Sementara itu di rumah Rahel...
Rahel terbangun dengan kekecewaan dan rasa sakit menjalar di dalam hatinya, sejenak ia berpikir untuk mengakhiri hidupnya namun ia tidak bisa."Bagaimana ini? Bagaimana kalau Jimmie dan Rey tahu aku sudah.... Apa mereka akan terima jika aku mengatakan kebenaran ini pada mereka?" Batin Rahel.Rahel stres bukan main hal itu membuat ia langsung bergegas pergi dari rumahnya."Rahel!"Terdengar teriakan Jimmie memanggilnya, tapi Rahel tak mau berhenti dan ia tetap berjalan tanpa menoleh ke belakang."Kau mau kemana?" Teriak Jimmie."Hari ini saja, aku tidak ingin bertemu siapapun." Katanya."Ada apa denganmu?" Tanya Jimmie."Tolong pergi saja, kita bicara lain waktu saja." Tegas Rahel dan pergi.Sungguh tidak Rahel sangka, dan sulit untuk menerima kenyataan menyakitkan itu. Dengan tak berdaya, dia melakukan hubungan intim dan di tiduri tiga pria sekaligus."B“Siapa? Jimmie?” Rahel menatap tetangga lekat karena kebetulan tetangganya itu mengenal Jimmie.“Kamu mau tahu siapa yang mengantarmu pulang?” tetangganya bertanya.Rahel mulai penasaran ketika tetangganya itu justru main tebak-tebakan. Untuk saat ini dia hanya dekat dengan Jimmie. Tidak ada pria lain.“Siapa? Cepat katakan!” Rahel benar-benar begitu penasaran.“Dia tidak mengatakan namanya siapa.”Tetangganya itu lalu menyebutkan ciri-ciri pria itu sesuai yang dilihatnya karena malam itu kebetulan ia sedang diluar dan melihat Rahel pulang diantar karena mabuk.Mata Indah Rahel yang dihiasi bulu mata lentik itu langsung membulat sempurna. "Apa?! Bagaimana ia tahu rumahku." Teriak Rahel."Entahlah, dia juga menanyakan hal yang sama padaku." "Hah?" Ucap Rahel."Iya, karena kau mengatakannya sendiri pada pria itu, itu sebabnya ia bertanya padaku dan memastikan ini benar-benar rumahmu."
"Setelah bertemu denganmu, aku merasa hidupku lebih berwarna." Ungkap Rey.“Apa maksudmu?” tanya Gebbie bingung.“Selain itu,” lanjut Rey, “Aku… selalu memikirkan mu.”Gebbie terdiam mendengarnya. Begitu pula dengan Rahel dan Jimmie, yang langsung beranjak pergi.“Aku tidak suka melihat kau bersama laki-laki lain. Terutama sekali jika kau berdekatan dengan Jimmie, aku tidak suka,” ucap Rey.Kali ini tuan Warren datang dan langsung menanyakan pada Joy apakah Gebbie baik-baik saja. Joy menjawab dengan memberi isyarat pada tuan Warren untuk melihat ke arah layar televisi.“Aku memiliki wajah tampan dan cerdas,” lanjut Rey, “dan aku ahli waris di urutan atas dari Hokkaido Group.”Setelah terdiam sejenak, Gebbie menjawab, “kak Rey, mari kita hentikan semuanya sekarang. Maaf, aku akan pergi.”“Pengakuan perasaanku belum selesai. Kau dan aku bahkan belum memulai apa-apa” kata Rey sembari mencegah Gebbie pergi.
"Ya, itu terjadi begitu saja. Aku harus memberitahumu." Ucap Gebbie."Bukankah kau nanti tidak nyaman tinggal dengan Rey. Tidak... Bukankah Rey yang nantinya tidak nyaman?" Ujar Rahel."Jadi kau melihat, videonya juga ya?" Ucap Gebbie."Iya!" Jawab Rahel."Aku tidak ingin kau salah paham. Tidak ada yang terjadi di antara kami." Ucap Gebbie."Baguslah! Rey harus tahu juga bagaimana rasanya di tolak wanita." Jawab Rahel."Ai bukannya aku menolaknya..." Ucap Gebbie merasa bersalah."Semua orang berbicara betapa kerennya dirimu." Ucap Rahel."Bukan seperti itu sebenarnya." Kata Gebbie."Toh bukan kau yang menyatakan perasaanmu, jadi kau tak perlu merasa tak enak hati padamu. Jadi, jangan khawatirkan itu." Ujar Rahel."Iya, terima kasih." Ucap Gebbie."Tapi ... Apa karena itu kau ingin menemui aku?" Tanya Rahel.Tujuan Gebbie ternyata adalah untuk mengajak Rahel ikut liburan karena
Ibu tiri Gebbie mendatangi pak Lius di sebuah kontruksi yang menjadi tempat kerjanya. Ia kecewa karena melihat pak Lius itu ternyata hanyalah pekerja bangunan biasa. Meski gagal memeras uang darinya, ibu tiri Gebbie tetap menemuinya dan memintanya untuk membawa Gebbie, dengan dalih Gebbie saat ini sedang mengincar harta kekayaan Hokkaido Group dan membuat malu keluarganya. Kata ‘hokkaido Group’ membuat pak Lius terdiam dan memikirkan sesuatu.Lilis sendiri tiba-tiba di rumahnya mendapatkan panggilan dari ibunya."Lilis, ibu ada urusan mendadak malam ini dan sepertinya ibu akan pulang subuh. Apa ayahmu ada dirumah?""Ayah baru saja pergi kerja." Ucap Lilis "Kau baik-baik di rumah jangan lupa kunci pintu, oke?" Kata ibunya."Iya ibu! ini saya sudah di kamar mau siap-siap tidur." Jawab Lilis ngambek."Yasudah, Kamu tidur. Kamu hati-hati ya di rumah!" Pesan ibunya."Iya, bu..." Lilis mengakhiri panggilan dengan ibunya, ia m
