Aku kembali ke atas tempat tidur. Setelah menghabiskan dulu sebatang rokok di teras balkon. Sekarang aku sudah kembali ke kamar.Aku kembali mengambil ponsel yang tadi kubanting di atas tempat tidur. Aku yakin, dalam ponsel ini, pasti banyak sekali bukti perselingkuhan Kharisma dan Guntur. Hanya saja, aku perlu menguatkan hati jika masih ingin melihat semua file yang ada dalam ponsel itu.Kuhirup nafas dalam-dalam. Menguatkan diriku sendiri, untuk mencari tahu, apalagi yang Kharisma lakukan selama ini di belakangku.Pelan, aku menekan tombol kunci benda pipih yang ada di tanganku saat ini. Memilih tombol menu. Tidak banyak aplikasi di dalamnya. Hanya ada aplikasi gagang telpon hijau.Jariku secara refleks memilih aplikasi tersebut. Kolom chat kosong, hanya ada pesan yang diarsipkan. Begitu pun status. Panggilan apalagi. Daftar kontak hanya ada satu. Siapa lagi kalau bukan Honey-nya itu.Aku menghela nafas. Kemudian membuka chat yang diarsipkan. Chat itu memang dari satu nomor. Tidak a
Aku ingat betul, bahwa Kharisma masih virgin saat pertama kali aku menyentuhnya. Terdapat bercak darah di atas sprai kala itu, dan aku yakin kalau itu adalah darah keperawanannya."Ck, udah ah kamu gak usah bahas dia di sini, Honey! Di sini kita mau senang-senang, bukan mau bahas dia, 'kan?!" seru Kharisma dengan manja.Kucuran air sudah tidak lagi terdengar. Mungkin dimatikan."Jawab aku, Sweety! Apa yang membuat Dewa bisa menerima kalau kamu udah ngga virgin? Padahal seharusnya, Dewa melepaskan kamu. Dan kamu menjadi milikku lagi!" Guntur berucap. Jelas sekali kudengar, karena sudah tidak diiringi suara kucuran air."Aku pake darah perawan palsu." Kharisma menjawab seraya terkekeh."Kamu serius?" Guntur bertanya tidak percaya.Namun, tidak lagi kudengar sahutan dari Kharisma."Terus, dia juga ngga tahu dan ngga curiga, kalau kamu pernah keguguran anakku?" tanya Guntur lagi.Dug dug dug!Jantungku berdegup semakin kencang.Keguguran anaknya?Ya, Tuhan. Jadi Kharisma pernah hamil anak
~"Bang Dewa, gila!" Aku merutuk di depan cermin rias dalam kamarku. Melihat dahi serta pelipisku yang ditutupi perban, akibat harus dijahit.Aku menghela nafas panjang. Lantas mengambil bingkai foto di atas nakas. Terbingkai fotoku bersama Kak Risma."Kak, gue tahu, elo ada main ma si Guntur. Tapi kenapa sampai lo mati juga bareng dia, sih? Lo cinta mati sama dia? Gila lo, Kak!" umpatku pada foto dalam bingkai."Gue tahu, lo itu keras kepala. Tapi, gak semestinya juga, lo mati bareng si Guntur, Kak! Gue 'kan udah sering bilang sama lo, Kak. Lo ngomong baik-baik sama Bang Dewa, kalo lo pengin cerai dari dia. Lo jujur sama dia. Kalo lo gak bahagia sama dia. Tapi lo terus aja lanjutin hubungan lo sama si Guntur dan bohongin Bang Dewa. Lo lebih denger bisikan setan daripada kata-kata gue, Kak!""Coba aja, lo ada di sini! Udah gue jitak kepala lo, Kak!" Aku terus saja merutuki potret Kak Risma di dalam foto."Lo liat nih dahi gue sampai harus dijahit," ucapku seorang diri, sambil menunjuk
FLASHBACK ONTok tok tok! Tok tok tok! Aku yang baru bisa tidur, terpaksa harus bangun akibat ketukan di pintu kamar kost yang aku sewa. Aku mengucek mata yang rasanya sangat lengket.Tok tok tok!Lagi, pintu kembali di ketuk karena aku masih duduk di atas tempat tidurku. Dengan malas, aku beringsut dari tempat tidur. Lalu melangkah gontai menuju pintu.Memutar anak kunci, lalu membuka pintu kamar kost-ku.Kesadaran yang masih belum sepenuhnya. Serasa dimasukan dengan paksa dalam ragaku saat ini. Melihat Kak Risma dengan matanya yang teler serta jalannya yang sempoyongan."Astaga, Kak! Elo mab*k?!" tanyaku seketika. Mataku yang tadi begitu lengket. Mendadak melek setelah kedatangan kakakku ini.Kak Risma tidak menjawab. Kak Risma menerobos masuk ke dalam kamarku. Hingga menubruk bahuku, karena aku masih berdiri di ambang pintu.Kak Risma menjatuhkan dirinya di pinggir kasur berukuran single milikku yang tanpa dipan. Badan hingga kakinya tergeletak di lantai. Sedangkan kepalanya, dia
