“Bunga-bunga ini terlihat begitu indah bukan?” ucap Nira setelah Nata berdiri di sampingnya, padahal Nata tidak mengucapkan apapun. Dia masih mengingat percakapan seperti apa yang mereka lakukan, tapi dia tidak ingin melakukannya lagi.
“Sebenarnya ada yang lebih indah di tempat ini,” batin Nata mencoba mengatakan apa yang dia katakan waktu dulu.
“Eh? Memangnya apa?” tanya Nira sambil berbalik dengan senyuman manisnya.
“Dedaunan yang ada di tangkai bunga itu. Ya, itu adalah jawaban paling bodoh yang aku berikan kepadanya, aku terlalu takut untuk mengatakan bahwa itu adalah dia,” batin Nata seraya masih mengingat jawaban bodohnya waktu itu, senyuman Nira yang begitu manis membuatnya bingung dan takut untuk memberikan jawaban yang ada di dalam benaknya.
“Eh? Kamu itu aneh, kenapa dedaunan bisa lebih indah dari bunganya sendiri?” ucap Nira sambi
Malam itu setelah semua orang yakin bahwa Nata baik-baik saja, Rena, Liani dan beberapa orang lainnya segera kembali ke Kerajaan Irish. Namun Elena dan Elis tetap tinggal di istana Kerajaan Wisteria untuk jaga-jaga saja, malam itu Nata termenung di teras istana yang ada di lantai empat. Nata duduk di kursi seraya menatap bintang di langit, sementara itu Elena sudah beristirahat di kamarnya.“Kelihatannya aku memang harus segera pergi ke Kerajaan Fragaria serta Dicentra untuk memastikan semuanya,” ucap Nata, dia sangat ingin memastikan tentang identitas dari Atnis dan Arin yang katanya merupakan penyihir legendaris di era Invidia.Nata kembali menatap kedua telapak tangannya, saat ini dia bisa merasakan bahwa kekuatannya sudah benar-benar pulih sama seperti sebelum dia datang ke era Superbia. Dia pikir mungkin saja itu adalah salah satu efek dari sihir terlarang summoning of life yang tidak diketahui olehnya, sejak dulu sihir terl
“Benar tuan, kami mendengar kabar kalau pasukan Fragaria langsung mundur jauh ke wilayahnya, prajurit kami berhasil merebut banyak wilayah Kerajaan Fragaria. Tapi tiba-tiba saja ada pasukan kerajaan lain yang datang, meski jumlahnya sedikit namun mereka berhasil memojokan pasukan kami,” tutur Candra.“Bagaimana bisa seperti itu?” tanya Nata kembali.“Para prajurit sama sekali tidak tahu apa yang terjadi, yang jelas mereka mendengar perintah untuk mundur dari panglima Rudasana dan tuan Laron. Setelah mereka mundur kembali ke Pulau Biru, ternyata beberapa kelompok pasukan tidak kunjung datang. Bahkan panglima Rudasana dan tuan Laron juga tidak kunjung terlihat,” jawab Candra.“Karena penasaran akhirnya seratus orang prajurit diutus kembali untuk mengecek keadaan, tapi mereka langsung kembali dengan wajah pucat. Mereka mengatakan kalau seribu pasukan yang belum kembali sudah tewas,
Membutuhkan waktu sampai tiga hari untuk bisa sampai di Pulau Biru sebelah utara. Candra dan yang lainnya langsung menepi di dermaga dengan sambutan dari para penduduk Pulau Biru, sebuah pulau yang dua tiga lipat lebih besar dari Pulau Wisteria. Semua prajurit langsung berbaris menyambut kedatangan Candra dan yang lainnya, terlihat Laja dan Lilis juga sudah sampai di sana lebih dulu.Para pemimpin pasukan langsung memberikan laporannya terkait tewasnya seribu pasukan beserta panglima perang dan penyihir utama kerajaan dalam waktu singkat, semua orang di sana ikut membenarkannya. Meski terdengar mustahil tapi mau tidak mau Candra dan yang lainnya mempercayainya, karena buktinya Rudasana dan Laron memang sudah gugur.Sementara itu Nata setelah menyapa para prajurit hanya berdiri di pesisir pantai sambil menatap jauh ke arah seberang di mana wilayah Kerajaan Fragaria berada. Entah mengapa dia benar-benar merasakan firasat buruk dari sana. Sedan
