Share

Putusan pengadilan

"Wah, Rum, makin hari makin tambah cantik aja, deh," puji Levin yang baru datang lalu duduk di ranjang.

"Biasa saja, Mas."

"Serius ... kalo kamu begini, Damar makin tak mau dicerai. bisa jatuh cinta lagi dia," goda Levin.

Arum tersenyum, sambil duduk di depan Kakanya Levin. "Ga mungkin lah Mas, jatuh cinta, lagian Rum, bukan tipenya kali."

"Model begituan, pengen ku tonjok saja mukanya itu, nyebelin."

Arum tertawa geli. "Bagaimana persiapannya Mas?"

"Mudah-mudahan kita menang Rum, oh ya Siapa saksinya, Rum?"

"Mama sama, Mas Elang."

"Bailklah, ayo lama sekali dandannya."

Arum mengembuskan napas kasar dan memijit pelipisnya. Semoga saja Damar tidak segila kala persidangan kemarin. Arum mengambil tas juga berkasnya dan berjalan mendekati sang Papa. "Kau gugup, Nak?" Tanya sang Papa pada Arumi yang terlihat diam.

"Sedikit Pa." Arumi mencoba ngontrol detak jantungnya yang tak beraturan.

Sang papa tersenyum manis. "Bagus, kau harus kuat Rum. Dan ingat anak papa pantang menangis ya."

Aru
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status