Lyora yang merasa penasaran dengan apa yang Rianne katakan, langsung membawa mobilnya ke sebuah gedung tinggi di ujung kota. wanita cantik yang pernah mengandung anak Orion itu membawa langkahnya dengan jantung yang berdebar."Rianne, aku bersumpah akan membalasmu jika sampai kau mempermainkanku." Lyora keluar dari lift, hanya beberapa langkah saja dia akan sampai di depan pintu kamar Viola.Lyora terus menekan bel sampai kakinya terasa lelah, ini kedua kalinya dia datang dan lama menunggu."Nona, kau?" Viola berada di belakang Lyora membuat kekasih Orion itu berjingkat karena terkejut. Dia yang akan menekan bel kembali langsung berbalik saat mendengar seorang dibelakangnya."Nona Vio ...." Lyora bingung mau mengatakan apa, dia rencana akan menangkap basah Orion, sekarang di kejutkan dengan kehadiran Viola yang tiba-tiba sekali."Ada masalah? Kau berdiri di depan pintu apartemenku, apakah ada masalah penting?" Viola menempelkan kartu miliknya, otomatis pintu terbuka sekarang."Saya han
Rianne memandang lurus pada pantulan kaca, disana nampak pria tinggi dengan tubuh indah, terdapat otot di beberapa bagian yang pas, serta jangan lupakan dibagian otot perutnya. Rianne sampai menelan ludah berulang kali.“Aku tahu kemana arah pandangmu!” Alexander mengecup telingan Rianne membuat wanita cantik itu memejamkan mata.Rianne berbalik, mengalungkan tangan dileher sang pria, di ikuti oleh Alexander yang meletakkan kedua tangan di pinggang ramping wanita nya. Tanpa ragu Rianne berjinjit dan mengecup sekilas bibir tebal milik Alexander.Alexander tertawa, “Kau sudah pandai ternyata.”Rianen berdecak, sudah melepaskan tangan dan ingin mengambil piyama, tetapi tangannya ditahan, Alexander memeluknya dari belakang, “Mau kemana? Aku merindukamu. Kau tidak rindu padaku? Tega sekali!”Rianne sekali lagi berdecak, dia yang akan melepas tangan Alexander mendesah kala pria itu menyesap kuat lehernya. “Diamlah! Aku rindu.”Menghela napas pelan, Rianne berbalik, meletakkan kepala di dada
Anita menunduk, tetapi kakinya melangkah ke hadapan teman nona nya. Orlando menyeringai, melihat penampilan Anita dari atas sampai bawah. Sempurna. Orlando berdiri membuat mangsa takut, Anita meremas rok bawahnya dan merapalkan doa di dalam hati.“Kenapa wajahmu terlihat sangat ketakutan?” tanya Orlando sedikit membungkuk memandang dari bawah, dia sampai menggeleng karena Anita sampai menutup matanya.“Itu, Tuan, saya--,” Sekarang Anita bingung sendiri harus mengatakan apa. Orlando kembali duduk, membuat Anita lega, “Jam berapa Rianne datang?”“Tuan, anda salah dengar, nona tidak akan datang, saya hanya salah bicara saja tadi.” Orlando berdecak, dia kemudian berdiri membuat Anita kembali wasapada. Takut.“Baiklah! Lebih baik aku kembali saja.” Kata Orlando dengan senyum termanisnya. Pria itu melanjutkan, “Katakan pada Rianne aku mencarinya dan katakan pula padanya jangan terlalu menghindariku.”Sampai detik ini, Orlando masih tidak bisa menemukan keberadaan Rianne, ada kemungkinan w
Di tempat yang berbeda, Alexander sudah sampai di tempat tujuan, dia sudah duduk dengan tenang memperhatikan lawannya yang juga tidak kalah tenang dihadapannya. “Katakan padaku, apa maumu?” Alexander sudah tidak bisa menunggu lama, karena dia harus segera bertemu dengan Rianne secepatnya.Orlando yang duduk di hadapanya hanya tertawa dengan sesekali menggoyangkan gelas wine miliknya, “Kau sangat tidak sabaran tuan.” EjeknyaOrlando berdehem, memajukan sedikit wajahnya membuat Rafh yang berada di sebelah sang tuan geram, tetapi Alexander mengabaikannya. “Apakah Rianne tahu siapa kau yang sebenarnya?”Alexander menyunggingkan bibirnya, “Kau mengancamku karena itu? Bagaimana kalau sebenarnya dia memang sudah tahu aku seperti apa?” “Benarkah?” Orlando menegakkan kembali tubuhnya menjadi tegap, dia menyalakan rokok yang sudah tersedia disana. Pria itu melanjutkan, “Bukan tentang kematian kakaknya, Arche. Ah, tapi, aku sangat berterima kasih padamu karena sudah menyingkirkan pria berisik