‘Dddhhhaammrrr’Terdengar suara ledakan yang hebat saat puluhan sihir tombak itu meledak sebelum sempat mendekati tubuh Nata. Air laut langsung bergelombang saat terkena efek ledakan puluhan sihir yang beradu, namun Nata serta Elis dan Elena tetap maju tanpa ada rasa takut sedikitpun. Namun serangan tidak surut begitu saja, kali ini ribuan sihir panah, ribuan panah biasa juga melesat menyerang mereka bertiga yang semakin mendekati pesisir pantai Fragaria.Elis menggerakan tangannya untuk menggunakan sihir, tapi Nata memberikan isyarat agar dia saja yang menanganinya. Ribuan anak panah dan ribuan sihir panah tiba-tiba saja lenyap tidak berbekas seakan hancur menjadi abu. Hal itu membuat pasukan lawan terkejut melihatnya, malah Elis dan Elena sendiri ikut terkejut. Karena kali ini Nata tidak menciptakan sihir di lintasan serangan lawan, tapi semua serangan lawan itu memang lenyap tak berbekas.“Jadi ini k
“Orang-orang bodoh,” ujar Nata sambil menjentikan jarinya kembali.Saat itu juga semua pasukan musuh dan para penyihirnya langsung bersimbah darah. Dari beberapa titik tubuh mereka langsung mengucurkan darah sampai pasir pantai itu kini berubah merah, gelombang air laut yang menghantam pantai juga mulai memerah karena darah. Tubuh pasukan lawan langsung ambruk ke tanah secara bersamaan, kini tidak ada satupun yang tersisa dari para prajurit dan penyihir yang berjaga di pesisir pantai wilayah Fragaria.“Ini mustahil, apakah mungkin kekuatanmu sudah kembali?” tanya Elis sembari menatap Nata.“Ya, kelihatannya sekarang aku mengerti kenapa waktu sampai di era Superbia ini aku tidak bisa menggunakan semua kekuatanku. Aku juga akhirnya mengerti apa yang membuat kekuatanku pulih kembali,” ucap Nata sembari mengepalkan tangan kanannya.Elis dan Elena terlihat ikut senang m
Esok paginya Nata, Elis dan Elena langsung berangkat ke Ibukota Kerajaan Fragaria dengan menggunakan kereta kuda. Sepanjang perjalanan Nata tidak terlalu banyak bicara, Elis dan Elena juga hanya bisa menatapnya dengan khawatir. Mereka bisa merasakan bagaimana resahnya Nata saat ini, jika mereka berada di posisi Nata saat ini mungkin mereka juga tidak akan bisa tenang.“Maaf tuan, nona, ada keperluan apa anda semua berangkat ke Ibukota di keadaan genting seperti ini?” tanya kusir kereta kuda.“Kami hanya ingin berkunjung ke sana,” jawab Elis.“Apakah ada saudara kalian yang menjadi korban di sana?” tanya kusir kuda.“Korban?” tanya Elena.“Ya, setahuku Ibukota kerajaan sudah hancur. Begitu juga dengan dua kota yang ada di dekatnya, dikatakan tidak ada satupun warga yang selamat pada waktu itu,” jawab kusir kuda. Tentu saj
“Berapa banyak yang tuan tahu tentang sya’ir peninggalan nona Arin?” tanya Nata lagi.“Saya tahu semuanya, karena saya memiliki bukunya,” jawab pria paruh baya itu dengan wajah bingung.“Bagus, saya akan membayar tuan berapapun uang yang tuan inginkan. Tapi tuan harus ikut saya ke Kerajaan Irish, saya ingin mendengar semua sya’ir peninggalan Nona Arin,” kata Nata sambil meminta pria paruh baya itu berdiri.Meski bingung tapi pria itu tampak tertarik dengan tawaran Nata karena itulah dia langsung ikut berdiri. Saat itu juga Nata memerintahkan Elena untuk mengantar pria penyair itu ke Kerajaan Irish dan meminta orang-orang di istana menjamunya sampai dia datang, tapi Nata mengatakan Elena harus segera kembali ke tempat itu segera. Meski bingung dengan maksud Nata, tapi Elena segera menuruti perintahnya. Dengan sihir teleportasinya dia langsung lenyap bersama pria paruh baya y
Nata langsung menatap Putra dengan tajam, bagaimanapun juga kondisi temannya saat ini terasa sangat mencurigakan. Namun Putra tidak tinggal diam, dia langsung menciptakan pedang api dan melesat menuju Nata sembari menebaskan pedangnya. Nata langsung menciptakan pedang angin dari elemen angin tercepat untuk menahan serangan Putra.‘Ttttrrrrraaaannnggrr’Terdengar suara dentingan memekakan telinga saat dua pedang yang tercipta dari elemen sihir saling beradu, Putra langsung melayangkan tendangannya tapi berhasil dihindari oleh Nata. Tidak salah lagi, setelah menyaksikannya dari dekat Nata sangat yakin kalau itu adalah Putra Putuwardhana, tapi entah mengapa gaya bertarungnya agak sedikit berbeda.“Putra apa yang terjadi kepadamu?” tanya Nata sambil kembali menahan tebasan temannya yang datang secara beruntun.Namun Putra tidak menjawabnya sedikitpun, setiap benturan pedang sihir