‘Dddhhhaammrrr’
Terdengar suara ledakan yang hebat saat puluhan sihir tombak itu meledak sebelum sempat mendekati tubuh Nata. Air laut langsung bergelombang saat terkena efek ledakan puluhan sihir yang beradu, namun Nata serta Elis dan Elena tetap maju tanpa ada rasa takut sedikitpun. Namun serangan tidak surut begitu saja, kali ini ribuan sihir panah, ribuan panah biasa juga melesat menyerang mereka bertiga yang semakin mendekati pesisir pantai Fragaria.
Elis menggerakan tangannya untuk menggunakan sihir, tapi Nata memberikan isyarat agar dia saja yang menanganinya. Ribuan anak panah dan ribuan sihir panah tiba-tiba saja lenyap tidak berbekas seakan hancur menjadi abu. Hal itu membuat pasukan lawan terkejut melihatnya, malah Elis dan Elena sendiri ikut terkejut. Karena kali ini Nata tidak menciptakan sihir di lintasan serangan lawan, tapi semua serangan lawan itu memang lenyap tak berbekas.
“Jadi ini k
“Orang-orang bodoh,” ujar Nata sambil menjentikan jarinya kembali.Saat itu juga semua pasukan musuh dan para penyihirnya langsung bersimbah darah. Dari beberapa titik tubuh mereka langsung mengucurkan darah sampai pasir pantai itu kini berubah merah, gelombang air laut yang menghantam pantai juga mulai memerah karena darah. Tubuh pasukan lawan langsung ambruk ke tanah secara bersamaan, kini tidak ada satupun yang tersisa dari para prajurit dan penyihir yang berjaga di pesisir pantai wilayah Fragaria.“Ini mustahil, apakah mungkin kekuatanmu sudah kembali?” tanya Elis sembari menatap Nata.“Ya, kelihatannya sekarang aku mengerti kenapa waktu sampai di era Superbia ini aku tidak bisa menggunakan semua kekuatanku. Aku juga akhirnya mengerti apa yang membuat kekuatanku pulih kembali,” ucap Nata sembari mengepalkan tangan kanannya.Elis dan Elena terlihat ikut senang m
Esok paginya Nata, Elis dan Elena langsung berangkat ke Ibukota Kerajaan Fragaria dengan menggunakan kereta kuda. Sepanjang perjalanan Nata tidak terlalu banyak bicara, Elis dan Elena juga hanya bisa menatapnya dengan khawatir. Mereka bisa merasakan bagaimana resahnya Nata saat ini, jika mereka berada di posisi Nata saat ini mungkin mereka juga tidak akan bisa tenang.“Maaf tuan, nona, ada keperluan apa anda semua berangkat ke Ibukota di keadaan genting seperti ini?” tanya kusir kereta kuda.“Kami hanya ingin berkunjung ke sana,” jawab Elis.“Apakah ada saudara kalian yang menjadi korban di sana?” tanya kusir kuda.“Korban?” tanya Elena.“Ya, setahuku Ibukota kerajaan sudah hancur. Begitu juga dengan dua kota yang ada di dekatnya, dikatakan tidak ada satupun warga yang selamat pada waktu itu,” jawab kusir kuda. Tentu saj
“Berapa banyak yang tuan tahu tentang sya’ir peninggalan nona Arin?” tanya Nata lagi.“Saya tahu semuanya, karena saya memiliki bukunya,” jawab pria paruh baya itu dengan wajah bingung.“Bagus, saya akan membayar tuan berapapun uang yang tuan inginkan. Tapi tuan harus ikut saya ke Kerajaan Irish, saya ingin mendengar semua sya’ir peninggalan Nona Arin,” kata Nata sambil meminta pria paruh baya itu berdiri.Meski bingung tapi pria itu tampak tertarik dengan tawaran Nata karena itulah dia langsung ikut berdiri. Saat itu juga Nata memerintahkan Elena untuk mengantar pria penyair itu ke Kerajaan Irish dan meminta orang-orang di istana menjamunya sampai dia datang, tapi Nata mengatakan Elena harus segera kembali ke tempat itu segera. Meski bingung dengan maksud Nata, tapi Elena segera menuruti perintahnya. Dengan sihir teleportasinya dia langsung lenyap bersama pria paruh baya y
Nata langsung menatap Putra dengan tajam, bagaimanapun juga kondisi temannya saat ini terasa sangat mencurigakan. Namun Putra tidak tinggal diam, dia langsung menciptakan pedang api dan melesat menuju Nata sembari menebaskan pedangnya. Nata langsung menciptakan pedang angin dari elemen angin tercepat untuk menahan serangan Putra.‘Ttttrrrrraaaannnggrr’Terdengar suara dentingan memekakan telinga saat dua pedang yang tercipta dari elemen sihir saling beradu, Putra langsung melayangkan tendangannya tapi berhasil dihindari oleh Nata. Tidak salah lagi, setelah menyaksikannya dari dekat Nata sangat yakin kalau itu adalah Putra Putuwardhana, tapi entah mengapa gaya bertarungnya agak sedikit berbeda.“Putra apa yang terjadi kepadamu?” tanya Nata sambil kembali menahan tebasan temannya yang datang secara beruntun.Namun Putra tidak menjawabnya sedikitpun, setiap benturan pedang sihir
