Share

Bab 24 BERLABUHNYA HATI SANG MANTAN

Sepulang dari rumah Mas Agus, aku mengurung diri di dalam kamar sampai malam. Hingga waktu makan malam terlewatkan meski perut terasa perih melilit. Semua aktivitas terasa tidak bersemangat sama sekali.

Ibu dan Mita yang menyadari akan sikapku seketika mengetuk pintu yang memang aku kunci rapat untuk menyembunyikan luka yang menganga ini. Luka yang awalnya hanya bagaikan tersayat belati kini menjadi menganga bak robekan yang besar.

Langkah sayu serasa tidak ada tenaga mulai menjalari tubuh lemahku. Mata sembab dengan hidung yang kembang kempis menahan ingus yang keluar sebab menangis membuatku buntu untuk menghirup udara segar malam ini.

Tanpa kedip. Pandangan nanar dari Ibu serta Mita membuatku seolah mereka tengah menguliti tubuh yang penuh luka ini.

"Kamu kenapa? Ada berita apa tentang suami kamu?" tanya Bu Fatimah lembut.

"Mbak, kita keluarga. Ingat, 'kan apa kata bapak? Saling bantu, akur, saling menghormati dan saling menyayangi, itulah yang namanya saudara," ucap Mita mengu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status