"Nona tenanglah!" Rafh mencoba menenangkan. Asisten Alexander itu mendekat perlahan dengan senjata masih di acungkan pada Orion. Sementara dirinya meraih tangan Rianne dan membawanya kesampingnya."Lepaskan aku!" Rianne memberontak karena Rafh mencekal tangannya kuat.Rafh masih mengabaikan, dia memanggil para anak buahnya dan membereskan semua kekacauan yang terjadi."Bawa dia kembali ke apartemen kekasihnya." Dua orang pria yang membawa Orion mengangguk.Sekarang tinggallan Rianne, Rafh serta Anita yang sudah mulai sadar. Gadis itu menatap takut Rafh yang menatapnya tajam."Kau tidak bisa mengunci pintu dengan benar?" "Maafkan saya Tuan." Anita berlutut, dia hampir saja membahayakan nyawa Rianne dan itu sehatusnya tidak terjadi."Anita, bagunlah!" Rianne mendekat dan membantu Anita untuk berdiri.Rianne menatap Rafh tajam, pria yang tidak segan bermain senjata api. "Kau pulanglah, kami akan baik-baik saja setelah ini." Kata Rianne."Tidak, Nona harus ikut kembali bersamamku."Karen
Di ruang tamu, sudah ada Rianne yang duduk menunggu. Melihat kedatangan Orlando wanita berusia 27 tahun itu berdiri dan tersenyum tulus. Orlando memeluknya erat seolah tidak akan melepaskan Rianne lagi.“Akhirnya aku bisa melihatmu lagi.” Orlando melerai pelukannya dan menuntun Rianne duduk.Rianne hanya terkekeh karena merasa sangat lucu, dia melihat Lyora yang berjalan mendekat, dia kembali berdiri dan berjalan pada sahabatnya yang masih saja tidak menyukainya, padahal dia tidak bersalah sama sekali.“Diam saja, atau aku katakan pada Orlando hubunganmu dengan Orion.” Bisik Rianne karena Lyora seolah ingin melepas pelukannya. Sebenarnya itu hanya ancaman saja, Rianne tidak akan mampu menyakiti sahabatnya, namun Lyora selalu saja tidak menyukainya.Lyora diam, dia melihat Orlando yang tersenyum ke arah mereka, Lyora lebih takut pada Orlando daripada kakak kandungnya yang sama sekali tidak mau memperhatikannya, wanita itu lebih suka menghabiskan waktu bersama teman-temannya dari pada me
Rianne menatap nisan yang bertuliskan nama Orion disana, dia tersenyum dan menatap Lyora yang matanya bengkak. "Tentu mencarimu, mau apa disini? Kau sediri tahu dia bukan Orion tetapi orang lain. Mungkin." Mungkin yang Rianne maksud adalah, bisa saja jasad orang lain di dalamnya, atau memang disana memang tidak ada siapapun."Aku melihat Orion keluar dari apartemen milik Viola kemarin, dan saat mengikutinya aku kehilangan jejak." Mata Lyora kembali berkaca-kaca."Kau sangat mencintainya?"Tanpa sadar Lyora mengangguk. "Sangat, tapi aku tidak tahu bahwa ternyata dia memiliki wanita lain di belakangku." Lyora kembali meneteskan air mata.Rianne yang melihat itu mengelus pelan lengan sahabatnya, "Kau wanita baik, tidak seharusnya menangisi pria sepertinya."Lyora mendongak. "Kau tidak membenciku? Aku merencanakan hal buruk untukmu, mempermalukan dan menyakiti perasaanmu."Rianne tersenyum, "Kau sahabatku. Ya, walaupun aku kesal karena kau berencana menyakitiku, tapi kau harus tahu, aku
Rianne yang belum sempat menjawab sudah di angkat oleh Alexander ke dalam ruangan kecil di belakang kursinya, ruang istirahat Alexander jika dia kelelahan."Kau mau apa?" Tanya Rianne, dia sudah didudukkan di atas ranjang, dengan Alexander yang meletakkan kepala di paha sang wanita."Anna, bagaimana perasaanmu padaku? Apa kau akan meninggalkanku kalau aku berbuat salah?"Rianne diam, dia menyelipkan jarinya di rambut tebal Alexander."Kesalahan apa lagi yang kau lakukan selain membuatku terpisah dari kak Archie?"Alexander mendongak, ada tatapan penyesalan disana, dan Rianne merasa bersalah, anggap saja apa yang kakaknya alami adalah kecelakaan."Kakakku memaafkanmu, karena kau menjagaku dengan baik." Ucapnya, dia tidak bisa menatap mata sendu itu."Aku senang, andai saja aku bisa bertemu dengan kakakmu, aku akan meminta maaf, bagaimanapun, aku tidak ingin kau merasa kesepian.""Ada kau, bagaimana bisa aku kesepian.""Hum, untuk itu tolong jangan pergi, izinkan aku menjagamu."Rianne