Share

Part 45–Masihkah Ada Kesempatan

Papa malah tertawa mendengar penuturanku tersebut.

"Kamu dengar apa kata anakmu barusan, Ma? Karena ada Bapak dan ibunya, dia jadi bisa santai dan tenang." Papa kembali tertawa. Tawa yang jelas-jelas terdengar dipaksakan.

"Harusnya kamu pakai nalarmu, Di." Kali ini Mama ikut menceramahiku. "Biarpun Nurma ada orangtuanya, tapi kamu suaminya. Kamu yang wajib bertanggung jawab penuh atas dia! Kalau kamu niat bantuin si Lidya itu, kamu enggak perlu repot-repot antar dia ke rumah sakit. Cukup panggilin taksi. Di rumah sakit pasti banyak yang mau nolongin, kok. Pendek sekali jalan pikiranmu itu! Emangnya si Lidya itu enggak punya hape? Dia 'kan bisa telepon keluarga atau orangtuanya," cecar Mama panjang lebar.

"Aku enggak kepikira

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status