbeda.
Meski laki-laki itu tahu kalau Yura adalah wanita panggilan, dia tidak pernah memperlakukan Yura dengan buruk. Apalagi merendahkan dengan kalimat-kalimat kasar. Tutur kata Reyhan sopan dan lembut. Bahkan dari cara laki-laki itu bicara Yura tidak pernah sekalipun mendengar kata-kata kasar keluar dari mulutnya. Reyhan itu ramah, murah senyum, baik, tulus, taat beribadah, sopan dan selalu memperlakukan Yura selayaknya dia memperlakukan wanita-wanita lain.
Karena Reyhan, Yura merasa dirinya dihormati. Karena Reyhan, Yura merasa dirinya dihargai. Dan semua hal itu belum pernah Yura dapatkan dari laki-laki manapun terkecuali Reyhan. Bahkan ayah kandungnya sendiripun memperlakukan Yura seperti sebuah benda yang tak berharga yang bisa diperjual belikan sesuka hati.
Hingga pada akhirnya, Yura menyadari satu hal di dalam hatinya. Semua kesempurnaan Reyhan cukup membuat perasaan Yura semakin hari semakin jatuh dan jatuh lebih dalam lagi pada laki-laki itu.
Sosok Reyhan sudah berhasil mencuri hatinya diam-diam. Sedikit demi sedikit, hingga menjadi bukit dan kini bersemai indah di dasar sanubarinya yang terdalam.
Reyhan telah menjelma menjadi sosok kekasih impian bagi Yura.
Sosok kekasih impian yang selama ini dia tunggu-tunggu.
Dan Yura akan melakukan apapun untuk merebut hati Reyhan dari Katrina.
Bukankah wajah mereka sama? Seharusnya itu bukah hal yang sulit bagi Yura. Mungkin Yura hanya perlu bersabar sedikit untuk terus berusaha.
Jika pada akhirnya, semua cara yang sudah dia lakukan gagal, maka tak ada alasan lagi bagi Yura untuk tetap menyimpan beberapa rencana besar yang sebenarnya sudah dia simpan selama ini. Hanya saja Yura masih ragu untuk melaksanakannya. Sebab rencana-rencana itu dirasanya cukup ekstreem dan agak beresiko.
Tapi tak apalah, demi Reyhan, Yura rela melakukan apapun.
Hingga setelahnya, Yura mengirim sebuah pesan pada Keke.
Pesan terkirim.
Aku rasa, aku sudah kehabisan kesabaran, Keke. Aku tidak bisa menahan lebih lama lagi untuk melancarkan aksiku. Reyhan harus aku miliki sepenuhnya. Aku tidak perduli apapun lagi.
Aku perlu bantuanmu, tolong pesankan untukku satu paket pakaian wanita muslim lengkap dengan cadarnya.
Kamu tahukan rencanaku selanjutnya? Aku ingin secepatnya paket itu dikirim ke apartemenku.
Yura.
***
Seorang laki-laki terlihat memasuki area gedung perkantoran W-Mart dengan setelan kantor yang rapi.
Ini hari pertamanya dia bekerja sebagai manager perusahaan, setelah jabatan itu baru saja diresmikan kemarin. Dia sudah bekerja cukup lama di perusahaan kenamaan Amerika itu, dan karirnya terus merintis dari awalnya hanya pegawai kantor biasa, hingga bisa naik menjadi wakil pemimpin di sana. Dan itu semua dia dapatkan dari hasil kerjanya yang tekun, rajin, jujur dan konsisten.
Bahkan dia hampir tidak pernah bolos jam kerja atau ijin tidak masuk karena sakit. Dia adalah salah satu pekerja jenius yang sangat disiplin dalam bekerja. Itulah alasan kenapa dirinya kini dipercaya oleh pihak kantor pusat di W-Mart Amerika untuk menjadi wakil pemimpin perusahaan mereka di cabang Busan, Korea Selatan.
"Hari ini Bapak ada jadwal pertemuan dengan wakil dari perusahaan Company Grup yang akan bekerja sama dengan kita, Pak. Ini berkas-berkas rincian dan detail produk dari perusahaan Company Grup, Pak." jelas seorang wanita bertubuh kurus dan tinggi yang langsung menghampiri bos barunya saat laki-laki itu mulai melintas di ruangannya. Wanita bernama Kim Nana itu adalah sekretaris di perusahaan W-Mart. Dia sudah bekerja di perusahaan ini sejak perusahaan ini mulai berdiri sekitar satu tahun silam. Tapi perkembangan perusahaan baru mulai pesat akhir-akhir ini.
"Pertemuannya nanti di luar atau di kantor ini?" tanya Sang Manager baru.
"Di kantor ini, Pak. Lalu, satu lagi. Hari ini kita juga akan kedatangan tamu istimewa, Pak, yang sudah di pilih oleh pihak perusahaan W-Mart dari kantor pusat sebagai brand personality perusahaan kita, di sini Pak, rencananya hari ini dia akan tekan kontrak kerjasamanya dengan perusahaan kita, Pak." lanjut Nana dengan wajah sumringah dan penuh antusias.
"Siapa?" tanya si Manager lagi.
