Setelah cukup beristirahat, Guru Mada pun segera bangkit. Ia segera meneruskan perjalanannya, sampai tibalah ia di sebuah pasar pelabuhan yang berada di pinggiran kerajaan Nusa."Akhirnya aku sampai," gumam Guru Mada sembari masuk ke sebuah warung makan. "Maaf tuan, tuan ingin pesan apa? Disini kami menyediakan semua jenis makanan dan minuman khas Kerajaan Nusa," tanya salah seorang pelayan. "Aku pesan pepes ikan mas dengan nasi dua porsi dan untuk minumnya aku pesan wedang ronde," ujar Guru Mada. "Baiklah tuan, apa ada tambahan lain?" tanya si pelayan kembali. "Oh ya, apa kalian juga menjual rokok jenis kretek? Kurasa aku ingin rokok kretek 3 batang jika ada," pinta Guru Mada. "Kami menjualnya tuan. Oke kalau begitu pesanan tuan adalah pepes ikan mas dengan nasi 2 porsi, wedang ronde, dan 3 batang rokok kretek. Tolong ditunggu ya," ujar si pelayan.Setelah selesai menulis semua pesanan, si pelayan meninggalkan Guru Mada. Guru Mada terus mengamati yang ada di dalam warung makan terseb
***Hari hari terus berlalu. Bagaskoro dan Bajulgeni terus berusaha sekuat tenaga mereka untuk mengikhlaskan kepergian sang guru. Mereka masih terus saja merenung, mengapa Guru Mada meninggalkan mereka? Apakah ini tujuan dari guru Mada mengajak mereka berdua meninggalkan padepokan?Xi Zhang yang melihat mereka merasa sangat kasihan. Bagaimanapun mereka berdua sudah dianggap Xi Zhang sebagai saudaranya sendiri. Tak ada yang dibeda-bedakan diantara Bagaskoro ataupun Bajulgeni."Hai Bagaskoro! Apakah kau sudah makan? Master Li Mo beserta para pendekar mengadakan perjamuan besar untuk memperingati berdirinya padepokan yang ke-20," ajak Xi Zhang. Bagaskoro hanya acuh mendengarkan sembari berbaring di atas tanah. Bagaskoro masih terus memikirkan tentang Guru Mada. Melihat hal tersebut, Xi Zhang tidak bisa lagi memaksa, ia tau bahwa Bagaskoro masih membutuhkan waktu untuk menenangkan dirinya. Akhirnya ia pun pergi meninggalkan Bagaskoro dan menemui Bajulgeni."Hai Bajulgeni! Bagaimana kabarm
"Alangkah baiknya jika kalian bertiga sekarang ini segera membersihkan diri dan beristirahat. Besok ada serangkaian acara perayaan, barangkali kalian mau ikut," ajak Master Li Mo. "Lho, bukannya perayaan itu cuma sampai hari ini ya master," tanya Bajulgeni memastikan. "Memang hari ini adalah hari terakhir untuk perayaan berdirinya padepokan Naga Langit. Tetapi besok adalah peringatan lahirnya kungfu sedunia." jelas Master Li Mo."Kungfu? Apa itu?" tanya Bagaskoro penasaran. "Jadi begini, di padepokan ini kami mengadopsi serta mengkombinasikan beberapa aliran seni beladiri. Diantaranya yang kami kombinasikan adalah silat, karate dan kungfu. Akan tetapi yang paling mencolok diantara ketiganya adalah kungfu. Karena itulah kungfu dianggap spesial disini. Apakah Xi Zhang tidak menjelaskannya kepada kalian berdua?" ujar Master Li Mo. Bagaskoro dan Bajulgeni menggeleng-gelengkan kepala pertanda Xi Zhang tidak menceritakan apapun tentang kungfu kepada mereka berdua. "Maaf, aku kelupaan soal i
Setelah keluar dari ruangan Master Li Mo, Bajulgeni segera menemui Bagaskoro dan Xi Zhang. Nampaknya kedua orang tersebut telah lama menunggu Bajulgeni. "Bajulgeni, dari mana saja kau ini. Kami sudah menunggumu sedari tadi, apa yang sebenarnya kau lakukan?" seru Xi Zhang. "Ehhh, maaf maaf. Aku tadi menemui Master Li Mo sebentar. Ada beberapa perihal yang ingin ku bicarakan dengan beliau tadi," sahut Bajulgeni. "Oh ya, ngomong-ngomong kapan Master Li Mo pergi ke festival?" tanya Bagaskoro. "Biasanya master pergi ke festival di kala waktu pembukaan dan penutupan saja. Selebihnya beliau hanya bermeditasi di Padepokan," jelas Xi Zhang."Baiklah, kelihatannya sudah tidak ada lagi yang perlu ditunggu bukan? Bagaimana kalau kita segera pergi menuju tempat perayaan saja?" Bajulgeni menyela. "hmmm, boleh boleh saja. Kalau begitu ayo kita pergi!" teriak Xi Zhang.Akhirnya mereka pun pergi ke tempat perayaan Kungfu atau biasa juga disebut festival kungfu. "Kukira awalnya tempat perayaannya di pa
