Share

Sidang Perdana

Fajar kuning sudah nampak di ufuk timur,

Arum masih dalam posisi kepala sedikit berat, ia beringsut dan mengendap-endap. Ia berusaha keluar dari rumah besar itu. Berharap ingin pergi dari rumah ini secepatnya.

"Kenapa ngendap-ngendap di situ, Rum?" tanya Elang, membuat Arum malu dan berhenti.

Arum hanya mengangguk. "Arum mau pulang," jawab Arum tanpa menoleh ke belakang.

"Apa kau tidak nyaman, berada di sini?"

Elang menepuk pelan bahu Arum. "Ya, aku tahu ini semua enggak mudah untukmu, Rum. Posisi kamu sulit aku mengerti itu."

"Arum masih belum siap, menghadapi ini semua."

"Semua terserah padamu, Rum. Tapi satu hal yang harus kamu ingat. Jangan pernah berbuat bodoh lagi."

Kalimat itu membuat Arum terdiam. Karena ia khilaf, ia sampai mau melompat dari jembatan. Beberapa lama mereka terdiam, larut dalam pikiran masing-masing. Arum dengan hati yang gundah dan Elang dengan hati yang tertekan.

"Emm, hari ini Arum harus kerja pagi," jawab Arum cemas.

"Sudah, nanti aku antar ya." Ucapn
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
rozi yana
bermaksud...pakdibyo itu ayahnya arum
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status