"Aktor Tampan Lee Min Hyuk, Pak." Nana tersenyum senang. Dia sudah tidak sabar ingin cepat-cepat berfoto bareng dengan aktor tampan itu.
"Apa kamu bilang? Lee Min Hyuk?" wajah laki-laki itu terlihat tidak percaya disertai dengan urat-urat leher yang menonjol keluar dan gigi geraham yang menyatu. Mendengar nama aktor itu saja sudah cukup membuat moodnya berantakan, apalagi dia harus bertatap muka dengan laki-laki keparat itu, sepertinya dia tidak akan sanggup! Pikirnya geram dalam hati.
"Iya, Pak." jawab Nana lagi yang belum sadar kalau keadaan mulai berubah.
"Untuk masalah itu, kamu saja nanti yang urus. Bilang saja saya sibuk!"
"Loh, kok begitu pak? Kan Bapak managernya sekarang. Jadi Bapak yang harus menemui langsung tuan Min Hyuk nanti. Karena tanda tangan Bapak sangat dibutuhkan untuk pengesahan kontrak tersebut,"
"Yasudahlah, orangnya juga belum datangkan? Kita bicarakan lagi masalah ini nanti. Apa masih ada laporan yang lain?"
"Ada pak,"
"Apa?"
"Tadi, pagi-pagi sekali ada seorang wanita datang kesini, dia bilang dia ingin bertemu dengan Bapak. Namanya, Keke, Pak. Lalu dia menitipkan surat ini untuk Bapak." Nana memberikan sebuah amplop kecil putih kepada Bos barunya itu.
Kerut di kening laki-laki itu terlihat lebih jelas. Dia mengambil amplop itu dan mempersilahkan Nana keluar dari ruangannya.
Tertulis di halaman belakang Amplop itu sebuah tulisan tangan yang cukup rapi.
Teruntuk, Min Sou Jun.
Urgent.
Keke.
Lelaki itu celingukan.
Mendadak perasaan laki-laki itu jadi tidak enak.
Ya Tuhan, ada apa lagi ini?
Semoga suka, enjoy guys...
"Rencanamu ini gila, Yura! Aku tidak setuju!" tegas Keke pada Yura. Keke baru saja memastikan apakah Yura benar-benar akan melancarkan aksi terlarangnya itu. Kini mereka sedang berada di dalam ruang make up aktris. "Aku tidak punya pilihan lain. Reyhan harus aku dapatkan sebelum wanita bernama Katrina itu datang ke sini," Yura berbicara tanpa menatap wajah Keke. Dia sudah tersesat oleh pesona Reyhan. Dia tidak mau gagal. "Jangan melampiaskan dendammu terhadap Soumi pada orang lain. Apalagi dia saudara kembarmu sendiri. Lagipula, Reyhan itu berbeda dengan Min Hyuk. Reyhan itu laki-laki baik. Jika rumah tanggamu pernah di rusak oleh orang lain, lantas, apa dengan merusak rumah tangga orang lain bisa membuat perasaanmu jadi lebih baik? Ayolah... Yura, jangan persulit hidupmu sendiri," "Tapi aku mencintai Reyhan. Katrina sudah memiliki segalanya yang bahkan tidak satu pun aku miliki. Lalu, apa salah jika aku hanya mengingin
Suasana kantor sore itu sudah sepi. Tapi Seo Jun belum juga mau beranjak dari kursi kerjanya di ruangan meeting. Seo Jun membaca kembali isi surat yang di berikan Keke kepadanya. Teruntuk Seo Jun. Selama dua minggu ke depan tolong awasi gerak gerik Yura dengan seorang laki laki tetangga apartemennya. Aku ada keperluan mendesak selama dua minggu ke depan. Untuk sementara waktu tugasku sebagai asisten pribadi Yura akan kuserahkan pada orang lain dulu. Aku sudah menghubungimu berkali-kali tapi tidak ada jawaban. Aku tahu kamu masih marah pada Yura, tapi Yura membutuhkanmu Seo Jun. Kunjungilah Yura di apartemennya selagi kamu ada waktu senggang. Hibur dia Seo Jun, seperti dulu kamu selalu memberinya perhatian. Yura merindukanmu. Aku
Seorang laki-laki dengan bahasa tubuhnya yang lemah gemulai dan feminim, terlihat histeris saat melihat seorang wanita masuk ke dalam salon miliknya. "Hai, Yura? Apa kabar? Sudah lama kamu tidak mampir? Hm, mentang-mentang sudah menjadi selebriti ngetop, somse deh," sapa Min Ho, alias Mimi. Dia termasuk salah satu Hair Stylish yang cukup populer di kalangan aktris dan aktor di Industri hiburan Korea. Bahkan salonnya sudah masuk ke dalam daftar lima salon terbesar di Korea. Mimi terlihat begitu sumringah menyambut kedatangan Yura. "Hari ini aku merasa sangat baik. Coba lihat, aku baru saja selesai berbelanja. Nanti malam, aku ada kencan spesial," bisik Yura. Dia tersenyum lebar. Mimi memperhatikan seluruh belanjaan Yura. Banyak sekali memang. Lalu pandangan Mimi mulai jatuh pada sosok Yura. Sepanjang sejarahnya dia mengenal sosok Yura, Yura itu termasuk dalam salah satu daftar aktris korea yang di bilan
