Share

Rumahnya Berhantu?

Aku memandangi tubuh Bang Adi hingga menghilang di ujung jalan. Seperti hari-hari sebelumnya, dia pamit kerja tanpa ritual yang dulu aku lakukan. Apalagi tadi aku sempat membangunkannya untuk Salat Subuh, tetapi yang kuterima malah bentakan. Membuat aku tergugu di sudut dapur. Pisang goreng di wajan menjadi hangus, tak kuperdulikan padahal itu makanan kesukaan Bang Adi.

Setelah Bang Adi berangkat, aku segera bersiap. Tujuanku hari ini, ingin memeriksakan kandungan. Jadwal ke Bidan yang seharusnya kulakukan dua hari lalu.

Aku merasa langkah menjadi pendek, tempat praktek Bu Bidan terasa jauh dari rumahku. Padahal biasanya hanya ditempuh tidak lebih lebih dari lima belas menit, tetapi kenapa sekarang terasa lama? Aku terus saja berjalan, perasaanku semakin tidak enak karena sejauh ini tidak ada orang atau kendaraan lewat, biasanya jam-jam seperti ini ramai.

Keringat mulai membasahi kening dan tubuhku. Aku menghapusnya dengan ujung jilbab yang kukenakan. Perut pun

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status