Share

Part 40—Sesal Tiada Guna

"Untuk apa? Untuk menertawakanku yang terlihat bodoh?" ujarku seraya menatapnya dingin.

Pria dengan luka lebam di wajahnya itu terkekeh pelan, lalu berjalan mendekat. Dia berdiri tepat di hadapanku dengan raut wajah tenangnya walau aku memasang raut wajah masam.

"Kamu berutang maaf padaku." Dia tersenyum tipis seraya menyentuh sudut bibirnya yang sedikit sobek.

Aku mendecih, lalu menatapnya sinis. "Aku enggak akan minta maaf. Pukulan itu pantas kamu dapatkan karena sudah berani mencintai istri orang."

Dokter Widi tertawa kecil tanpa mempedulikan luka di bibirnya, lalu menatapku lagi.

"Mencintai seseorang itu wajar karena itu hak setiap manusia. Tapi menjadi enggak wajar kalau kita nekat merebutnya dari orang lain."

Kami saling bersitatap tegang karena perkataannya berhasil memantik emosi lagi. Namun, dahiku sontak mengernyit ketika melihatnya justru tertawa kecil seraya menggeleng.

"Kamu tenang saja. Jangan diambil serius kata-kataku barusan."

"Ck, enggak lucu!" Aku menepis tangannya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status