"Hei! Hei! Ayo bangun. Bajulgeni, Xi Zhang, ayo segera bangun. Kalau tidak, kita akan terlambat," Teriak Bagaskoro. "Hooooo, tunggulah sebentar. Paling tidak 5 menit lagi lah," ujar Xi Zhang sambil menguap. "Ya, betul itu Bagaskoro. Kami masih sangat mengantuk. Beri kami waktu 5 menit lagi," sahut Bajulgeni."Ayolah, kita akan terlambat ke festival nanti. Aku sudah sangat penasaran ini," tegas Bagaskoro. "Kau tenang saja Bagas. Di hari kedua hanya ada penampilan-penampilan kungfu saja. Tidak ada yang begitu menarik dari itu semua. Lebih baik kau lanjut istirahat lagi, nanti malam akan ada festival kembang api yang lebih meriah." jawab Xi Zhang sembari memejamkan matanya."Tapi," tolak Bagaskoro. "Zzzzzz..." bunyi dengkuran Xi Zhang dan Bajulgeni. "Huuuuu, ya sudahlah. Aku akan belajar saja. Mungkin ada banyak buku menarik untuk kubaca," batin Bagaskoro.Bagaskoro pun melangkahkan kakinya ke luar kamar. Setelah keluar dari kamar terbesit dalam pikirannya untuk mengelilingi padepokan Na
Menjelang pagi hari, dentuman kembang api masih menggelegar di langit yang gelap. Ayam yang berkokok terlihat tiada berguna, manakala bertanding dengan ledakan-ledakan kembang api di udara. Suasana semilir angin di padepokan Naga Langit membangunkan Bagaskoro. Melihat ke luar jendela, Bagaskoro hanya mendapati langit gelap menjadi terang bukan karena pancaran cahaya matahari. Ia melihat langit yang dipenuhi kembang api bak bintang gemintang di luar angkasa. Ia melihat ke samping kanan dan kiri nya, tak ia dapati Bajulgeni dan juga Xi Zhang."Kemana perginya Bajulgeni dan Xi Zhang ya? Tidak seperti biasanya, apakah mereka masih belum pulang dari alun-alun ya?" gumam Bagaskoro. "Oh kau sudah bangun Bagaskoro," ujar Bajulgeni yang baru saja habis mandi. "Iya, aku baru bangun. Aku mendengar letusan kembang api di luar sana, kukira tadi masih malam. Eh ternyata, ini sudah menjelang pagi." ucap Bagaskoro."Yo, selamat pagi semua. Akhirnya kau sudah bangun juga Bagaskoro," teriak Xi Zhang. "
Keesokan harinya, langit nampak gelap gulita. Terpaan angin semilir menyejukkan badan. Tidak terdapat tanda-tanda ayam berkokok atau burung bersiul. Bagaskoro membuka jendela, mencoba menengok ke luar. Dia tidak mendapati seberkas sinar matahari. Setelah ia menengok lebih jelas ternyata Mega mendung yang menutupi langit. Tampaklah Kesunyian menyelimuti seluruh padepokan."Uhhhh, mengapa kalau mendung di pagi hari selalu rasanya sepi sekali ya? Memang syahdu tapi tidak menyenangkan. Ngomong-ngomong dimana Bajulgeni dan yang lainnya ya? Apakah mereka sudah latihan terlebih dahulu," batin Bagaskoro. Tiba-tiba, "Huaaaaaaa," kejut Bajulgeni. "Aaaaaghhhhhhh," teriak Bagaskoro terkejut. "Hahahaha, hahahaha, kau terkejut ya. Mengapa kau melamun terus dari tadi. Sudah kupanggil beberapa kali, seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan saja. Apa yang ada di pikiranmu saat ini?" ejek Bajulgeni. "Huuuu, Huuuu, Huuu. Kau ini ada-ada saja. Tidak mengenakkan orang kau ini," sahut Bagaskoro dengan nafas
Bagaskoro dan Bajulgeni terkejut dengan perkataan Master Li Mo. Mereka berdua semakin penasaran dibuat olehnya. "Apa yang sebenarnya ada di pikiran Master Li Mo. Kejutan apa yang hendak diberikan olehnya. Aku menjadi semakin penasaran," pikir Bagaskoro."Master, memang apa yang ingin master berikan. Apakah itu untuk salah satu dari kami atau untuk kami berdua?" tanya Bajulgeni. "Ini untuk kalian berdua. Tunggulah sebentar, aku akan masuk dan mengambilnya. Kalian jangan kemana-mana ya," jelas Master Li Mo. "Baik master!" ucap keduanya serempak.Master Li Mo pun membuka sebuah pintu rahasia yang ada di salah satu dinding. Di dalam ruangan tersebut, nampak ruangan yang lebih gelap dari ruangan sebelumnya. Sampai sampai Bagaskoro dan Bajulgeni tidak bisa melihat apapun di dalam ruangan tersebut."Kira-kira apa yang akan diberikan oleh Master Li Mo ya?" tanya Bagaskoro kepada Bajulgeni. "Entahlah, mungkin sebuah senjata. Semisal keris atau pedang, atau tombak, atau apapun lah," tebak Bajul