‘Ddddhhooommrrr’Terdengar suara dentuman yang sangat hebat, tanah seakan bergejolak. Bangunan-bangunan di sekitar Ibukota banyak yang langsung runtuh karena tanah yang berguncang hebat seketika, suara dentuman yang begitu keras sampai terdengar ke kota-kota lainnya yang padahal jaraknya begitu jauh dari Ibukota.Bangunan istana yang tadinya masih berdiri kokoh bersama prajurit Kerajaan Iberis di dalamnya kini lenyap menjadi abu, puing-puing bangunan yang ada di Ibukota kini hancur menjadi debu. Yang tersisa di tanah Ibukota hanyalah cekungan tangah yang besar dan dalam serta debu-debua yang membumbung tinggi hingga sampai ke kota-kota lainnya. Langit kelabu semakin gelap seakan menambah kelam suasana di Kerajaan Fragaria, perlahan rintik-rintik hujan mulai turun ke tanah.Riuh angin yang bergemuruh membawa rintik hujan beserta debu-debu ke kota lainnya, pepohonan banyak yang tumbang saking kencangnya tiupan
Sambaran petir kembali terlihat muncul saat gesekan dua sihir tingkat tinggi terjadi, suara gemuruh guntur terus terdengar menggelegar beruntun. Nata terus menekan tangannya ke bawah seiring angin yang padat menghantam dari langit, sementara itu Putra terus menekan tangannya ke atas bersamaan dengan kobaran api putih padat yang menghantam dari tanah.‘Ddddhhhaaammmrrrr’Terdengar ledakan yang sangat hebat, suara dentuman yang memekakan telinga. Tanah langsung berguncang keras, bangunan-bangunan terdekat ke wilayah ibukota langsung terpental ke udara dan hancur saking kencangnya guncangan tanah. Tubuh Elis dan Elena terus terpental akibat gelombang angin yang datang dari titik benturan dua sihir tingkat tinggi, orang-orang yang berhasil selamat karena sudah menjauh hanya bisa berlutut pasrah.Mereka pikir mungkin ini adalah akhir dari dunia, guncangan tanah yang tidak berhenti ditambah terpaan angin yang terus
Elis, Elena dan warga yang ada di kota lainnya bisa menyaksikan dinding air yang menjulang setinggi gunung. Dinding itu semakin melebar ke dalam, air yang bergerak dari empat penjuru mata angin itu terlihat seakan begitu padat dan berwarna biru gelap. Sedangkan pusaran angin yang Nata kendalikan juga semakin membesar hingga akhirnya membentur air yang bergerak hendak menghimpitnya.‘Bbbhhhhooommrrr’‘Bbbbhhhuurrrrr’Terdengar suara ledakan hebat yang teredam oleh air, tanah semakin berguncang hebat. Dinding air yang menjulang tinggi itu tiba-tiba berhamburan dan turun bagaikan ombak besar ke kota di sekitarnya. Sontak saja semua orang di kota terdekat yang tadi ketakutan tampak semakin panik dan berhamburan melarikan diri karena air yang tadi terlihat padat menjulang bagaikan dinding kini bergerak layaknya ombak di lautan.Pohon-pohon dan bangunan yang tadi masih kokoh terguncang kini hancu
Tubuh Nata langsung melesat secepat kilat ke belakang setelah kedua telapak tangannya menghantam udara di depannya, namun Putra dan Laksmi langsung menciptakan sebuah bola api putih dan bola air raksasa di langit lalu dilemparkan menuju ke arah Nata. Sembari tubuhnya melayang ke belakang Nata kembali menyatukan kedua tangannya. Tanah di sekitar Nata langsung berguncang dan mulai bergerak.Saat itu juga dinding tanah raksasa yang menjulang tinggi bagaikan gunung langsung tercipta puluhan lapis di depan Nata, kedua sihir yang digunakan Putra dan Laksmi akhirnya membentur dinding tanah yang berlapis hingga tanah kembali bergetar. Tubuh Nata sendiri terus bergerak melesat ke arah Elena berada.‘Dddhhhaammrrr’Terdengar suara ledakan hebat seiring dengan hancurnya puluhan lapis dinding tanah yang dibuat oleh Nata, bongkahan-bongkahan tanah itu langsung berhamburan ke udara bersama debu-debu yang membumbung tinggi