"Saya sudah melihatnya di Bandara. Dia datang bersama empat orang wanita dewasa dan tiga orang balita, Nona Yura. Mereka baru saja keluar dari Bandara. Sepertinya mereka baru akan memesan taksi. Saya akan menghampiri mereka dan menawarkan jasa taksi pada mereka." "Oke, terima kasih. Pastikan hubungi aku kembali saat kalian sudah sampai di parkiran gedung apartemenku," "Baik, Nona Yura." Klik. Percakapan di telepon itu pun di putus. Yura menatap pantulan dirinya sekali lagi di depan cermin. Yura dengan pakaian lengkapnya ala wanita muslim kebanyakan, berwarna serba hitam dengan cadar yang menutupi wajah cantiknya. Apa ini benar-benar diriku sekarang? Sungguh seperti mimpi saja! Pikirnya membatin. Yura pun melangkah ke arah pintu apartemennya setelah dia mengambil tas tangan dan koper palsunya. Dia
"Katrina?" ucap Reyhan senang sekaligus tak percaya. Dia melongok keluar tak ada siapa-siapa lagi. Itu artinya, Katrina hanya datang seorang diri. "Mana Akmal?" tanya Reyhan seraya menutup pintu apartemennya. Dia mengikuti langkah istrinya yang mulai berjalan memasuki apartemennya. Reyhan pun tak lupa menarik koper Katrina dan membawanya ke dalam kamar. "Akmal masih demam. Besok kalau dia sudah membaik, Luwi akan menyusulku ke sini membawa Akmal," "Tapikan kamu masih harus menyusui Akmal? Kenapa kamu malah meninggalkan Akmal yang sedang sakit, Trina?" tanya Reyhan yang dibuat bingung oleh sikap istrinya. "Ketika kamu melihat dengan mata kepalamu sendiri saat suamimu tiba-tiba dipeluk oleh wanita lain, apa aku masih harus tetap berdiam diri? Aku sudah mengirimkanmu pesan kalau aku akan datang hari ini. Jadi aku tidak akan ingkar janji," Ternyata benar dugaan Reyhan. K
Setelah mendapat pesan dari Keke, Seo Jun langsung berniat mendatangi Yura ke apartemen sang adik angkatnya itu.Namun anehnya, ketika dia datang ke sana, Seo Jun justru mendapati sesosok wanita bercadar yang keluar dari dalam apartemen itu.*"Assalamualaikum, maaf anda cari siapa?" tanya si wanita bercadar yang baru saja keluar dari apartemen Yura."A-aku mau mencari Yura, setahuku ini apartemen Yura, adik angkatku," jawab Seo Jun sedikit terbata."Maaf, saya baru dua hari tinggal di sini dan tidak tahu menahu soal Yura," jawab si wanita bercadar tadi.Hingga setelahnya Seo Junpun memilih untuk pamit.*Lelaki itu pergi menuju pusat informasi untuk mempertanyakan mengenai kepemilikan apartemen milik sang adik."Tapi itu memang nomor apartemen Nona Yura, Pak. Dia belum pindah d
"Siapa kamu?" tanya Reyhan sinis. Tatapan matanya menghujam tajam pada sosok wanita yang terlihat bangkit dari lantai karena Reyhan baru saja mendorong tubuh wanita itu secara tiba-tiba dengan sangat keras.Pening dikepalanya akibat hasrat sesksual yang sedang tinggi terus berusaha ditepisnya. Reyhan terus beristigfar dalam hati. Dia tidak mau kalah dengan nafsu duniawinya. Meski sadar hal itu begitu sulit dia tahan, saat ini.Kini mereka berdiri saling berhadapan."Kamu bukan Katrina!" tegas Reyhan lagi.Yura tersenyum sinis."Ayolah Reyhan, jangan merusak suasana! Mau aku Katrina atau bukan, wajahku dengan dia samakan? Tidak usah munafik!" ucap Yura. Dia berjalan mendekat ke arah Reyhan."Jangan mendekat! Jawab pertanyaanku? Siapa kamu sebenarnya? Dan apa maksud semua ini?" bentak Reyhan lagi. Dia ter
Hardin sedang berada di kamar bersama Gibran. Hari ini Gibran mendapat juara pertama lomba melukis di sekolahnya. Itulah alasannya dia terus merengek pada sang Papa supaya menghubungi Mamanya. Gibran ingin memamerkan piala kebesarannya pada Luwi.Hardin dan Gibran sedang asik bermain PS saat tiba-tiba ponselnya berdering.Reyhan Video Calling...Klik. Hardin pun menjawab panggilan itu."Halo, Hardin, ini lo ngomong sama Luwi. Dia butuh lo sekarang," ucap Reyhan dari seberang, dia langsung to the point. "Ini, bicara dengan Hardin, ya Luwi," ucap Reyhan lagi.Kini ponsel itu sudah berada di tangan Luwi. Hardin memberi instruksi