FLASHBACK ON-Aku membuka mata perlahan. Saat mendengar suara deburan air di kamar mandi yang ada di kamar kost-ku. Kulihat tempat Kak Risma tidur semalam, sudah kosong. Jam dinding menunjukkan sudah pukul 05.00 pagi. Hawa pagi ini begitu dingin. Dan Kak Risma sudah mandi sepagi ini?Aku menggeliat di atas tempat tidur. Malas untuk bangun. Apalagi hari ini aku libur bekerja. Jadi aku bisa santai. Kutarik kembali selimut hingga dada. Lalu kembali memejam.Klek!Terdengar pintu kamar mandi dibuka. Mata ini akhirnya kubuka kembali. Tak jadi memejam. Nampak Kak Risma sudah keluar dari kamar mandi.Dia terlihat begitu segar. Wajahnya begitu cerah. Dia berjalan mendekat ke arah meja rias minimalis yang kupunya. Tubuhnya yang aduhai, hanya tertutup handuk dari dada hingga lututnya. Memperlihatkan keseksian tubuhnya. Apalagi yang masih basah karena sehabis mandi barusan.Kak Risma melepaskan handuk kecil yang menutupi kepalanya. Menggerai rambut basahnya ke kanan lalu kiri."Rin, kamu masih
"Dikit, Rin!" jawabnya kemudian."Dikit, lo bilang? Mata lo sampai teler, lo bilang dikit?" sentakku."Kelebihan dikit, Rin! Kakak lupa kontrol," kilahnya."Lo kenapa, sih, Kak? Kenapa lo sampe mab*k segala? Kalo suami lo tahu, gimana?" tanyaku."Ckk! Mana pernah Mas Dewa tahu, apa yang kakak lakuin, Rin! Dia mana pernah peduli."Aku memicingkan mata mendengar jawabannya barusan. "Maksud, lo, Kak?"Kak Risma tak menjawab. Dia telah selesai menyisir rambut panjangnya itu. Lalu mematut tampilan dirinya di depan cermin."Kak!" teriakku."Apa, sih, Rin?""Jelasin. Kenapa lo sampai mab*k kek semalem?!"Kak Risma menghela nafas panjang. Lalu berjalan mendekat ke arahku. Lantas menghempaskan bobotnya di sebelahku. Aku dapat mencium wangi shampoo serta sabun mandi milikku yang dipakai Kak Risma. Ya, dia pasti memakainya semaunya. Bisa-bisa, shampoo serta sabun mandiku habis sebelum awal bulan nanti."Kakak bosen, Rin. Mau tiga tahun usia pernikahan, tapi gini-gini aja," ujarnya lesu."Gini gi
Takut-takut, aku memutar kepala, untuk menengok keranjang sabun yang kusimpan di atas bak mandi ini.Aku membelalak, saat melihat apa yang sedang kupegangi. "KAK RISMAAAAA!"Refleks aku berteriak dan menepis keranjang sabun hingga tercebur ke dalam bak mandi."Rin! Karina! Kamu kenapa?"Kak Risma menggedor pintu kamar mandi dari luar. Cepat aku membukanya."Kenapa, Rin? Ada apa?" tanyanya khawatir.Aku menelisik wajah cantik di hadapanku saat ini. Membuat Kak Risma mengibaskan tangannya di depan wajahku. "Karina?!""Kak, elo bener-bener stress! Lo pake dild*?" geramku.Kak Risma tidak menjawab. Dia menerobos masuk ke dalam kamar mandi. Menuju bak mandi, lalu tanpa ragu dia mengambil benda yang membuatku risih pagi ini.Kak Risma kembali ke arahku sambil memegangi benda itu. Dia menggeleng, dengan tawa meledek terurai di bibirnya. Aku memicingkan mata melihat tingkahnya itu."Liat beginian, kamu sampai segitunya, Rin?" ujarnya tanpa dosa. Lalu melengos keluar dari kamar mandi. Berjalan
FLASHBACK OFFAku menunduk, dengan kedua tangan menutupi wajah. Mengingat awal mula Kak Risma kembali dalam dunia liarnya. Kak Risma yang mulai pergi ke Club malam dan mabuk-mabukan. Kak Risma yang memilih menggunakan alat bantu demi kepuasannya. Juga Kak Risma yang mulai berkomunikasi kembali dengan Guntur, mantannya saat SMA dulu.Sejak kedatangannya dalam keadaan mabuk malam itu. Sejak saat itu pula, dalam seminggu entah berapa kali, Kak Risma datang ke kamar kost-ku dalam keadaan mabuk parah. Dia teler hingga akhirnya tepar dan tertidur di lantai kamar kost-ku. Dalam tidurnya, dia mengigau dengan menyebut-nyebut nama Guntur.Dari situlah terungkap. Bahwa Kak Risma memang kembali berhubungan dengan Guntur karena merasa selalu diabaikan oleh Bang Dewa.Ah, Bang Dewa. Pria tampan dengan tatapan tajam seperti elang itu. Kenapa dia tidak sedikit saja menaruh curiga pada istrinya? Seandainya Bang Dewa menaruh curiga pada istrinya. Mungkin semua perbuatan Kak Risma belum terlambat dan ma