Jack kembali kerumahnya dan menjumpai seorang wanita yang tengah duduk di belakang meja."Hai, Sayang..." sapa Cici dengan senyum sumringah. Jack membalas senyum cantik sang istri. Cici sudah berdiri menodongkan pipi untuk dicium ketika Jack melintas mengambil kemeja yang tergantung pada stand hanger di belakangnya."Jack! Kamu marah, ya?" Cici merasa kecewa karena Jack tak mencium pipinya.Jack tak bergeming. Ia melewati Cici begitu saja. Sejujurnya Jack merasa kesal karena hampir sebulan ini Cici selalu sibuk dengan urusannya sendiri. "Jack!! maafin aku, semalam habis pameran aku party sama temen-temen. Aku ketiduran di rumah teman aku.""Rumah teman?" Jack terkesiap dengan ucapan Cici."Iya!!" Jawab Cici."Jadi semalam Kamu ga bareng aku dirumah...?" Jack mencoba meyakinkan lagi."Rumah siapa? Enggak! ngapain aku kesana?" Cici malah balik bertanya. Hati Jack mencelos,"Jika bukan Cici, lal
Hati Lilis semakin remuk, setelah disakiti kini dipaksa melupakannya begitu saja. Apa yang bisa dilakukan seseorang seperti Lilis? bukankah ia harus bisa berdamai dengan keadaan dan merelakan apa yang telah hilang? pada akhirnya Ia harus menyimpan kepahitan ini jauh di dalam lubuk hatinya, sendirian.Lilis mengangguk, setidaknya Jack masih mau mengakui dan menyesali perbuatannya."Aku antar pulang sekarang?" tanya Jack lembut.Lilis menggeleng yang rupanya sudah ada di taman karena saat melihat Jack datang ke rumahnya ia pun segera pergi menjauhinya dan meninggalkan rumahnya yang ternyata Jack mengikutinya dari belakang."Kamu mau kemana lagi?" Tanya Jack.Tak biasanya Jack peduli dengan urusan orang lain, tapi rasa kepeduliannya muncul begitu saja setelah melihat kepedihan yang Lilis alami."Saya masih ada urusan," jawab Lilis lirih, masih dengan terisak.Jack ia mengambil tissu lalu mengusap air mata di pipi Lilis. Jac
Rahel berjalan-jalan di taman dan mendapati sebuah bangku kayu. Ada tulisan “Rey cinta Rahel” di sana. Ia lalu duduk di bangku tersebut dan tersenyum sembari mengelus tulisan tersebut. Sedangkan Gebbie kini mendatangi Rey yang sedang berjemur di depan kolam renang dan minta maaf karena telah membawanya tanpa ijin ke dalam pesawat. Rey tidak menghiraukannya dan berbalik menanyakan mengapa Gebbie, saat menolaknya, memintanya untuk berpikir ulang tentang perasaannya. Rey tidak percaya akan ada yang berubah seandainya ia menyukai Gebbie dengan tulus atau tidak. Gebbie membantahnya dan mengatakan akan banyak yang berubah. Bingung dan kesal, Rey menganggap Gebbie sebagai ‘mossol’, wanita dengan selera pria yang aneh dan old-fashioned dalam urusan berkencan. Ia lalu mengusirnya pergi.Setelah Gebbie pergi, Rey mendengar teriakan minta tolong dari Rahel, yang kakinya mendadak kram sehingga ia hampir tenggelam di kolam renang. Tanpa pikir panjang Rey berlari dan melompat ke dalam ko
Lilis pikir, malam kelamnya sudah berakhir begitu ia tiba-tiba terbangun di rumah temannya Diana, tapi ternyata ia salah. Rumah yang pintunya selalu terkunci rapat, kini terlihat terbuka dengan nyala lampu di mana-mana.Pikiran buruk sudah menghantuinya. Untuk itu, ia cepat-cepat berlari mengabaikan rasa tidak nyaman di sela pangkal kakinya.Begitu melihat sosok yang begitu ia kenali tengah berjongkok sembari melemparkan benda apa pun yang ditemuinya, Lilis menghela napas panjang. "Diana, akhirnya kau datang juga!"Temannya itu pun menoleh, memicingkan mata dan melangkah tegap ke arah Lilis. "Apa yang kau lakukan, Lilis? Mengapa memakai gaunku? Kau mencuri?!" tudingnya, kemudian mencengkeram lengan Lilis dengan kuat. "Argh, sakit, Diana!" Lilis membela dirinya, berusaha sekuat mungkin untuk bisa lepas dari cengkeraman kuat sang temannya itu. "Aku tidak mencuri, aku hanya meminjamnya. Akan aku kembalikan nanti." Kata Lilis.